Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MK KABULKAN GUGATAN USIA CAPRES-CAWAPRES YANG DIAJUKAN MAHASISWA UNS

Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosiologi

Dosen Pengajar:

Dra Sri Henny Indarti ,M.S.I

Dibuat Oleh

Fadhil Maulana Takbir

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

NIM: 2336020015

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan YME. Hanya kepada-Nya lah kami memuji dan
hanya kepada Nya lah kami memohon pertolongan. Dengan pertolongan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Sosial dan Interaksi Sosial”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pengantar Ilmu
Sosiologi. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan agar dapat
melakukan penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir. Semoga Tuhan YME memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan.

Jakarta, 16 Oktober 2023

Penulis

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2

DAFTAR ISI…........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 5
A. Pengertian Proses Sosial dan Interaksi Sosial Menurut Beberapa Ahli..... 5

B. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.................................................................. 6

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Sosial dan Interaksi Sosial..... 7

D. Ciri-ciri Terjadinya Proses Sosial dan Interaksi Sosial.............................. 9

E. Contoh Proses Sosial dan Interaksi Sosial................................................ 10

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki lebih dari 17.504 pulau dengan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2018 adalah sebanyak 267 .641. 326 jiwa (Badan Pusat
Statistik, 2010). Saat ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010 dari jumlah
penduduk usia produktif, kelompok usia yang mendominasi adalah usia 15-39 tahun dengan
jumlah sekitar 84,75 juta dari total penduduk Indonesia yang sejumlah 237.641.326 jiwa.
Artinya sekitar 35% penduduk Indonesia adalah usia produktif yang merupakan generasi Y,
atau disebut dengan generasi millenials yang lahir di antara tahun 1980-2000 atau usia 19-39
tahun pada tahun 2019. Posisi yang sangat strategis dalam perkembangan generasi di Indonesia
menjadikan generasi milenial ini selalu mendapat perhatian dan diperebutkan perhatiannya
oleh berbagai pihak termasuk salah satunya dalam ranah politik di tahun 2019.

Dinamika politik yang sangat dinamis dengan tingkat perubahan yang sulit di prediksi
membuat siapapun yang terjun ke dunia politik harus memiliki pengetahuan yang cukup serta
analisa-analisa yang tepat dalam memprediksi keadaan fenomena politik yang sangat dinamis.
Jika diibaratkan seperti Global Potitioning System (GPS) maka setiap orang wajib memiliki
GPS Politiknya masing-masing sehingga tidak tersesat pada saat melangkah ke dunia politik.
Melihat perkembangan politik saat ini di Indonesia, dapat dilihat beberapa tantangan generasi
millenials ketika berpartisipasi di dunia politik seperti maraknya hoaks, ujaran kebencian,
kurangnya edukasi yang baik serta Faktor usia dan pengalaman serta senioritas sering menjadi
hambatan bagi kaum milenial untuk dapat berkembang dan mendapatkan kesempatan yang
strategis dalam hajatan politik (Made dkk., 2019).

Secara teoretis generasi muda lebih toleran terhadap keragaman, sehingga memiliki
internalisasi yang lebih kuat terhadap prinsip-prinsip demokrasi (Catterberg & Moreno, 2005).
Idealnya hal tersebut dapat meningkatkan kesediaan mereka untuk mendukung lembaga -
lembaga demokratis serta berpartisipasi dalam ranah politik termasuk pencalonan Presiden dan
Wakil Presiden. Hal ini berkaitan dengan kasus penggugatan kepada Mahkamah Konstitusi
terkait usia minimal Presiden menjadi 35 tahun yang sebelumnya yaitu 40 tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang, masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu bagaimana
penyelesaian konflik kasus penggugatan terhadap Mahkamah Konstitusi terkait usia
minimal calon Presiden dan Wakil Presiden

1.3. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut kasus
penggugatan terhadap Mahkamah Konstitusi terkait minimal usia calon Presiden dan Wakil
Presiden

BAB II PEMBAHASAN

Filsafat sosial-politik Plato memiliki asas tujuan utama yaitu untuk mewujudkan
sebuah negara yang ideal, negara ideal merupakan sebuah komunitas etis untuk
mencapai kebajikan, sehingga mampu menciptakan kebahagiaan bagi seluruh
warganya. Pada hakikatnya, negara adalah suatu keluarga yang selalu menjunjung
tinggi persaudaraan, kesetaraan, dan keharmonisan. Negara dibentuk untuk
memenuhi seluruh kebutuhan manusia yang tidak bisa terpenuhi secara perorangan,
setiap kelompok manusia mulai dari petani, tentara, dan raja harus saling bekerja
sama. Kelompok manusia ditentukan oleh faktor pendidikan, semakin tinggi ilmu
pengetahuan yang dikuasai maka semakin tinggi pula posisinya dalam sistem
pemerintahan. Selain itu, dengan adanya pendidikan maka masyarakat akan kritis
dengan sistem pemerintahan yang ada. Oleh karena itu, setiap masyarakat
seharusnya mendapatkan pelayanan yang sama dalam hal pendidikan dari
pemerintah, tanpa ada pembedaan termasuk usia. Tujuan dari negara adalah untuk
menciptakan kebahagiaan dan kesenangan bagi seluruh warga negaranya dengan
berlandas pada keadilan. Supaya tujuan tersebut terwujud, maka dibutuhkan seni atau
keahlian dalam memimpin sebuah negara. Pemimpin negara yang diidamkan Plato
adalah negara yang berbentuk aristokrasi, di mana negara tersebut dipimpin oleh
cendekiawan yang bijaksana dan selalu berpedoman pada asas keadilan, yaitu filosof.

A. Pengertian regulasi tentang regulasi umur bagi Capres-Cawapres

Regulasi umur bagi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) mengacu
pada peraturan atau ketentuan hukum yang mengatur batasan usia yang harus dipenuhi
oleh seseorang agar memenuhi syarat sebagai calon presiden atau cawapres dalam
pemilihan presiden suatu negara. Ketentuan ini bertujuan untuk mengatur kelayakan
seseorang untuk menjabat sebagai kepala negara dan wakil kepala negara.

Regulasi umur ini bervariasi dari negara ke negara dan dapat berubah seiring waktu.
Beberapa negara memiliki batasan usia minimum yang harus dipenuhi oleh calon presiden
atau cawapres, sedangkan negara lain mungkin tidak memiliki batasan usia atau memiliki
batasan yang lebih rendah. Regulasi umur biasanya diatur dalam undang-undang atau
konstitusi negara dan dapat menjadi subjek perdebatan politik dan hukum.

Regulasi umur biasanya dimaksudkan untuk memastikan bahwa calon presiden dan
cawapres memiliki pengalaman dan kematangan yang cukup untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawab sebagai pemimpin negara. Namun, pandangan tentang apakah regulasi
umur tersebut diperlukan atau sejauh mana batas usia yang tepat seringkali menjadi subjek
perdebatan, terutama dalam konteks perubahan sosial dan politik yang terjadi di berbagai
negara.

Penting untuk dicatat bahwa regulasi umur bagi calon presiden dan cawapres adalah
masalah yang sangat bervariasi, dan setiap negara memiliki pendekatan berbeda terhadap
hal ini. Jadi, peraturan tersebut harus dipahami dalam konteks hukum dan politik setiap
negara yang bersangkutan.

B. Ruang lingkup tentang regulasi umur bagi Capres-Cawapres

Ruang lingkup regulasi umur bagi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)
mencakup berbagai aspek dalam hukum dan politik yang menentukan persyaratan usia untuk
seseorang dapat mencalonkan diri atau dipilih sebagai capres atau cawapres dalam pemilihan presiden
suatu negara. Berikut adalah beberapa aspek utama dalam ruang lingkup regulasi umur ini:

1. Syarat Usia Minimum : Regulasi umur biasanya menentukan usia minimum yang harus dipenuhi
oleh calon presiden atau cawapres. Ini bisa berupa persyaratan usia minimal yang harus dicapai pada
saat pemilihan atau pada saat pengambilan sumpah jabatan.
2. Perubahan Usia Minimum : Ruang lingkup juga mencakup pertimbangan terkait perubahan usia
minimum. Apakah usia minimum tersebut dapat diubah oleh perubahan konstitusi atau undang-
undang, atau apakah usia tersebut bersifat tetap.

3. Konstitusi dan Undang-Undang : Regulasi umur ini biasanya diatur dalam konstitusi atau undang-
undang negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, ruang lingkup mencakup ketentuan-ketentuan
hukum yang berkaitan.

4. Kriteria Kelayakan : Dalam beberapa kasus, regulasi umur dapat berhubungan dengan kriteria
kelayakan lainnya. Misalnya, calon presiden mungkin juga harus memenuhi syarat-syarat lain, seperti
kewarganegaraan, ketidakmampuan atau diskualifikasi tertentu, dan sebagainya.

Ruang lingkup regulasi umur bagi capres dan cawapres adalah multidimensional dan melibatkan
aspek hukum, politik, dan sosial yang penting dalam konteks pemilihan presiden di suatu negara.
Setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda terhadap regulasi ini, sehingga detailnya dapat
bervariasi dari satu negara ke negara lain.

C. Metode regulasi bagi Capres-Cawapres

Metode regulasi bagi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) adalah proses dan
pendekatan yang digunakan oleh pemerintah atau badan pemerintah yang berwenang untuk mengatur
persyaratan usia dan kelayakan bagi calon presiden dan cawapres dalam pemilihan presiden. Berikut
ini adalah beberapa metode umum yang digunakan dalam regulasi ini:

1. Konstitusi dan Undang-Undang: Banyak negara mengatur persyaratan usia untuk


calon presiden dan cawapres dalam konstitusi atau undang-undang mereka. Ini adalah
metode yang paling formal dan kuat dalam menentukan regulasi umur. Perubahan dalam
konstitusi biasanya memerlukan proses hukum yang panjang dan kompleks.

2. Referendum: Beberapa negara mengadakan referendum untuk mengubah regulasi


umur. Ini melibatkan pemungutan suara langsung oleh warga negara untuk menentukan
apakah usia minimum calon presiden atau cawapres harus diubah. Referendum ini bisa
menjadi metode demokratis untuk membuat perubahan dalam regulasi.
3. Keputusan Parlemen: Parlemen atau badan legislatif negara dapat memutuskan untuk
mengubah regulasi umur melalui undang-undang atau peraturan lainnya. Proses legislatif
ini mungkin memerlukan berbagai tahapan pengujian dan persetujuan.

4. Perubahan Konstitusi: Untuk negara-negara yang mengatur regulasi umur dalam


konstitusi, perubahan konstitusi adalah metode utama untuk mengubah persyaratan usia.
Ini melibatkan proses hukum yang panjang dan seringkali memerlukan persetujuan dari
berbagai badan pemerintah atau pemilihan khusus.

Metode yang digunakan dalam regulasi umur bagi capres dan cawapres dapat sangat
bervariasi tergantung pada negara dan sistem politiknya. Beberapa metode melibatkan
partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sementara yang lain
lebih formal dan diatur oleh konstitusi atau hukum. Metode yang digunakan juga dapat
berubah seiring waktu sejalan dengan perubahan sosial dan politik dalam masyarakat.

D. Konsep-konsep regulasi umur bagi Capres-Cawapres

Konsep-konsep dalam regulasi umur bagi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)
mencerminkan pemikiran dan prinsip-prinsip yang mendasari peraturan usia kelayakan untuk calon
pemimpin negara. Beberapa konsep utama yang sering muncul dalam regulasi umur ini meliputi:

1. Kelayakan dan Pengalaman: Konsep ini menekankan pentingnya calon presiden dan
cawapres memiliki kelayakan dan pengalaman yang cukup untuk menjalankan tugas
kepemimpinan. Usia minimum ditentukan dengan keyakinan bahwa usia tertentu
mewakili tingkat kelayakan yang memadai.

2. Stabilitas dan Kematangan: Regulasi umur dapat dilihat sebagai upaya untuk
memastikan bahwa calon presiden dan cawapres memiliki stabilitas emosional dan
kematangan dalam pengambilan keputusan yang penting. Usia dianggap sebagai indikator
kematangan psikologis.

3. Perlindungan Terhadap Pengaruh Eksternal: Konsep ini mencerminkan kekhawatiran


bahwa calon muda mungkin lebih rentan terhadap pengaruh eksternal, seperti tekanan
dari kelompok kepentingan atau pengaruh partai politik. Batasan usia bertujuan untuk
melindungi calon dari pengaruh tersebut.

4. Replikasi Kepemimpinan Terdahulu: Beberapa negara mungkin memiliki regulasi


umur yang didasarkan pada usia para pemimpin sebelumnya. Mereka mungkin percaya
bahwa usia calon presiden dan cawapres seharusnya sebanding dengan usia pemimpin
terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai