DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
bantuan baik pikiran maupun materi.
kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................4
2.1 Penjelasan Pancasila..........................................................................4
2.2 Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila................................5
2.3 Contoh Konflik Disintegrasi di Tanah Papua....................................6
2.4 Penyebab Atau Sumber Terjadinya Konflik......................................7
2.5 Solusi Terhadap Konflik Yang Dihadapi..........................................8
BAB III......................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................12
3.3 Daftar Pustaka....................................................................................13
BAB I
iii
PENDAHULUAN
Tanggal 1 Juni 1945 menjadi momen bersejarah yang sangat penting bagi
perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Tanggal tersebut menjadi hari
lahirnya dasar negara serta falsafah hidup bangsa Indonesia yang dikenal sebagai
Pancasila. Maka dari itu setiap tanggal 1 Juni di Indonesia selalu diperingati sebagai
hari lahirnya Pancasila.
Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, menjadi dasar pedoman dalam
segala pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia
termasuk peraturan perundang-undangan. Dan merupakan cerminan bangsa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
Pancasila yang terkandung menjadi tolak ukur bagi bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan bernegara. Karena konsekuensi dari hal itu bahwa
penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa
memuat cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea kedua yang berbunyi “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur”. Pikiran-pikiran tersebut merupakan hasil dari kajian yang
sistematis, teratur, dan terukur sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik memiliki nilai yang tetap dan
tidak bisa dirubah dalam kehidupan bermasyarakat serta harus sejalan dengan nilai-
nilai luhur Pancasila.
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus
hafal dan mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar
warga
negara Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata
tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia
sedari nilai-nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan
bermanfaat.1
Karena seiring perkembangan zaman dan perbedaan pola pikir masyarakat dalam
sudut pandang berbangsa dan bernegara, terdapat pula segi positif dan negatif yang
ikut serta dalam perubahan integrasi negara. Disintegrasi negara pun dapat muncul
jika tidak berlandaskan dasar negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
1
H.A.H.Widjaja. Penerapan nilai-nilai pancasila dan hak asasi manusia di Indonesia
NMB.Munir umi salamah, sulaiman. Pendidikan pancasila
iv
Disintegrasi adalah suatu keadaan tidak bersatu padu yang membuat keutuhan atau
persatuan hilang dan dapat menyebabkan terjadinya perpecahan. Kebalikan dari
disintegrasi adalah penyatuan yang menyebabkan kesatuan dan persatuan sehingga
menjadi utuh.
Contoh dari disintegrasi yaitu gerakan separatis. Bila dicermati adanya gerakan
pemisahan diri sebenarnya sering berangkat dari idealisme untuk berdiri sendiri
akibat dari ketidakpuasan yang mendasar dari perlakuan pemerintah terhadap
wilayah atau kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah, keadilan sosial,
keseimbangan pembangunan, pemerataan dan hal-hal yang sejenis. Kekhawatiran
tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat
digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang
tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal
yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat
dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan
menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan
daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka
yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya
konflik dan benturan antar etnik dengan segala permasalahannya. Penyebab
timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak adil
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah
yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih,
sehingga daerah tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang tin
Fenomena sosial disintegrasi menjadi salah satu contoh fenomena yang paling
ditakuti dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini karena disintegrasi dapat
menimbulkan suatu gejolak pada serangkaian perpecahan. Maka, atas dasar hal
tersebut, berbagai macam disintegrasi berusaha dihindari atau diselesaikan agar
tidak menimbulkan perpecahan.2
v
1. Apa makna dasar negara Indonesia yang disebut dengan pancasila?
2. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam pancasila?
3. Contoh konflik seperti apa yang dapat terjadi pada disintegrasi bangsa?
4. Apa penyebab yang menjadi dasar atas adanya konflik disintegrasi bangsa
tersebut?
5. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi
permasalahan tersebut?
1.3 Tujuan
Mengetahui dasar negara Pancasila serta nilai- nilai yang terkandung didalamnya.
Serta dapat memahami hubungan antara Pancasila dan bentuk-bentuk integrasi dan
disintegrasi negara. Dapat menganalisa atau meneliti sebab akibat yang terjadi
dalam suatu konflik disintegrasi negara, serta dapat memberikan solusi berupa cara
pencegahan atau cara mengatasi suatu konflik tersebut
1.4 Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan bisa berpartisipasi dalam bentuk-bentuk
bela negara sesui dengan peran dan profesi masing-masing sebagai warga negara
yang baik dan peduli terhadap keutuhan serta kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
BAB II
vi
PEMBAHASAN
3
Widjaja. H.A.W. 2004. Penerapan nilai-nilai pancasila dan hak asasi manusia di Indonesia. Jakarta. Rineka
cipta
Munir, Umi salamah, Suratman. 2017. Pendidikan Pancasila. Malang. Madani pendidikan
vii
2.2 Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila
Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Dimana, nilai-nilai tersebut berperan sebagai dasar pedoman yang menentukan
kehidupan setiap warga negara, karena dalam nilai dasar Pancasila terdapat cita-cita,
tujuan, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan penerapan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak
zaman dahulu nilai-nilai Pancasila sudah terkandung dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat.
Penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting karena dapat menciptakan suasana
yang tenang, aman, damai dan sejahtera. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila antara lain :
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Memiliki keyakinan dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama yang dianutnya. Dalam sila ini, nilai yang dikandung adalah saling
menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama yang berbeda-beda. Kita juga
tidak bisa memaksakan agama yang kita anut kepada pemeluk agama lain, karena
kita harus menghormati kebasan beribadah antar pemeluk agama yang berbeda.
2. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Menjunjung tinggi persamaan derajat, hak dan kewajiban dengan tujuan
menegakan dan memelihara kebersamaan bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam sila kedua.
Mengembangkan rasa saling mencintai sesama manusia, gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan, saling bertenggang rasa, serta berani menegakan keadilan
adalah penerapan nilai sila kedua dalam kehidupan sehari-hari
3. Persatuan Indonesia
Menjaga rasa kesatuan dan persatuan adalah makna yang terkandung dalam sila
ketiga. Penerapan nilai-nilai sila ketiga ini meliputi menerapkan sikap cinta tanah air
(nasionalisme), rela berkorban demi bangsa dan negara (patriotisme), dan
pengakuan terhadap etnis dan kebudayaan bangsa yang berbeda-beda, namun satu
jiwa sehingga terbentuk rasa persatuan bangsa Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sebagai warga negara Indonesia kita harus mengutamakan musyawarah untuk
mufakat dalam menyelesaikan persoalan bersama. 4
4
Widjaja. H.A.W. 2004. Penerapan nilai-nilai pancasila dan hak asasi manusia di Indonesia. Jakarta. Rineka
cipta
Munir, Umi salamah, Suratman. 2017. Pendidikan Pancasila. Malang. Madani pendidikan
viii
Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan,
mengutamakan budaya musyawarah dalam menyelesaikan persoalan dan tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain adalah penerapan nilai sila keempat.
2. Konflik di Mimika
Dalam proses pengelolaan dana rencana strategis yang di jalankan oleh
Kabupaten Mimika selalu saja muncul konflik yang bermacam-macam, yang di
akibatkan karena dalam Dana Respek yang tahap pertama dan kedua ini
masyarakat yang Penduduknya tinggal di daratan tinggi seperti Singga, aroanop,
hoea. Karena kurangnya perhatian terhadap insfrastruktur umum. Maka itu
pemerintah menyatakan susahnya ransportasi dalam pembangunan sampai
kampung-kampung tersebut. Dan masyarakat yang ada di daratan rendah juga
tidak puas dengan Dana atau hasil yang di berikan oleh pemerintah untuk
masyarakat setempat. Sehingga selalu menimbulkan masalah konflik antara
sekelompok yang di percayakan untuk penyaluran dana sampai masyarakat,
pemerintahpun membuka rekening untuk dana operasional kegiatan di kampung
dan masyarakat setempat
5
Ngadisah. Konflik pembangunan dan gerakan social politik di Papua. 2003. Yogyakarta. Pustaka raja
ix
Mereka hidup dengan kondisi ekosistem yang ada di dalamnya. Freeport masih
belum memenuhi hak-hak dasar masyarakat ketiga desa tersebut. Bahkan,janji
perusahaan untuk membangun sekolah dan rumah sakit belum terpenuhi.
masyarakat di Chinwarop sering menjadi korban kekerasan selama operasi
perusahaan. sebagian besar penduduk desa terpaksa mengungsi karena operasi
keamanan
x
Masa reformasi yang telah berlangsung hendaknya menjadikan sumber kekuatan
tersendiri bagi persatuan Indonesia. Dalam reformasi tujuan utamanya adalah
pengembangan masyarakat baik institusi, proses dan budaya. Demokrasi salah satu
pilar membangun Masyarakat Madani (komunitas plural yang saling menghormati
di bawah pimpinan Muhammad Rasulullah di Madinah) . Dalam rangka itu cara
pengelolaan pemerintah dan pembangunan yang perlu dilakukan dalah berdasarkan
Good Governance ( Pemerintahan yang baik ). Ini berarti bahwa governance dari
pembangunan negara dan seluruh masyarakat bangsa harus dilakukan secara
“sharing” bersama-sama sektor publik, sektor swasta dan masyarakat sendiri. Saling
mengisi dan mengawasi agar terjadi keseimbangan kebijakan dan pelaksanaannya,
ini merupakan makna “cheks and balances”.
Semua ini bukan berarti harus terjadi uniformisasi/penyeragaman. Demokrasi,
Masyarakat Madani dan Good Governance perlu tetap memberdayakan penerimaan
terhadap keberagaman (pluralisme) tetapi bukan pertentangan dan perpecahan yang
mengarah pada disintegrasi dan anarki. Perbedaan tetap akan/harus ada dalam
kerangka pemecahan masalah untuk mencapai tujuan bersama.
Masalah disintegrasi yang telah lama di perbincangkan dan sangat
menghawatirkan bagi persaatuan dan kesatuan Republik Indonesia salah satunya
sudah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang gejolak ditanah Papua, yaitu gerakan
suatu golongan masyarakat yang ingin memisahkan diri dari Indonesia
(separatisme).
Tidak mudah tentunya dalam menghadapi masalah serius seperti kasus diatas,
namun karena tekad yang kuat untuk kedamaian kehidupan di Indonesia, sudah
sepatutnya kita berkontribusi dalam upaya bela negara. Bela negara disini berarti
kita berpartisipasi sesuai dengan perofesi atau posisi kita masing-masing.
Melakukan kontak langsung dengan golongan separatis merupakan tugas dari aparat
TNI (Tentara Nasional Indonesia) atau kepolisian Republik Indonesia, dan
khususnya merupakan tugas dari pemerintah untuk melakukan negosiasi atau
pendekatan-pendekatan secara intens guna memperoleh kesepakatan bersama antara
kaum separatis dan aparat negara. Sehingga dapat memperoleh kesepakatan yang
menguntungkan bagi kedua belah pihak tanpa adanya kekerasan yang saling
merugikan.
Warga sipil tentunya juga harus berkontribusi terhadap konflik tersebut, contohnya
tidak menyebarkan berita bohong yang dapat memperkeruh suasana. Kemudian
sebagai mahasiswa atau pelajar kita dapat bertindak dengan mencegah dan menolak
keterlibatan adanya paham-paham radikalisme di lingkungan kita, menggunakan
social media dengan bijak, tidak menyebarkan ujaran kebencian, menghindari dan
mencegah konflik SARA (suku, agama, ras, antargolongan) serta tidak membuat
narasi-narasi yang dapat memecah belah bangsa. Dan masih banyak lagi aksi-aksi
positif sebagai bentuk dari bela negara sebagai mahasiswa atau pelajar yang dapat
kita lakukan untuk menciptakan kehidupan bangsa yang damai dan sejahtera. 7
7
Nawawi, H.Ismail. 2009. Pembangunan dan problema masyarakat. Surabaya. Putra media nusantara
xi
Pemerintah juga harus bersikap tegas dan bijak dalam mengatasi konflik
disintegrasi bangsa, berikut merupakan solusi pencegahan yang dapat dilakukan
oleh pemerintah dalam mengatasi kasus separatis :
1. Pembangunan Ekonomi
a. Mengentaskan kemiskinan
b. Menghilangkan kesenjangan sosial
c. Tersedianya dana untuk pembangunan infrastruktur
d. Terpeliharannya ketertiban umum
8
Nawawi, H.Ismail. 2009. Pembangunan dan problema masyarakat. Surabaya. Putra media nusantara
xii
e. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Selain cara pencegahan disintegrasi di atas, sistem pendidikan juga perlu
diperhatikan bagi masyarakat pelosok khususnya. Dengan adanya pendidikan
wawasan kebangsaaan serta penerapan bela negara yang diajarkan, diharapkan
masyarakat sipil atau pelajar dikawasan pelosok dapat mengerti pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Seperti yang sudah tercantum dalam
Bhinneka Tunggal Ika, Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Oleh karena itu, pendidikan karakter harus diajarkan sejak dini. Martin Luther
King pernah menyatakan sebuah ungkapan yang menarik banyak orang di dunia
berbunyi “intelligence plus character-that is the goal of true education.â€Â Dari
ungkapannya, King berpendapat, bahwa kepintaran saja tidak cukup, butuh karakter.
Dengan begitu, karakter sangat penting atau mungkin lebih penting, karena anak
pintar yang tidak memiliki karakter baik, dia akan menjadi petaka bagi bangsa,
karena kepintarannya akan digunakan untuk merusak. Thomas Lickona (1991)
seorang sarjana psikologi yang mempropagandakan kembali pendidikan karakter di
akhir abad ke 20 menawarkan tujuh (7) karakter baik yang harus ditanamkan pada
setiap anak didik, meliputi:
1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty).
2. Belas kasih (compassion);
3. Kegagahberanian (courage);
4. Kasih sayang (kindness);
5. Kontrol diri (self-control);
6. Kerja sama (cooperation);
7. Kerja keras (deligence or hard work).
Sementara itu, penelitian Dalmeri (2014) dari Universitas Indrapasta PGRI, Jakarta,
mencatat adanya sembilan pilar karakter yang perlu ditegakkan dalam kerjasama
sekolah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha, agar anak Indonesia menjadi
generasi tangguh berdaya saing, yang dapat mengolah kecerdasan pengetahuan dan
keahliannya menjadi produktifitas bangsa. Sembilan pilar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tanggungjawab (Responsibility);
2. Rasa Hormat (Respect);
3. Keadilan (Fairness);9
4. Keberanian (Courage);
9
Nawawi, H.Ismail. 2009. Pembangunan dan problema masyarakat. Surabaya. Putra media nusantara
xiii
5. Belas kasih (Honesty);
6. Kewarganegaraan (Citizenship);
7. Disiplin diri (Self-descipline);
8. Peduli (Caring ), dan
9. Ketekunan (Perseverance )10
10
Nawawi, H.Ismail. 2009. Pembangunan dan problema masyarakat. Surabaya. Putra media nusantara
xiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang perlu dicermati adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang sangat besar
sehingga perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya konflik yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang
ada di Indonesia. Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan
sehingga konflik yang terjadi di papua dapat diselesaikan secara baik tanpa
menggunakan kekerasan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
3.2 Saran
Konflik yang terjadi di papua hanya sebagian kecil saja yang terjadi di negeri ini
maka dari pada itu di harapkan kepada pemerintahan pusat dan pemerintah daerah
harus fleksibel dalam mengeluarkan kebijakan jangan hanya berpihak ke salah satu
daerah saja karena akan menimbulkan kecemburuan sosial tiap daerah sehingga
mengakibatkan konflik yang berkepanjangan.
xv
3.3 Daftar Pustaka
Widjaja. H.A.W. 2004. Penerapan nilai-nilai pancasila dan hak asasi manusia di
Indonesia. Jakarta. Rineka cipta
Munir, Umi salamah, Suratman. 2017. Pendidikan Pancasila. Malang. Madani
pendidikan
Ngadisah. Konflik pembangunan dan gerakan social politik di Papua. 2003. Yogyakarta.
Pustaka raja
Nawawi, H.Ismail. 2009. Pembangunan dan problema masyarakat. Surabaya. Putra
media nusantara
xvi