Memutuskan untuk menikah dan siapa yang akan dinikahi adalah salah dua
keputusan terpenting yang harus dibuat seseorang dalam hidupnya. Terlebih,
pernikahan merupakan ibadah yang harus dijalani seumur hidup.
Namun, sebelum menjalani pernikahan, seseorang harus melewati proses
pertunangan terlebih dulu.
Pada masa pertunangan, dua orang yang akan menikah harus belajar untuk
saling mengenal satu sama lain sebelum benar-benar memutuskan untuk
menikah.
Namun, aturan yang mengatur masa pertunangan dalam Islam seringkali
dikaburkan oleh berbagai praktik budaya dan tradisi keluarga. Hingga pada
masa ini pula dapat membuat banyak pasangan yang bertunangan selalu
bingung.
Oleh karena itu, kita perlu mengatahui hal-hal yang harus dan tidak harus
dilakukan pada masa pertunangan. Sebab, tujuan pernikahan dalam Islam,
salah satunya adalah sebagai penyempurna agama. Maka, dengan menikah,
seseorang telah menyempurnakan setengah agamanya.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Apabila seorang hamba menikah,
maka telah sempurna separuh agamana. Maka, takutlah kepada Allah SWT
untuk separuh sisanya." (HR Baihaqi)
Jadi, apa sajakah yang boleh dan tidak boleh dilakukan dari masa pertunangan
dalam Islam dalam terminologi sehari-hari sebagaimana dirangkum dari
AboutIslam.
1. Memiliki niat yang jelas dan benar
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita bahwa suatu tindakan dinilai dari
niatnya, dan menikah tidak terkecuali.
Pernikahan bukanlah permainan, juga bukan tujuan itu sendiri yang harus
dicapai dan kemudian dikesampingkan. Ini adalah sarana bagi dua orang untuk
menjadi lebih baik, melalui cinta mereka satu sama lain dan untuk Sang
Pencipta, dan ini tidak boleh dianggap remeh.
2. Jangan lupakan ajaran Islam saat berkomunikasi
Allah SWT menciptakan manusia dan hanya Ia yang mengenal setiap hambanya
lebih baik, daripada kita mengenal diri kita sendiri. Jadi, kita harus mengikuti
petunjuk-Nya tentang bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, terutama
ketika mencari calon pasangan.
Dalam proses menuju pernikahan, jangan lupa untuk mengikuti ajaran Islam
yang benar. Sebelum menikah, setiap pasangan belum lah halal baginya untuk
berkomunikasi secara langsung tanpa adanya pendamping atau orang ketiga.
Dengan demikian, komunikasi awal selama masa pertunangan harus selalu
melibatkan calon mempelai pria dan calon mempelai wanita serta ayahnya
atau "wali". Seharusnya tidak rahasia atau di belakang punggung siapa pun.
Setelah itu, keduanya dapat melanjutkan dialog mereka dengan cara yang
diperbolehkan secara Islam.
3. Tampil apa adanya tanpa berlebihan
Salah satu hal terpenting saat bertemu calon tunangan adalah menujukkan
dirimu yang sesungguhnya, tanpa ada kepura-puraan, apalagi berlebihan.
Ini bukan berarti kamu tidak harus berusaha ketika bertemu untuk pertama
kalinya. Namun, berperilakulah dengan baik tanpa berlebihan, apalagi dalam
hal penampilan.
4. Jangan bersikap tidak jujur
Bersikap jujur dengan calon pasangan itu adalah hal penting. Bahkan, ketika
sudah menikah pun, harus ada kejujuran di antara keduanya. Jika, ada salah
satu yang tidak jujur, itu justru dapat memecah belah, termasuk pada masa
pertunangan.
Jadi, jujurlah akan segala hal kepada calon pasangan, pasangan, atau siapa saja.
Jangan katakan hal-hal yang tidak benar apalagi menyesatkan. Kejujuran akan
memperkuat hubungan kamu kepada pasangan.
Bersikap jujurlah kepada calon pasangan pada masa pertunangan atau proses
saling mengenal, baik kondisi keuangan, keluarga, maupun kesehatan.
5. Bertanyalah, tetapi jangan berperilaku seolah-olah kamu sedang dalam
wawancara formal
Pada masa pertunangan, kedua calon pasangan dianjurkan untuk saling
mengenal dengan cara mengajukan pertanyaan.
Ketika mengajukan pertanyaan, gunakanlah bahasa yang normal dan ramah.
Hal itu penting dalam proses perkenalan, bukan?
Setiap pertanyaan dan jawaban tidak selalu menunjukkan kepribadian
seseorang yang sebenarnya dan ini harus diperhatikan saat mereka menilai
apakah dia cocok atau tidak.
Ingat, kamu menikahi seseorang, bukan sekumpulan data. Jadi, belajarlah
tentang satu sama lain dengan cara yang menarik, bukan mekanis.
6. Jika ada perbedaan pendapat atau hal yang tidak cocok, jangan langsung
menganggap bahwa dia bukan pasangan yang sempurna
Isi kepala setiap manusia memang tidak ada yang sama, wajar jika output-nya
pun berbeda. Itu semua dapat terjadi, tanpa terkecuali, bahkan pasangan yang
saling jatuh cinta pun pasti akan merasakannya.
Yang harus dilakukan para pasangan atau calon pasangan adalah menerima
perbedaan yang ada. Berbeda pendapat atau paham bukan berarti kamu tidak
bisa bersama-sama, kok. Semua tergantng pada bagaimana kalian
menyelesaikan konflik yang ada.
Tidak ada pasangan yang sempurna, yang ada hanyalah pasangan yang tepat
yang insya Allah akan dimudahkan bagimu jika kamu mau
mempertimbangkannya.
Jadi, jika calon pasanganmu tidak sesuai dengan apa yang kamu bayangkan,
sudah seharusnya itu tidak menjadi pemecah kesepakatan.
7. Beri cukup waktu untuk memutuskan ya atau tidak
Memutuskan siapa yang akan dinikahi bukanlah keputusan mudah yang harus
diambil hanya setelah satu percakapan atau pertemuan. Biasanya, satu kali
pertemuan saja tidak cukup untuk memutuskan dia adalah orang yang tepat
atau tidak untuk dinikahi.
Jadi, kamu harus memberi cukup waktu kepada diri sendiri untuk benar-benar
membuat keputusan dan melihat bagaimana calon tunanganmu berperilaku
dan menyadari bahwa dia lah orang yang tepat.
8. Carilah bimbingan dari keluarga dan teman-teman
Ini sering dianggap enteng, karena banyak anak muda tampaknya berpikir
bahwa orangtua tidak memiliki peran dalam membuat keputusan untuk
memilih pasangan hidup. Nyatanya, orangtua dan keluarga dekat serta teman-
teman yang telah mengenalmu dalam waktu lama, seringkali dapat
memberikan masukan penting tentang orang seperti apa yang cocok atau tidak
cocok dengan kamu.
Mereka juga dapat melihat hal-hal tentang calon tunangan yang mungkin
membuat kamu buta. Jadi, dengarkan mereka dan perhatikan komentar dan
kekhawatiran mereka.
Memang, pada akhirnya siapa yang akan kamu nikahi adalah keputusan yang
kamu pilih sendiri, tetapi ingatlah bahwa keluarga akan menjadi bagian dari
hidup kamu selama bertahun-tahun, bahkan setelah kamu menikah.
9. Jika bimbang, lakukan salat istikhara
Nabi Muhammad SAW mengajarkan para sahabatnya untuk meminta nasihat
kepada Allah SWT setiap kali mereka harus mengambil keputusan.
Dengan mencari nasihat Allah SWT, kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa
semua pengetahuan tentang apa yang baik atau buruk bagi kita ada di sisi-Nya
dan kita membutuhkan-Nya untuk membimbing seta memudahkan kita
tentang apa yang terbaik untuk diri sendiri.
Melakukan salat istikhara, berarti mengusahakan kita untuk mencapai tingkat
kedamaian dengan apa pun yang terjadi.
10. Jangan lupa untuk memperbanyak doa
Proses bertemu seseorang, bertunangan, dan kemudian merencanakan
pernikahan sangat mengasyikkan, dan sering kali memberikan banyak fokus
pada elemen material dunia ini.
Sepanjang perjalanannya, seseorang bisa melupakan unsur yang sangat penting
untuk sukses dan itu adalah doa, permohonan dan doa kepada Allah SWT.
Jadi, jangan selalu libatkan Allah SWT dalam memutuskan suatu pilihan atau
hal apa pun. Sebab, Allah SWT akan memberikan petunjuk terbaik untukmu.
Ingatlah, jika membangun cinta itu di atas pernikahan bukan membangun
pernikahan di atas cinta.
Hal ini dikarenakan sebab-sebab cinta itu nyata, dan apabila cinta itu baik,
maka kedua calon juga akan baik-baik saja.
"Ingat, membangun cinta itu diatas pernikahan, bukan membangun pernikahan
diatas cinta. Sebab-sebab cinta itu ada, kalau dia baik insyaallah dia laki-laki
juga baik," tegasnya.
Setelah melakukan hal-hal tersebut, tugas Anda sebagai seseornag yang sednag
memperjuangkan hubungan menuju pernikahan yang halal ialah menyerahkan
segalanya kepada Allah SWT yaitu dengan cara salat Istikhoroh.
Nmaun yang perlu diingat, istikhoroh tidak harus dengan mimpi untuk
menemukan jawabannya.
Melainkan seusia dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Jika orang tersebut baik, maka akan dimudahkan oleh Allah SWT.
Tetapi jika orang tersebut tidak baik, maka akan diputus oleh Allah SWT.
"Setelah itu istikhoroh. Dan ingat itu jawabannya tidak harus dengan mimpi.
Akan tetapi adalah menjalankan apa yg diajarkan nabi, kalau baik akan
dimudahkan Allah, kalau tidak baik akan diputus oleh Allah," pungkasnya.
Jika di antara kalian hendak meminang seorang wanita, dan mampu untuk
melihat darinya apa-apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka
lakukanlah.”(HR.Imam Ahmad dan Abu Dawud)
Saat bertunangan kita sering mendengar istilah tukar cincin, lalu bagaimanakah
hukumnya dalam islam? Sebenarnya kebiasaan tukar cincin bisa jadi hanyalah
kebiasaan namun seorang laki-laki diperbolehkan memberi hadiah atau
cinderamata kepada tunangannya atau yang disebut dengan istilah urf. Jika
dikemudian hari pihak pria membatalkan pertunangan atau pinangannya maka
ia tidak dibenarkan untuk mengambil kembali hadiah tersebut. Sebagaimana
hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa
Tidak halal bagi seseorang muslim memberi sesutau kepada orang lain
kemudian memintanya kembali, kecuali pemberian ayah kepada anaknya” (HR.
Ahmad al-irba’ati wa shohihu al-Tirmidzi wa ibnu hibban wa al-Hakim)
Tunangan atau pinangan hanyalah janji seorang pria yang akan menikahi
seorang wanita dan merupakan langkah awal dalam mempersiapkan suatu
pernikahan. Berdsarakan hal tersebut maka sebenarnya pertunangan bisa
diputuskan atau dibatalkan oleh salah satu pihak misalnya jika terjadi konflik
dalam keluarga.