Anda di halaman 1dari 2

Bila Aku Sudah Menikah...

Oleh : Abu Hilyah

Sudah menjadi fitrah manusia untuk hidup berpasangan. Setidaknya bagi orang-orang beriman, mereka
pasti akan bertemu dengan pasangan mereka ketika hidup di surga kelak sebagaimana kakek mereka terdahulu
memiliki pasangan hidup ketika berada di surga meskipun sebagian orang-orang beriman ketika hidup di dunia
belum bertemu dengan pasangannya. Belum bertemu dengan pasangan hidup ketika di dunia bukanlah ukuran
kesuksesan dan kebahagiaan kehidupan anak manusia. Sayyidah Maryam binti Imron alaihas salam adalah
seorang wanita yang sukses di kehidupan dunianya. Beliau adalah seorang wanita pilihan Alloh sesuai nash Al-
Quran. Beliau adalah seorang wanita yang menghabiskan masa hidupnya di dunia dengan menghambakan diri
kepada Alloh. Apakah kita tetap akan mengukur kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia hanya dengan
adanya pasangan hidup bagi kita ?
Sesungguhnya kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia adalah ketika seseorang bisa menghamba
kepada Alloh secara total di sepanjang kehidupannya sebagaimana Sayyidah Maryam binti Imron alaihas salam
sesuai ayat 56 dari surat Adz-Dzariyat, baik bertemu dengan pasangan hidupnya ketika di dunia ataupun tidak.
Hal ini bukan berarti keberadaan pasangan hidup ketika di dunia bukanlah hal yang penting. Bahkan sangat
penting sebagaimana kakek manusia, Baginda Nabiyyulloh Adam ‘alaihas salam tatkala dikirim ke dunia sebagai
Kholifatulloh di muka bumi disertai pasangan beliau di surga yaitu nenek manusia, Sayyidatuna Hawwa’ ‘alaihas
salam. Diantara misi kakek manusia, Baginda Nabiyyulloh Adam ‘alaihas salam adalah memakmurkan dunia
dengan agama yang diridhoi Alloh Ta’ala setelah dunia dihuni oleh makhluk yang banyak berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah.
Jalan memakmurkan dunia adalah dengan melahirkan anak cucu yang sholih sholihah yang berpegang
teguh dengan agama yang diridhoi Alloh Ta’ala. Dan hal tersebut dapat terwujud bagi kehidupan manusia
dengan jalan menikah dan berketurunan. Maka kesuksesan dan kebahagiaan pernikahan manusia apabila mereka
dapat menghamba kepada Alloh secara total di sepanjang kehidupannya dengan berpegang teguh pada agama
yang diridhoi Alloh Ta’ala. Tanpa hal tersebut, kesuksesan dan kebahagiaan pernikahan manusia adalah
fatamorgana yang menipu. Bagaimana tidak, bukankah kakek manusia telah diberi bekal ketika datang ke dunia
bahwa tatkala seseorang durhaka kepada Alloh Ta’ala, tidak menghamba kepada Alloh secara total dengan
berpegang teguh pada agama yang diridhoi Alloh Ta’ala, maka kehidupannya akan gagal dan sengsara.
Alhamdulillah... ada syariat taubat sejak manusia pertama datang ke bumi.
Kemaksiatan pertama dalam kehidupan manusia adalah berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.
Padahal hal tersebut sudah diwanti-wanti oleh para malaikat, tetapi kebanyakan manusia tidak
memperhatikannya. Berbuat kerusakan dan permusuhan adalah pangkal kegagalan dan kesengsaraan. Maka
sudah semestinya bila seseorang menikah, maka priorias pertama dan utama adalah menghamba kepada Alloh
secara total dengan berpegang teguh pada agama yang diridhoi Alloh Ta’ala. Berikut ini ada 4 hal yang harus
diperhatikan oleh para wanita bila sudah menikah sesuai pelajaran yang bisa diambil dari ayat 32-34 surat Al-
Ahzab. Akan tetapi ke-5 hal tersebut juga harus diperhatikan oleh para lelaki bila sudah menikah karena sesuatu
yang menjadi kewajiban para istri boleh mereka dapatkan dari para suami sebagai bentuk mu’asyaroh yang baik
kepada para istri.
01. Menjaga potensi yang ada pada diri dari kemaksiatan
Bagi para wanita bila sudah menikah ada hal yang harus ia perhatikan secara baik-baik, yaitu
menjaga potensi yang ada pada diri dari kemaksiatan. Jangan sampai suaranya menjadikan para lelaki
selain suaminya berhasrat dan menimbulkan syahwat kepada dirinya. Jangan berbicara hal-hal yang
menimbulkan hasrat dan syahwat selain suami kepada dirinya. Berbicaralah sesuai aturan Alloh untuk
anda. Berbicaralah dengan baik jangan sampai menyakitkan hati baik karena kasar dan sebagainya. Hal
inipun harus menjadi perhatian para suami sebagai imbal balik, sebagai bentuk mu’asyaroh yang baik
kepada para istri. Kemaksiatan dari seorang wanita yang sudah menikah efeknya berbeda dari
kemaksiatan seorang wanita yang belum menikah. Bila wanita yang sudah bersuami zina, maka
hukumannya adalah rajam. Berbeda dengan wanita yang belum bersuami.
02. Berdiam didalam rumah dan tidak bertabarruj
Bagi para wanita bila sudah menikah jangan keluar dari rumah kecuali karena kewajiban dirinya
seperti menemani suami dan sebagainya. Kemudian jangan mempertontonkan diri, baik dengan
keindahan yang menempel pada dirinya seperti perhiasan, pakaian yang mengundang perhatian dan
sebagainya ataupun dengan keindahan yang ada pada dirinya seperti lengannya, matanya dan sebagainya.
Bagaimana bisa seseorang yang sudah tidak keluar rumah bertabarruj ( mempertontonkan diri
sebagaimana gambaran diatas ) ? Alloh Maha Mengetahui, meskipun seseorang berada didalam rumah
tapi berkat medsos dan sebagainya, seseorang dapat mempertontonkan dirinya didepan publik
masyarakat tanpa harus keluar dari rumah. Hal inipun harus menjadi perhatian para suami sebagai imbal
balik, sebagai bentuk mu’asyaroh yang baik kepada para istri. Suami tidak keluar rumah kecuali untuk
kewajiban, seperti sholat jum’at, mencari nafkah dan sebagainya. Seorang suami harus meluangkan
waktu untuk istri dan keluarganya dirumah.
03. Tetap menjaga tugasnya sebagai hamba Alloh
Meskipun sudah mendapatkan tugas baru yaitu melayani suami tetapi tugas sebagai hamba Alloh
jangan sampai terabaikan. Menikah adalah salah satu bentuk penghambaan kepada Alloh. Maka
meninggalkan sebuah tugas karena alasan tugas yang lain adalah suatu kekeliruan. Hendaklah seorang
istri menghidupkan suasana ibadah dirumahnya selain melayani suaminya. Bila seorang wanita sebagai
hamba Alloh ingin dicintai dan dekat dengan Alloh, maka selain menunaikan kewajiban hendaklah
menambah dengan amalan sunnah, niscaya semakin dicintai dan dekat dengan Alloh. Begitu pula bila
ingin dicintai dan dekat dengan suami, maka selain menunaikan kewajiban kepada suami hendaklah
menambah dengan yang sunnah, niscaya semakin dicintai dan dekat dengan suami. Dan hal inipun harus
menjadi perhatian para suami juga sebagai imbal balik, sebagai bentuk mu’asyaroh yang baik kepada
para istri.
04. Menjaga suasana keilmuan dirumahnya
Alloh telah menurunkan agama sebagai solusi seluruh problematika kehidupan manusia. Bila
seseorang mengetahui ilmu agama berarti mengetahui solusi seluruh problematika kehidupannya. Bila
mencari solusi seluruh problematika kehidupan selain dengan agama, maka akan timbul permasalahan
baru. Bila menyelesaikan problematika kehidupan dengan selain ilmu, dengan nafsu, egoisme dan
sebagainya, maka tidak akan menemukan titik terang problematika kehidupannya karena meninggalkan
petunjuk bimbingan kehidupan tersebut. Jangan sampai seorang wanita sebelum menikah paham aqoid
Asyari Maturidi, paham madzhab Syafii, paham tashawwuf Al-Ghozali dan seterusnya, kemudian setelah
menikah hilang ilmu-ilmu tersebut sehingga tidak ada benteng bagi kehidupannya dari hal-hal yang
dimurkai oleh Alloh. Ia lupa tentang pelajaran tashawwuf yang mengajarkan jangan suka menggunjing
karena dengannya seseorang sulit mencapai ridho Alloh, sulit mendekat kepada Alloh dan dicintai Alloh
dan sebagainya. Dan hal inipun harus menjadi perhatian para suami juga sebagai imbal balik, sebagai
bentuk mu’asyaroh yang baik kepada para istri dan untuk pembekalan kepada keturunan mereka kelak.
Semoga bermanfaat dan barokah.

Anda mungkin juga menyukai