Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

URGENSI KESADARAN BERKONSTITUSI


Makalah ini ditujukan memenuhi tugas kelompok sebagai salah satu
persyaratan pada mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN)

DOSEN PENGAMPU : Masyurah Muzaimah, M.Pd

Kelompok 3 :
Aldorra Ardelia 2341020044
Choirul Vicky E 2341020003
M. Wildan Tara 2341020020

PMI B

PROGRAM STUDY PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2023

i
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2


A. Urgensi Kesadaran Berkonstitusi .......................................................... 2
B. Tujuan Dan Fungsi Konstitusi .............................................................. 3
C. Peran Mahkamah Konstitusi ................................................................. 4

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 6


A. Kesimpulan ....................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 7

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “URGENSI
KESADARAN BERKONSTITUSI” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca
tentang suku bangsa, bagaimana bisa terbentuk, dsb. Begitu pula atas limpahan kesehatan
dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka, jurnal maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pembimbing kami, Ibu Masyurah Muzaimah. M,Si. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna
di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bandar Lampung, 21 September 2023

Kelompok 3

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesadaran berkonstitusi setiap warga negara merupakan sesuatu yang diidam-
idamkan oleh negara manapun, namun hal itu tidak mudah, karena sadar atau taat
pada konstitusi merupakan sebuah pembatasan kebebasan yang dimiliki oleh tiap-
tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut menganut
komunisme, liberalisme ataupun Pancasila, kesadaran berkonstitusi akan tetap
menjadi problem dan tantangan suatu negara.Kesadaran berkonstitusi semakin
dibutuhkan di era demokrasi seperti saat ini. Demokrasi merupakan sistem
pemerintahan yang menjamin hak individu sebagai bagian hak asasi manusia
(HAM), namun dalam pelaksanaanya terkadang kurang memperhatikan
kepentingan orang lain. Keadaan tersebut jika dibiarkan akan terjadi kekacauan
antar individu maupun antar kelompok yang memiliki kepentingan yang sama,
sehingga hal tersebut akan mengganggu ketertiban dan jalannya pemerintahan
suatu negara.

Konstitusi sebagai hukum dasar negara sangat dibutuhkan untuk


mengendalikan keadaan apabila terjadi kekacauan dalam suatu negara, karena
konstitusi merupakan pedoman dalam menjalankan negara.

2. RumusanMasalah
A. Apa yang dimaksud dengan kesadaran berkonstitusi?
B. Apa tujuan dan fungsi konstitusi?
C. Mengapa Harus sadar berkonstitusi?

3. TujuanPenulisan
A. Memberi tau kepada pembaca betapa pentingnya sadar berkonstitusi
B. Agar mengetahui secara detail tentang konstitusi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi Kesadaran Berkonstitusi


Secara etimologi, istilah konstitusi sangat beragam dalam setiap kosakata
bahasa setiap negara. Istilah konstitusi dalam bahasa Inggris adalah constitution
dan constituer dalam bahasa Perancis. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa
Latin yaitu constitutio yang berarti dasar susunan badan. Dalam bahasa Belanda
istilah konstitusi disebut dengan grondwet yang terdiri atas kata grond berarti
dasar dan kata wet berarti undang-undang. Dengan demikian istilah konstitusi
sama dengan undang-undang dasar. Kemudian, dalam bahasa Jerman istilah
konstitusi disebut verfassung.

Djokosoetono (dalam Marzuki, 2010:2) menguraikan 3 makna konteks-


tual dalam memahami konstitusi, yaitu:

1) Konstitusi dalam makna materiil (constitutie in materiels zin), berpaut


dengan gekwalificeerde naar de inhoud, yaitu dititikberatkan pada isi
konstitusi yang memuat dasar (grondslagen) dari struktur (inrich-ting)
dan fungsi (administratie) negara.

2) Konstitusi dalam makna UUD (grondwet) selaku pembuktian


(constitutie als bewijsbaar), yaitu agar bisa menciptakan stabilitas
(voor stabiliteit) maka perlu dinaskahkan dalam wujud UUD atau
grondwet.

Kesadaran berkonstitusi secara konseptual diartikan sebagai kualitas pribadi seseorang


yang memancarkan wawasan, sikap, dan perilaku yang bermuatan cita-cita dan
komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia. Kesadaran berkonstitusi
merupakan salah satu bentuk keinsyafan warga negara akan pentingnya
mengimplementasikan nilai-nilai konstitusi. Kesadaran berkonstitusi merupakan salah
satu bagian dari kesadaran moral. Sebagai bagian dari kesadaran moral, kesadaran
konstitusi mempunyai tiga unsur pokok yaitu:

1) Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan bermoral yang


sesuai dengan konstitusi negara itu ada dan terjadi di dalam setiap
sanubari warga negara, siapapun, di manapun dan kapanpun.

2) Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena berlaku


umum, lagi pula terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan. Dengan
demikian kesadaran berkonstitusi merupakan hal yang bersifat rasional
dan dapat dinyatakan pula sebagai hal objektif yang dapat
diuniversalkan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan
tempat bagi setiap warga negara.
2
3) Kebebasan, atas kesadaran moralnya, warga negara bebas untuk mentaati
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku di negaranya
termasuk ketentuan konstitusi negara.

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


a. Tujuan Kontitusi

Di kalangan para ahli hukum, umumnya dipahami bahwa hukum


mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu: (1) keadilan (justice); (2) kepastian (certainty
atau zekerheid); dan (3) kegunaan (utility). Keadilan itu sepadan dengan
keseimbangan (balance, mizan) dan kepatutan (equity), serta kewajaran
(proportionality). Sedangkan kepastian hukum terkait dengan ketertiban (order) dan
ketenteraman. Sementara itu, kegunaan diharapkan dapat menjamin bahwa semua
nilai-nilai tersebut akan mewujudkan kedamaian hidup bersama (Asshiddiqie,
2009:119). Karena konstitusi itu sendiri merupakan hukum yang dianggap paling
tinggi tingkatannya, maka tujuan konstitusi sebagai hukum tertinggi itu juga untuk
mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi. Tujuan yang dianggap tertinggi
itu adalah: (a) keadilan; (b) ketertiban; dan (c) perwujudan nilai-nilai ideal seperti
kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama,
sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri negara (the
founding fathers and mothers). Misalnya, empat tujuan bernegara Indonesia adalah
seperti yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Keempat
tujuan itu adalah: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

b. Fungsi Konstitusi
Sebagai wujud perjanjian sosial tertinggi, konstitusi memuat cita-cita yang
akan dicapai dengan pembentukan negara dan prinsip-prinsip dasar pencapaian
cita-cita tersebut. UUD 1945 sebagai konstitusi bangsa Indonesia merupakan
dokumen hukum dan dokumen politik yang memuat cita-cita, dasar-dasar dan
prinsip-prinsip penyelenggaraan kehidupan nasional. Agar konstitusi/UUD
bermakna bagi suatu negara, maka konstitusi harus pula fungsional. Artinya,
konstitusi/UUD secara efektif mampu memenuhi fungsi-fungsinya, dengan
demikian tidak terjadi kesenjangan (gap) antara hukum konstitusi dengan realitas
konstitusional. Terdapat empat fungsi umum konstitusi (Sukriono, 2013:9), yaitu:
(1) fungsi transformasi (transformation function); (2) fungsi informasi (information
function); (3) fungsi regulasi (regulation function); dan (4) fungsi kanalisasi
(canalization function).
Keempat fungsi umum konstitusi itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Fungsi Transformasi
Konstitusi berisi ketentuan-ketentuan hukum (legal pronouncements) yang
lazimnya berupa pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan memiliki efek
yang mengikat secara umum karena ketentuannya sangat abstrak dan
dirumuskan secara makro. Konstitusi mempunyai fungsi transformasi
apabila konstitusi mampu mengkonversikan kekuasaan ke dalam hukum.
3
2) Fungsi Informasi
Konstitusi berisi informasi dimana isi informasi tersebut ditentukan oleh
pengaruh transformasi politik dengan bantuan konstitusi. Apa yang
ditransformasikan merupakan informasi yang telah dikodifikasikan dalam
kodifikasi hukum yang karakternya ditentukan oleh faktor kultural (misal
dari bahasa yang dipakai untuk merumuskan konsep-konsep tertentu) dan
faktor-faktor lain yang bersifat supranasional.
3) Fungsi Regulasi
Informasi yang telah dikodifikasikan dalam konstitusi berpengaruh
terhadap suatu pengaturan mengenai sikap-sikap, perilaku dan harapan-
harapan rakyat. Fakta bahwa suatu konstitusi itu eksis merupakan suatu
informasi yang signifikansinya tidak hanya dibatasi oleh eksistensinya,
namun juga karena kenyataan bahwa konstitusi itu merupakan hukum
yang tertinggi (supreme law). Konstitusi meregulasi perilaku dan proses
keputusan, serta merumuskan kekuasaan-kekuasaan hukum, sehingga
disebut pengaruh normatif konstitusi (normative effect of constitution).
4) Fungsi Kanalisasi
Konstitusi memuat pedoman-pedoman mengenai bagaimana masalah-
masalah hukum dan politik harus di pecahkan. konstitusi juga
menunjukkan bahwa masalah-masalah hukum dan politik harus
diselesaikan berdasarkan tujuan atau prinsip tertentu, seperti prinsip
persamaan (equality), prinsip negara hukum (rule of law, rechtsstaat), dan
sebagainya. Dalam hal ini, konstitusi membuka saluran-saluran (channels)
dengan suatu pedoman khusus, dalam saluran mana berbagai problema
sosial dikanalisasi dan disalurkan sehingga terpecahkan.
C. Peran Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman yang merdeka, penegak hukum dan keadilan, dan untuk menjaga
konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai dengan kehendak
rakyat dan cita-cita demokrasi. Keberadaan MKRI sekaligus untuk menjaga
terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil dan merupakan koreksi terhadap
pengalaman kehidupan ketatanegaraan masa lalu yang sering terjadi tafsir ganda
atas konstitusi.
Mahkamah Konstitusi diharapkan dapat mengawal nilai-nilai konstitusi dan
demokrasi, yaitu sebagai :
1) Pengawal konstitusi (the guardian of constitution).
2) Penafsir akhir konstitusi (the final interpreter of constitution).
3) Pengawal demokrasi (the guardian of democracy).
4) Pelindung hak-hak konstitusional warga negara (the protector of citizen’s
constitutional rights).
5) Pelindung hak-hak asasi manusia (the protector of human rights). Artinya ketika
terdapat pelanggaran terhadap hak konstitusional warga negara yang
pelanggarannya terdapat dalam ketentuan aturan hukum atau regulasi dapat
diluruskan melalui salah satu kewenangannya yaitu mekanisme judicial review.
Sebagai pengawal dan penafsir konstitusi, MKRI berfungsi menangani
perkara-perkara tertentu di bidang ketatanegaraan (konstitusi) dan di dalam Pasal
24C UUD NRI Tahun 1945 MKRI mempunyai empat kewenangan dan satu
kewajiban konstitusional, yaitu berwenang memeriksa, mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Empat kewenangan dan satu
kewajiban itu adalah :
1) Menguji Undang Undang terhadap Undang Undang Dasar.
2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannnya
diberkan Undang Undang Dasar.
3) Memutus pembubaran partai politik.
4) Memutus perselisihan hasil pemilhan umum.
5) Wajib memutus pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

Melalui putusan-putusan perkara konstitusional yang ditangani MKRI


berdasar empat kewenangan dan satu kewajiban konstitusional, MKRI telah
berperanan mewujudkan konstitusi dalam kehidupan bernegara yang nyata, yakni
“menegakkan konstitusi”. Sebagai penegak konstitusi, MKRI berkepentingan
tumbuhnya kesadaran berkonstitusi dalam masyarakat dan di kalangan
penyelenggara negara agar tidak terbiasa mengambil jalan pintas atau main hakim
sendiri dalam menyelesaikan konflik atau masalah-masalah ketatanegaraan dan
politikdalam praktik kehidupan bernegara.

54
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konstitusi merupakan hukum dasar tertulis yang tertinggi, konstitusionalitas


merupakan perbuatan dan tindakan yang sesuai dengan konstitusi dan
konstitusionalisme merupakan paham berkonstitusi warga negara. Membangun
kesadaran berkonstitusi bukan perkara yang mudah dan membutuhkan waktu yang
panjang, serta berhadapan dengan berbagai hambatan. Faktor subtansi (isi
konstitusi), struktural (aparat penyelenggara negara) dan kultural (kesediaan
masyarakat untuk sadar dan mematuhi konstitusi) merupakan komponen yang
dikelola secara simultan dan terus menerus.

B. Saran

Sebagai anak muda generasi penerus bangsa kita seharusnya sudah paham dan
sudah sadar dengan pentingnya nilai-nilai konstitusi kesadaran berkonstitusi jika
kita tau dengan adanya Pembukaan UUD 1945 maka seharusnya kita juga tau
nilai-nilai tersebut, karena konstitusi juga termasuk UUD 1945.

6
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Budi. 2017. “Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi Di Lingkungan


Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan” Jurnal Harmoni Vol. 1
No. 1/2017.
Pebriyeni. 2017. "Membudayakan Kesadaran Berkonstitusi Melalui PKn" Jurnal
PPKn & Hukum Vol. 12, No. 1 April 2017.
Septiani, E., Kartika, M., Aldiansyah, R. 2021. “Membangun Kesadaran
Berkonstitusi Sebagai Upaya Menegakkan Hukum Konstitusi” Jurnal
Hukum Tatanegara Vol. 1, No. 1, 2021.
Sukriono, Didik. 2016. “Membangun Kesadaran Berkonstitusi Terhadap Hak-hak
Konstitusional Warga Negara Sebagai Upaya Menegakkan Hukum
Konstitusi” Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 13, No. 03 September 2023.

Anda mungkin juga menyukai