Anda di halaman 1dari 27

PERAN PEREMPUAN DI RUANG PUBLIK

DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI INTERMEDIATE TRAINING (LK-2)

CABANG TIDORE

OLEH

PURNINGSIH RASID

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

CABANG TERNATE

2018
KATA PENGANTAR

ُ ُ‫علَ ْي ُك ُْم َو َرحْ َم ُة‬


ُ‫للاه َوبَ َركَات ُ ُه‬ َ ‫سالَ ُُم‬
َّ ‫ال‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada henti-hentinya memberikan


kenikmatakan rejeki, kesehatan dan keselamatan, terutama ialah nikmat Islam
yang masih dirasakan hingga saat ini. Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa
sehingga penulis dapat membuat makalah ini sebagai wujud kecintaan dan
konsistensi mengikuti jenjang pengkaderan di HMI. Semua yang penulis lalui
dalam himpunan ini telah membentuk karakter, akhlak dan wawasan intelektual
penulis, maka tiadalah kata terindah yang mampu diucapkan selain rasa syukur
sekiranya Allah SWT masih mengijinkan penulis untuk bernaung dalam rumah
hijau hitam.

Salawat serta salam patutlah kita curahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, sang kekasih Allah yang dalam dirinya terdapat Uswatun Hasanah, pemberi
contoh yang baik bagi seluruh umat manusia, kelahirannya merupakan kabar
gembira sebab beliau mampu mengeluarkan manusia dari zaman jahiliah yang
penuh dengan kebodohan dan kedzaliman menuju peradaban yang penuh dengan
ilmu dan pengetahuan. Beliau pula sebagai pembawa risalah dan Agama Allah
SWT.

Terima kasih yang sebesar besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang
tua, mama dan papa sebab tiada mungkin penulis mampu hidup seorang diri
jikalau bukan karena kasih sayang dan cinta dari kedua orangtua. Tiada mungkin
dapat terhitung kebaikan dan pengorbanan kedua orang tua, terutama untuk mama
yang telah merelakan rahimnya sebagai tempat tinggal ku Sembilan bulan
lamanya, dengan bersusah payah melahirkan lalu membesarkan dengan tulus dan
ikhlas. Papa yang telah berkerja keras membanting tulang untuk member makan,
pakaian dan rumah tempat tinggal untuk kami sekeluarga. Ya Allah
perkenankanlah orangtua ku untuk menempati surge Mu kelak, semoga Engkau
ridha terhadap mereka dan menjadikan mereka sebagai hamba mu yang beriman

i
lagi bertaqwa, panjangkanlah umur mereka dan sayangilah mereka untuk
selamanya amin.

Tak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
kanda dan yunda yang telah mengajari dan memberi motivasi kepada penulis
selama bergabung dalam HMI sejak tahun 2016 silam, tanpa kanda dan yunda
makan penulis takkan dapat berproses dengan maksimal, maka rasa hormat akan
selalu tertanam kepada kanda dan yunda, semoga Allah Azza wa Jalla meridohi
perjuangan kita serta memberikan kemajuan dan kejayaan pada himpunan
mahasiswa islam, serta memberikan syafaat kepada pendirinya bapak Prof.
Drs. Lafran Pane serta tokoh-tokoh lainnya yang telah aktif memperjuangkan
himpunan ini. Akhir kata semoga Allah meridohi dan memudahkan segala
aktifitas kita sehari hari, dan Insha Allah makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang mau membacanya, apabila terdapat kekeliruan sekiranya dapat
diperbaiki kedepan. Sekian

ُ ُ‫سالَ ُُم َو َرحْ َم ُة‬


ُ‫للاه َوبَ َركَات ُ ُه‬ َّ ‫علَ ْي ُك ُْم ال‬
َ ‫َو‬

Ternate 29 November 2018

Purningsih Rasid

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perempuan .......................................................................... 4


B. Keagungan Perempuan dalam Islam ............................................... 8
C. Peran Gender dalam Pemberdayaan Perempuan di
Ruang Publi ..................................................................................... 15
D. Peran Perempuan di Ruang Publik .................................................. 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang mulia dan


berharga. Tanpa seorang perempuan manusia akan punah dimuka bumi ini.
Perempuan dianggap sebagai manifestasi Tuhan dimuka bumi namun
dalam sejarah perempuan sangat sedikit dihormati dan banyak
mendapatkan penindasan yang disebabkan oleh adat istiadat dan kultur
budaya setempat.

Kehadiran islam sebagai agama rahmatan lil alamin telah


mengangkat harkat dan martabat perempuan, menmberikan ia hak untuk
menuntut ilmu dan memperoleh derajat yang sama dengan laki-laki.
Perempuan mendapatkan kesamaan hak dalam beribadah dan melakukan
amal saleh serta tidak ada yang membedakannya kecuali ketaqwaan.

Perempuan memiliki kedudukan dan fungsi yang penting dalam


ranah rumah tangga maupun ruang publik, dalam ranah rumah tangga ia
tumbuh mulai dari menjadi seorang anak, istri dan ibu. Dimasa anak-anak
ia disayangi mendapat penjagaan dan dinafkahi oleh ayahnya, kemudian
sebagai rasa sayangnya ia berbakti kepada kedua orang tua. Ketika
menikah seoarang perempuan yang menjadi istri soleha di istilahkan
sebagai perhiasan yang terbaik, ia diberikan derajat tiga tingkat
dibandingkan sang ayah, memperoleh pahala yang besar karna mendidik
dan merawat anak-anaknya.

Isu Gender telah membuka kran kebebasan bagi perempuan


walaupun pada dasarnya islam yang telah lebih dulu mengakomodasi agar
perempuan dibebaskan dari penindasan serta memperoleh hak yang sama.
Pengarusutamaan Gender menajdi program nasional yang dicanangkan
pemerintah guna mengoptimalkan peran perempuan, namun mampukah

1
perempuan bersaing dan mendapatkan tempat diranah publik? Apa saja
peran dan kegunaan perempuan dalam ranah publik, sebaliknya sebagai
umat yang beragama khususnya Islam itu sendiri apakah memperbolehkan
perempuan untuk bekerja diruang publik? Yang menjadi dasar pertanyaan
adalah apakah perempuan bekerja diruang publik atas kehendak dirinya
sendiri ataukah keterpaksaan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidup yang menunjukan bahwa laki-laki tidak mampu menghidupi kaum
perempun dan tidak dapat menafkahi atau dalam skala yang lebih besar
pemerintah tidak mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat
sehingga tingkat kemiskinan meningkat dan perempuan hidup dalam
keterbatasan materi hingga harus keluar membanting tulang.

Dunia yang semakin hedonis dan modern sebut saja zaman


milenial yang terpengaruh oleh westerenisasi membuat ruang publik
selayaknya tempat persaingan yang ketat, lantas bagaimana perempuan
menghadapi peraturan kerja yang menghabiskan waktu selama seharian
diluar rumah, siapa yang akan mengurusi keluarga? Peran perempuan di
ruang publik akan berjalan baik apabila kaum perempuan cerdik dalam
memposisikan diri dan membagi waktu jangan sampai keharusan bekerja
merusk keharmonisan keluarga.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan perempun yang akan dibahas dalam makalah ini adalalah
mengenai:
1. Bagaimanakah perkembangan sejarah perempuan?
2. Bagaimana Keagungan Perempuan dalam Islam?
3. Bagaimana Peran Gender dalam pemberdayaan perempuan di
Ruang Publik?
4. Bagaimana peran Perempuan di Ruang publik?

2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk:
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai peran
perempuan dalam ranah publik
2. Memperbaiki konstruksi berpikir pembaca mengeni perempuan
agar sekiranya perempuan tidak dimarjinalkan
3. Sebagai kelengkapan dan syarat mengikuti LK-II

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang diharapkan dari makalah ini adalah dapat:
1. Menambah wawasan siapa saja yang ingin membacanya
2. Sebagai bahan bacaan bagi Korps HMI-Wati
3. Sebagai referensi tambahan dalam mempelajari “peran perempuan
dalam ranah publik”

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perempuan
Sejarah perempuan dalam Peradaban kuno dari masa ke masa
menunjukan bahwa status social perempuan selalu mengalami perubahan.
Walaupun perempuan sedikit dihormati, namun sering pula mendapat
perlakukan kasar. Sejarah menunjukan bahwa kedudukan perempuan
diberbagai belaham dunia memiliki kesamaan. Seperti halnya pada masa
jahiliyah perempuan dijadikan budak, warisan dan diperjual belikan.
Banyak orang yang tidak memiliki prikemanusiaan terhadap perempuan,
sering kali perempuan disusahkan dengan alasan tradisi dan adat istiadat.
Kedudukan perempuan dalam peradaban kuno diberbagai belahan dunia
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Peradaban Yunani
Kedudukana perempuan dalam peradaban Yunani sangat rendah
dan jauh dari laki-laki. Para penulis dan penyair yunani menuliskan
dengan penuh sindiran mengenai perempuan. Dalam pandangan yunani
seorang perempuan memiliki 2 tujuan utama dalam hidupnya yaitu
menjadi seorang ibu dan mengurusi rumah tangga. Tanpa adanya
keleluasaan dalam ranah publik. Walaupum bangsa yunani tekenal dengan
kepandaiannya namun hal ini tidak mempengaruhi cara pandang mereka
terhadap perempuan.

Hal yang paling mencengangkan adalah apabila seorang


perempuan melahirkan bayi cacat maka akan memperleh hukum mati.
Monsieur Trailog berkata” perempuan malang yang tidak melahirkan anak
yang kuat dan cocok untuk angkatan perang maka akan dihukum mati”.
Dalam masa anak-anak perempuan diasuh dan memperoleh pendidikan
dari ibu mereka, para ayah berkuasa terhadap anak gadis mereka dan
setelah menikah maka mereka harus patuh pada sang suami.

4
Para filsuf yunani seperti Plato yang bermazhab rasional
menyamakan derajat perempuan dengan para anak-anak dan budak. Dan
menyatakan bahwa kaum laki-laki lebih unggul dari pada perempuan. Hal
ini sejalan dengan pemikiran Aristoteles yang menyatakan “sifat keibuan
tidak menciptakan kemampuan intelektual pada kaum perempuan, oleh
karena itu pendidikannya harus dibatasi pada ranah rumah tangga, menjadi
seorang ibu, mengasuh anak dan tugas sejenisnya. Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam peradaban yunani perempuan baru
bergerak dalam ranah domestic belum memasuki ranah publik dan
mengambil peranannya.

2. Peradaban Babilonia (sekitar 1792 SM) dan Siria.

Peradaban Babilonia dapat dikatakan sangat menjerumuskan


perempuan pada pelacuran, dimana apabila seorang ayah mengalami
krisis financial maka akan memaksa anak perempuannya untuk
melakukan tindakan prostitusi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Cortis pada tahun 42 SM menyatakan bahwa “ tidak ada yang lebih
mengherankan dari pada perilaku seksual masyarakat ini”. Dalam salah
satu tradisi masyarakat Babilonia yang disebut Will Durant sebagai
“pelacuran sacral” dimana seorang perempuan minimal sekali dalam
hidupnya diwajibkan untuk tidur di “ Kuil Bunga” dan menunggu
seorang lelaki untuk datang memilihnya dan melakukan hubungan
seksual, tak hayal perempuan cantik akan cepat terpilih dan perempuan
lainnya akan menunggu lama. Masyarakat babilonia mengizinkan
hubungan seks pra nikah tetapi mengharuskan kesetian sang istri pada
suaminya.

5
Nasib perempuan dalam kalangan jelata yang ingin menikah akan
dibawa ke pasar untuk dilelang kepada laki-laki mereka dianggap
sebagai mesin penghasil bayi dan dibebani banyak pekerjaan. dan setara
dengn budak. Herodotus melaporkan bahwa ketika bangsa Babilonia
diserang dalam pertumpuran mereka akan membunuh para istri untuk
menghemat persediaan makanan. sedangkan nasib perempuan dalam
kasta atas mereka hidup dalam kungkungan keluarga dan sangat
tertutup dengan kehidupan luar. Dan apabila hendak keluar rumah
mereka akan dikawal oleh para pelayan yang telah dikebiri untuk
menghilangkan nafsu birahinya. Walaupun demikian perempuan masih
diberikan kebebasan untuk keluar rumah kapan saja tanpa ijin suami
untuk keperluan rumah tangga.

3. Peradaban Romawi

Bangsa Romawi tidak menyukai perempuan dan memberikan


kebebasan kepada sang ayah untuk membunuh anak perempuannya
ketika lahir mereka lebih menghendaki anak laki-laki karena menjadi
sumber pendapat kedua orang tuanya. Hukum yang berlaku di romawi
sangat menyudutkan perempuan mereka tidak memperoleh pendidikan
dan hany dikhususkan pada pekerjaan rumah. Hukum menyakan bahwa
perempuan tidak memiliki kemampuan intelektual dan tidak berhak
untuk merdeka. Seberat apapun penyiksaan dan kebiadaban seorang
suami, sang istri tidak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan dan
ketidakadilan atas perlakuan sang suami.

Perempuan Roma, dilain sisi juga mendapatkan hak yang minor.


Status terburuk perempuan adalah Eropa menggantungkan dirinya pada
keputusan gereja dan hukum Romawi dimana beberapa ahli teologi
menyangkal bahwa perempuan memiliki jiwa yang abadi.

6
Perempuan mendapat penolakan dalm setiap aspek kehidupan.
Seorang istri tidak mempunyai hak untuk menuntut kekayaan suaminya
setalah suaminya meninggal, dan suaminya pun dapat mencabut hak
waris atas dirinya. Bangsa Romawi mengganggap perempuan sebagai
orang yang pembawaanya tidak pandai. Seoarang perempun hanya akan
dihargai sebagai seoarang “ibu keluarga” apabila ia benar-benar patuh
dan mencurahkan seluruh hidupnya untuk keluarga.

4. Peradaban Mesir
Mesir sangat menghormati dan menjunjung tinggi perempuan,
mereka dianggap sebagai alasan keberlangsungan hidup laki-laki. Dan
memiliki kedudukan yang tinggi dalam keluarga dan masyarakat.
Mendapatkan status hukum yang sah dan diakui oleh Negara. Tuhfah
Ahmad as-Sa’id Handusan menyatakan bahwa risalah mengenai
peradaban Mesir yang dilihat dari berbagai lukisan maupun pahatan
menggambarkan kesan tentang hubungan keluarga yang kuat dan
harmmonis. Ada yg menggambarkan kehidupan didalam rumah,
diruang keluarga dan adapula yang sedang berjalan diladang bersama
suaminya. Perempuan Mesir sngat patuh dan berkhidmat pada sang
suami.

Perempuan Mesir diberikan kepercayan untuk mengurusi


Negara, menyusun Undang-Undang. Bangsa Mesir memberikan
penghargaan kepada Perempuan dengan membuat patung yang
menggambarkan kebesaran, kekuatan dan ketinggian martabat
perempuan.

7
B. Keagungan Perempuan dalam Islam
Sebelum Islam datang seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa
perempuan mengalami kondisi yang memprihatinkan baik di jazirah
Arab maupun daerah lainnya. Ketika para perempuan Amerika dan
Eropa menyuarakan. Persamaan hak mereka dengan laki-laki tanpa
disadari Islamlah yang terlebih dahulu mengakomodasi hak-hak itu.
Islam mengangkat derajat seorang wanita memberinya kebebasan,
kehormatan serta kepriadian yang independen. Islam mengajarkan
prinsip kesetaraan anatara laki-laki dan perempuan bahwasanya amal
perbuatan manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah sama da
akan diterima oleh Allah SWT, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an
surat An-Nahl (16) ayat 97

ً ‫ص ِل ًحا ِمن ذَك ٍَر أَ ْو أُنث َ َٰى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ ِي َينَّ ۥهُ َحيَ َٰوة‬ ۟ ُ‫س ِن َما كَان‬
َ َٰ ‫وا َم ْن َع ِم َل‬ َ ْ‫هُم ِبأَح‬
َ‫ط ِي َبةً َولَنَجْ ِز َينَّ ُه ْم أَجْ َر َي ْع َملُون‬
َ

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki


maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.

Menurut Yusuf Qardhawi, keagungan perempuan meliputi beberapa Hal yaitu:

1. Keagungan perempuan sebagai manusia

Perempuan merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang setara dengan


Lak-laki dan mempunyai keistimewaan dalam dirinya. Tanpa seorang
perempuan kehidupan laki-laki akan hampa dan tidak memiliki keturunan.
Ketika masrakat dunia meragukan dan menghapus nilai-nilai kemanusian

8
pada diri seorang perempuan Islam datang dan menetapkan kemuliaan
perempuan dan mempertegas jati diri kemanusiaannya, sehingga perempuan
mendapatkan takhlif, tanggung jawab, balasan dan berhak masuk surga.

Islam mengukuhkan wanita sebagai manusia mulia dan terhormat yang


setara dengan perempuan karena keduanya tercipta dari satu asal, berasal
dari seorang ayah yaitu Adam dan seorang Ibu yaitu Hawa. Dengan
demikian keduanya sama dalam memikul tanggug jawab yang sama untuk
saling melengkapi dan mengemban kekhalifahan dibumi dalam Al-Qur’an
surat An-Nisa ayat 1 dijelaskan:

َّ َ ‫ج هَ ا َو ب‬
‫ث ِم ن ْ هُ َم ا‬ َ ‫ق ِم ن ْ هَ ا َز ْو‬ ِ ‫اس ا ت َّق ُ وا َر ب َّ ك ُ م ُ ا ل َّ ِذ ي َخ ل َ ق َ ك ُ مْ ِم ْن ن َ ف ْ ٍس َو‬
َ َ ‫اح د َ ة ٍ َو َخ ل‬ ُ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ن‬

‫اْل َ ْر َح امَ ۚ إ ِ َّن اَّللَّ َ ك َا َن ع َ ل َ ي ْ ك ُ مْ َر ق ِ ي ب ًا‬


ْ ‫اًل ك َ ث ِ ي ًر ا َو ن ِ س َ ا ًء ۚ َو ا ت َّق ُ وا اَّللَّ َ ا ل َّ ِذ ي ت َس َ ا َء ل ُ و َن ب ِ هِ َو‬
ً ‫ِر َج‬

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.

Tentang persamaan dalam menerima kewajiban, beragama,


beribadah, tanggung jawab keagamaan maupun tanggung jawab social hal
ini telah tergambar dalam beberapa ayat Al-Qur’an maupun hadist, hal ini
bermaksud menjelskan bahwasanya tidak ada diskriminasi sang pencipta
terhadap laki-laki maupun perempuan keduanya diciptakan dalam keadaan
sempurna untuk saling melengkapi hidup berkeluarga, bermasyarakat
untuk memeperoleh keridhaan Allah SWT. Dalam surat An-Nisa (4) ayat
124 dijeaskan

‫ت ِمنَ َي ْع َم ْل َو َم ْن‬ َّ ‫ُظلَ ُمونَ َو ًَل ْال َجنَّةَ َيدْ ُخلُونَ فَأُو َٰ َلئِكَ ُمؤْ ِم ٌن َوه َُو أ ُ ْنثَ َٰى أ َ ْو ذَك ٍَر ِم ْن ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ ْ ‫يرا ي‬
ً ‫نَ ِق‬

9
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki
maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke
dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.

2. Keagungan perempuan sebagai perempuan

Berikut ini dikemukan sikap dan pandangan Islam terhadap harkat dn


maratabat wanita:

a. Islam menjaga martabat perempuan dan menjadikan sumber kasih


saying, kelembutan dan keindahan, oleh karena itu Islam
menghalalkan sebagaian yang diharamkan atas laki-laki seperti
perhiasaan emas yang sesuai dengan fitrah perempuan , telah
disebutkan dalam hadist:

“sesungguhnya emas dan sutra ini diharamkan atas kaum laki-laki


dari umatku, tetapi dihalalkan bagi kaum perempuan” (H.R
Ahmad, Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Sebaliknya Allah mengharmkan seorang perempuan yang


menghilangkan martabat perempuan dengan berpakaian dan
bertingkah menyerupai laki-laki sebagaimana dalam hadist:

“Allah melaknat laki-laki megenakan pakaian perempuan dan


sebaliknya perempuan mengenakan pakaian laki-laki” (HR.
Tirmidzi)

b. Islam melindungi martabat perempuan dan memberikan


kemudahan kepadanya, perempuan diposisikan dalam naungan

10
laki-laki, ditanggung nafkahnya dicukupi segala kebutuhnya ketika
menikah dia akan dijaga oleh sang suami sehingga seorang
perempuan tidak perlu bersusah payah bertarung dalam dunia
ekonomi dan pekerjaan karena keterpaksaan untuk membiayai
hidupnya. Perempuan menikmati kehidupannya berbakti pada
kedua orang tua, memperoleh ilmu pengetahuaan dan menjadi istri
sholeha.
c. Islam menjaga Moral dan perasaan wanita, mensucikannya dan
melindunginya dari orang-orang yang ingin mengotori. Oleh
karena itu Islam mewajibkan wanita untuk menjaga pandangan dan
kemaluannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-
Nur ayat (24): 31.

َ ‫ار هِ َّن َو ي َ ْح ف َ ظْ َن ف ُ ُر و‬
‫ج هُ َّن َو ًَل ي ُ ب ْ ِد ي َن ِز ي ن َ ت َهُ َّن‬ ِ ‫ص‬َ ْ ‫ض َن ِم ْن أ َب‬ ِ ‫َو ق ُ ْل ل ِ ل ْ ُم ْؤ ِم ن َا‬
ْ ُ‫ت ي َ غ ْ ض‬
‫إ ِ ًَّل‬

‫ج ي ُو ب ِ ِه َّن ۖ َو ًَل ي ُ ب ْ دِ ي َن ِز ي ن َت َهُ َّن إ ِ ًَّل‬


ُ ‫خ ُم ِر هِ َّن ع َ ل َ َٰى‬ ْ َ ‫َم ا ظ َ هَ َر ِم ن ْ هَ ا ۖ َو ل ْ ي‬
ُ ِ ‫ض ِر ب ْ َن ب‬
‫ل ِ ب ُ ع ُ و ل َ ت ِ ِه َّن‬

‫أ َ ْو آ ب َ ا ئ ِ ِه َّن أ َ ْو آ ب َ ا ِء ب ُ ع ُ و ل َ ت ِ ِه َّن أ َ ْو أ َب ْ ن َا ئ ِ ِه َّن أ َ ْو أ َب ْ ن َا ِء ب ُ ع ُ و ل َ ت ِ ِه َّن أ َ ْو إ ِ ْخ َو ا ن ِ ِه َّن أ َ ْو ب َ ن ِ ي‬


‫إ ِ ْخ َو ا ن ِ ِه َّن‬

‫ت أ َي ْ َم ا ن ُ هُ َّن أ َ ِو ال ت َّ ا ب ِ ِع ي َن غَ ي ِْر أ ُو لِ ي‬
ْ َ ‫أ َ ْو ب َ ن ِ ي أ َ َخ َو ا ت ِ ِه َّن أ َ ْو ن ِ س َ ا ئ ِ ِه َّن أ َ ْو َم ا َم ل َ ك‬
ْ
ِ‫اْلِ ْر ب َ ة‬

‫ض ِر ب ْ َن‬ ِ ‫الر َج ا ِل أ َ ِو الطِ ف ْ ِل ا ل َّ ذِ ي َن ل َ ْم ي َ ظْ هَ ُر وا ع َ ل َ َٰى ع َ ْو َر ا‬


ْ َ ‫ت الن ِ سَ ا ِء ۖ َو ًَل ي‬ ِ ‫ِم َن‬
ُ ‫ب ِ أ َ ْر‬
‫ج ل ِ ِه َّن‬

ْ‫لِ ي ُ ع ْ ل َ مَ َم ا ي ُ ْخ ف ِ ي َن ِم ْن ِز ي ن َ ت ِ ِه َّن ۚ َو ت ُو ب ُوا إ ِ ل َ ى اَّللَّ ِ َج ِم ي ع ً ا أ َي ُّ ه َ ال ْ ُم ْؤ ِم ن ُ و َن ل َ ع َ ل َّ ك ُ م‬


ُ ِ‫ت ُف ْ ل‬
‫ح و َن‬

Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah

11
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.

d. keagungan perempuan sebagai seoarang Ibu


Islam mengajarkan untuk berbakti kepada kedua orang tua
terutama kepada sang ibu, ada ungkapan yang mengatakan bahwa
surga berada dibawah telapak kaki ibu, bahkan seorang ibu
memiliki tiga tingkatan diatas sang ayah.

Firman Allah dalam surat Al-Ahqaf (46) ayat 15

َ ‫اْلِ ن ْ س َ ا َن ب ِ َو ا ل ِ د َ ي ْ هِ إ ِ ْح س َ ا ن ً ا ۖ َح َم ل َ ت ْ ه ُ أ ُ ُّم ه ُ ك ُ ْر ه ًا َو َو ضَ ع َ ت ْ ه ُ ك ُ ْر ه ًا ۖ َو‬


ُ ‫ح ْم ل ُ ه ُ َو ف ِ صَ ا ل ُ ه‬ ْ ‫َو َو صَّ ي ْ ن َا‬
‫ح ت َّ َٰى إ ِ ذ َ ا ب َ ل َ َغ أ َ ش ُ د َّ ه ُ َو ب َ ل َ َغ أ َ ْر ب َ ِع ي َن س َ ن َ ة ً ق َ ا َل َر ب ِ أ َ ْو ِز عْ ن ِ ي أ َ ْن أ َ شْ ك ُ َر‬
َ ۚ ‫ث َ ََل ث ُو َن ش َ ْه ًر ا‬
ْ َ ‫ض ا ه ُ َو أ‬
‫ص لِ ْح ل ِ ي ف ِ ي‬ ً ِ‫ي َو أ َ ْن أ َ عْ َم َل صَ ا ل‬
َ ‫ح ا ت َْر‬ َّ َ ‫ي َو ع َ ل َ َٰى َو ا ل ِ د‬
َّ َ ‫ت ع َ ل‬ َ ‫ك ا ل َّ ت ِ ي أ َن ْ ع َ ْم‬
َ َ ‫ن ِ ع ْ َم ت‬
‫ك َو إ ِ ن ِ ي ِم َن ال ْ ُم سْ ل ِ ِم ي َن‬ ُ ْ ‫ذ ُ ِر ي َّ ت ِ ي ۖ إ ِ ن ِ ي ت ُب‬
َ ْ‫ت إ ِ ل َ ي‬

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku

12
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

e. Keagungan perempuan sebagai seorang anak, istri dan anggota


masyarakat

Seorang perempuan dalam perjalanan hidupnya ia akan tumbuh


dan berkembang menjadi seorang anak, istri dan anggota masyarakat. Pada
masa anak-anak ia diwajibkan untuk berbakti kepada kedua orang tuana
yang telah memebesarkan dan merawat dirinya hingga ia besar, di masa
jahiliyah orang Arab membenci kelahiran anak perempuan namun pada
masa kedatangan Islam, Allah SWT melarang membunuh anak perempuan

Seorang perempuan yang menjadi istri soleha, sangat disanjung


dan dimuliakan oleh Allah SWT. Islam menemptkan wanita sholeha
sebagai kekayaan dunia, perhiasan terbaik dan salah satu factor utama
terwujudnya kebahagiaan hidup. Disebutkan dalam salah satu hadist, Nabi
Muhammad SAW bersabda kepada umar:

“ maukah aku tunjukan kepadamu perbendaharaan yang terbaik untuk


disimpan seseorang? Ialah istri shalilah, apabila dilihatnya maka
sungguh menyenangkan, apabila diperintah maka pasti menaatinya dan
apabila ditinggal pergi suaminya pasti dapat menjaga dirinya dan harta
suami”. (HR. Abu Dawud)

Selanjutnya Nabi saw bersabda, dunia adalah tempat kesenangan, dan


sebaik-baik kesenangan dunia adalah istri shalihah dan beliau juga
mempertegas bahwa:

“Barangsiapa yang dianugrahi istri shalihah, maka Allah akan membantu


dia dalam menjalankan separuh agamanya. Karenanya, hendaknyaia
takut kepada Allah dalam separuh yang kedua.”

13
Seorang perempuan dan muslimah yang baik tidak boleh menyia-
nyiakan hak suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, menjaga


kemaluannya, dan menaati suaminya, dia akan masuk surge lewat pintu
mana yang ia kehendaki”

Perempuan sebagai anggota masyarakat sering banyak disalah


artikan oang-orang yang keliru menyatakan bahwa Islam menyuruh
perempuan berdiam diri dirumah. Tanpa mendapat akses di masyarakat
padahal apabila melihat sejarah Islam banyak tokoh perempuan yang turut
membantu Rasulullah mendakwahkan Islam bukan hanya berdiam diri
dirumah padahal perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu berdakwah
dan menyampaikan pendapatnya.

‫ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو ُم ْس ِل َم ٍة‬


َ ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ
“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ ْال َم ْع ُر‬


‫وف َوت َ ْن َه ْونَ َع ِن َوتُؤْ ِمنُون َْل ُمنك َِر ِباللَّـ ِه‬ ْ ‫ُكنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لن‬

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (QS: Ali Imron 110)

Maka kesempurnaan Islam dalam memahami perempuan telah


mempermudah dan memberikan peluang kepada setiap perempuan untuk
memahami dirinya, memahami potensi dan perananya agar aktif membina dan
memperkokoh keluarga serta lingkungan masyarakat.

14
C. Peran Gender dalam pemberdayaan perempuan di Ruang Publik
Gender adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu system
peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak
ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi pada lingkungan social,
politik, dan ekonomi. Sedangkan prespektif gender adalah untuk
membedakan segala sesuatu yang normative dan biologis dan segala
sesuatu yang merupakan produk sosio-budaya dalam bentuk kesepakatan
normative dan fleksibilitas social yang dapat ditransformasikan.
Ketidakadilan gender yang menimpah kaum perempuan telah
berpengaruh terhadap kondisi bangsa Indonesia. Oleh karena itu
pemerintah mengupayakan adanya pengarusutamaan gender dan
pentingnya prespektif gender dalam setiap lini kehidupan. Pengintegrasian
gender sudah menjadi salah satu strategi pembangunan di Indonesia dalam
rencana pembangunan jangka menegah 2010-2014. Bahkan secara
eksplisit telah ada sejak tahun 2000 dalam Dokumen Program
Pembangunan Nasional (propenas). Hingga terbitnya Inpres No.9 tahun
2000 tentang PUG (Pengarusutamaan Gender) menunjukan bahwa
pemerintah mendukung secara penuh kebebasan perempuan dalam ranah
Publik. Serta mencegah kesenjangan gender dalam ketenagakerjaan,
bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan lainnya.

Pengarusutamaan Gender adalah mengarusutamakan perempuan


dalam pembangunan yang bermakna memperkuat kelibatan aktif
perempuan dalam pambangunan dengan mengaitkan kemampuan dan
kontribusinya dengan isu pembangunan makro dan agenda pembangunan
nasional. Dengan adanya PUG maka diharapkan perempuan dapat
mengoptimalisasikan dirinya dalam segala bidang. Tujuan kesetaraan dan
keadilan Gender adalah memperbaiki kualitas hidup perempuan dalam
semua bidang pembangunan dan memperkuat peran aktif masyarakat dan
memperbaiki kualitas kelembagaan.

15
Factor yang mempengaruhi pemberdayaan perempuan terbagi
menjadi dua yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internl
berbicara pada kesiapan seoarang perempuan mengadapi tantangan yang
mengharuskan dirinya memiliki pengetahuan (kognitif), keterampilan
(skill) dan mental (afektif). Sedangkan factor eksternal dapat berupa
lingkungan eksternal yang diharapkan kondusif bagi upaya pemberdayaan
perempuan. Pada akhirnya Gender telah merubah pola pikir masyarakat
awan yang awalnya menindas perempuan kemudian memberinya keluasan
dalam berkarya, walaupun pada awalnya jauh sebelum isu Gender
berkembang Islam telah memuliakan perempuan dan mempermudah
dalam segala aspek positif.

Problematika dalam kesetaraan gender perlu untuk di perhatikan,


Gender yang lahir dari prespektif Barat dapat pula menjadi bencana,
wanita barat menuntut kesetaraan Gender dengan pria dalam berbagai lini
kehidupan. Mereka menuntut agar bias menjalani kehidupan sesuai dengan
gaya hidup pria, melepas hijab, menanggalkan rasa malu, keluar rumah
dan melakukan apa saja sesuai keinginan. Wanita barat menginginkan
sebuah kehidupan tanpa nilai-nilai dan norma-norma, tanpa ikatan dan
petunjuk yang sifatnya normative. Kesetaraan Gender adalah fondasi dasar
masyarakat barat, namun pada fase berikutnya ini akan menghantarkan
perempuan pada tugas-tugas dan profesi kehidupan.

Dampak yng terjadi adalah penyimpangan wanita dari fitrahnya


yang hakiki hanya untuk memenuhi ambisi dalam berkarir dalam semua
bidang ekonomi, social dan politik bahkan wanita melakukan pekerjaan
apa saja, mulai dari instansi pemerintahan, perusahan, pramuniaga atau
kasir Hypermarket, penjual surat kabar, panyapu jalan, penjaga malam,
kuli angkot, pengecor besi dan baja, teknisi laboratorium, dan semua lini
yang awalnya hanya menjadi ruang laki-laki dengan dalil emansipasi
wanita. . Kemampuan dalam memenuh kebutuhan ekonomi membuat

16
wanita atau perempuan itu sendiri merasa tidak memerlukan kehadiran
seorang pria.

Akhirnya nilai-nilai etika dan norma-norma keagamaan masyarakat


barat hancur lebur. Hal tersebut merupakan dampak dari keluarnya
perempuan dari dalam rumah dengan dalih mengimbangi kemajuan
industry yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Yang pasti ada
dalag dbalik layar yaitu kaum Yahudi yang memakai wanita sebagai pintu
masuk bagi kerusakan dan dekadensi moral masyarakat. Sudah
sepantasnya perempuan memahami fitarh dirina, keinginan dirinya,
potensi yang dimilikinya, berpegang teguh pada Agama, dan melindungi
diri dari kebodohan.

D. Peran Perempuan di Ruang Publik

Dalam era modereisasi dengan penuh kebutuhan dan gaya hidup


yang beragam mendorong perempuan untuk berkarir dan bekerja di ranah
publik meninggalkan rumah. Pada dasarnya bekerja bagi seorang wanita
dalam Islam hukumnya mubah, bukan sunnah maupun wajib, karena
mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki walaupun dalam keadaan kaya
dan bercukupan.

Hal ini dikarenakan beban seorang perempuan sudah terlalu


banyak mulai dari mengandung, menyusui, melahirkan, dan membesarkan
anak. Apabila ditambah mencari nafkah maka beban perempuan akan
bertambah, lantas apa gunanya suami?. Idealnya segala sesuatu yang
dibutuhkan perempuan untuk menunaikan kewjiban utamanya dengan
nyaman seharusnya disediakan dalam masyarakat, oleh laki-laki. Ini
berarti perlindungan fisik dan materi. Jika tidak ini merupakan tindakan
penindasan serius terhadap perempuan.

17
Seorang suami diwajibkan untuk memenuhi sandang, pangan dan
tempat tinggal yang dibutuhkan isrinya Allah subhanahu wa Ta’ala
berfirman

“Dan kewajiban seorang ayah member makan dan pakaian kepada


Ibu (istri) dengan cara yang baik. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya”. (Al-Baqarah:233).

Namun bukan berarti perempuan tidak dapat bekerja di ranah


publik. Berikut syarat-syarat bagi seorang perempuan atau istri untuk
berkarier anatar lain:

a. Izin penguasa dirinya atau dijamin keamananya


Apabila ingin bekerja diluar seorang perempuan harus
mendapat ijin dari sang suami, atau wali apabila bagi perempuan
yang belum menikah. Atau apabila seorang wanita ingin keluar
harus dengan penjagaan mahromnya. Para ulama membedakan
kerja istri yang dapat mengurangi hak suami, atau yang tidak
mengurangi hak suami. Apabila pekerjaan tersebut mengurangi hak
suami maka para ulama melarangnya, namun jika tidak maka tidak
ada alasan bagi suami untuk melarang.
b. Tidak ikhtilat dan khalwat
Tidak ikhtilat (bercampur baur) antara pria dan wanita serta tidak
berdua-duaan. Untuk mencegah terjadinya kemaksiatan dan perbuatan
Zina yang menyebabkan perselingkuhan, pelecehan seksual dan
pemerkosaan.
c. Tidak berdampak negative
Pekerjaan seorang perempuan diluar rumah tidak menjadikannya
menelantarkan keluarga karn tugas utama perempuan adalah melayani
suami (husnut taba’ul) menjadi mentari dalam rumah tangga (rabbatul
bait). Nabi saw bersabda

18
“Dan wanita itu menjaga (penanggung jawab) rumah suaminya
dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas penjagaan itu”.
d. Tidak tabarruj dan tidak membuka aurat
Tabarruj yaitu sifat wanita yang suka menampakan perhiasannya
(tubuh/pakaian), bejalan berlenggok lenggok dan menmpakan
keelokan tubuhnya. Hal ini sangat dilarang.

e. Sesuai dengan kodrat kewanitaan


Sudah selayaknya pekerjaan yang digeluti perempuan sesuai
dengan kemampuannya. Namun janganlah menjadikan kerja hanya
untuk gaya hidup semata, perempuan selayaknya tahu bahwa tugas
utama mereka ada dirumah.

Dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut perempuan yang bekerja di


ruang publik diharapkan mampu memposisikan dirinya agar dapat menjaga
keutuhan keluarga semabari bekerja. Peran perempuan dala ranah publik memang
dibutuhkan, Perempuan yang masuk ke sektor publik tidak harus disertai profesi
tertentu seperti berperan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Namun peran di sektor publik bisa dilakukan dengan mengikuti kegiatan
pengajian, posyandu, dan lainnya. Amar ma’ruf nahi munkar harus dikerjakan
bersama-sama. Artinya, baik laki-laki dan perempuan bersama-sama harus
mengurus urusan publik maupun domestic. Semua ranah telah memberikn
peluang kepada perempuan tinggal bagaimana perempuan tersebuut mampu
memantaskan diri untuk bersaing dan memperoleh ruang di lingkungan publik.
Namun hal yang mencengkan adalah perempuan yang memasuki ranah publik
dituntut untuk berpenampilan menarik yang kebarat baratan dan sesuai aturan
tempat kerjanya, tak khayal perempuan muslimah yang mempertahankan syariat
Agama manjadi terpinggirkan bahkan tidak memperoleh pekerjaan. Pada dasarnya
perempuan tidak boleh dipaksa untuk bekerja tanpa kemauan darinya.

Pengoptimalan peran perempuan dalam ranah publik harus sejalan dengan


tuntutan agama, dan norma di Masyarakat, perempuan diharapkan memiliki peran

19
yang baik dalam setiap profesinya karna pada dasarnya perempuan memiliki
kedudukan yang sama dimata Negara dan Hukum.Peran dan keharusan
keterlibatan perempuan dalam politik diatur pada pasal 27 UUD 1945 yang
menyatakan “segala warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.” Sejalan dengan hal itu Undang-Undang Pemilu dan Undang-
Undang Partai politik juga telah memberikan kesempatan kepada perempuan
untuk turut aktif dalam ranah publik.

UU No.12 Tahun 2003 tentang Pemilu :pasal 65 ayat (1) menegaskan


bahwa “setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR,
DPR Provinsi, dan DPRP Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.

UU No.10 Tahun 2008 tentang pemilu telah menetapkan keharusan 30%


keterwakilan perempuan di Parlemen.

UU No.2 tahun 2008 tentang partai politik, pasal 2 ayat (5) menegaskan
bahwa kepengurusan partai politik tingkat pusat disusun dengan menyertakan
paling rendah 30% keterwakilan perempuan. Hal ini juga sama untuk tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.

Dengan adanya perundang-undangan yang berlaku formal akan semakin


mempermudah perempuan yang ingin terjun dalam dunia politik maupun sector
lainnya, yang paling utama adalah mengoptimalkan perannya secara postif jikalau
dalam dunia ekonomi perempuan diharpkan mampu berkontribusi dan
menyiapakan lapangan pekerjaan guna menekan angka pengangguran itu sendiri.
Akhir kata dunia terbuka untuk perempuan maka perempuan wajib memantaskan
dirinya untuk bersaing dengan kaum Adam.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sejarah mecatat pada zaman dahulu diberbagai belahan dunia dengan


berbagai macam peradaban seperti yunani, babilonia dan romawi tidak
memberikan hak yang sempurna kepada perempuan. Adat istiadat dan
kultur budaya menindas perempuan mereka dijadikan pemuas nafsu
belaka dan mesin memproduksi bayi. Mereka diperjualbelikan dan
berstatus seperti budak, hidup dalam kesengsaraan tanpa adanya
peghormatan.
2. Islam sebagi Risalah Allah SWT, telah mengangkat harkat dan derajat
perempuan, mengeluarkan mereka dari kebiadaban jahiliyah, dengan
posisi yang terhormat, Al-Qur’an mengambarkan keutamaan
perempuan dalam rumah tangga dan memperbolehkan ia untuk bekerja
diluar rumah dengan syarat yang telah ditentukan guna melindungi
perempuan itu sendiri
3. Program pengarusutamaan Gender telah membantu perempuan untuk
bergerak diranah publik dlam berbagai sector kehidupan. Namun
kesetaraan Gender yang didengung dengungkan oleh barat perlu untuk
diseleksi oleh perempuan jangan menjadikan alasan emansipasi
perempuan sebagai alasan untuk hidup bebas berbaur dengan laki-laki
tanpa batas, bekerja siang dan malam hingga menelantarkan keluarga,
perempuan harusnya memahami bahwa kesetaraan gender adalah
peluang dan bentuk pengakuan akan hak perempuan namun bukan
menjadi suatu keharusanbahwa perempuan harus bekerja diluar rumah.
4. Perempuan diperbolehkan untuk mengambil peranan di ruang publik
guna untuk kemaslahatan umat dan bangsa, yang didasari oleh
kemauan sendiri bukan paksaan serta tidak menelantarkan keluarga

21
dan professional dalam menjalankan tugasnya, hukum yang berlaku di
Indonesia telah menjamin secara legal hak perempuan terutama dalam
ranah politik dengan keterwakilan 30% di parlemen dan dalam
pencalonan anggota DPR.

B. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis adalah mari menjadi perempuan
cerdas yang tanggung dalam menghadapi perkembangan zaman, mampu
beradaptasi dan bertahan, dengan mengembangkan potensi sesuai fitarh
perempuan, berbuat baik dimana saja dan tidak mengenal permusuhan.
(hidup perempuan merdeka).

22
DAFTAR PUSTAKA

Ali al-Allawi, Muhammad. 2002. The Great Women. Jakarta: Pena Pundi Aksara.

Amin, Qasim. 2003. Sejarah Penindasan Perempuan. Yogyakarta: IRCiSoD

Muhmud Al-Asymuni,Ummu dkk. 2016. Panduan Etika Muslimah Sehari-hari. Surabaya:


Pustaka Elba.

Muhammad Uwaidah, Kamil. 2006. Fiqih wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Nadlifah. 2011. Wanita Bertanya Islam Menjawab. Yogyakarta: Qudsi Media

Umar Nasif, Fatimah. 2001. Menggugat Sejarah Perempuan. Jakarta: Cendekia Sentra
Muslim.

Vitalaya S Hubeis, Aida. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa Ke Masa. Bogor : IPB
Press

Wadud, Aminah. 2001. Quran Menurut Perempuan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Anda mungkin juga menyukai