Anda di halaman 1dari 10

MENGHORMATI PERNIKAHAN

 Zhang Cheng |

Pernikahan merupakan pelajaran yang paling sulit untuk dipelajari


dalam hidup ini. Banyak pemuda–pemudi yang ingin menikah, tetapi sebenarnya mereka tidak
memahami arti dan tujuan dari pernikahan. Meskipun mereka melihat begitu banyak realita
pernikahan yang tidak bahagia, tetapi mereka tetap sangat berani untuk menikah.
Pernikahan selebritis Nicholas Tse dan Cecilia Cheung merupakan contoh yang sangat jelas. Mereka
merupakan pasangan yang sangat serasi di mata manusia. Mereka pasangan yang sangat saling
mencintai. Lantas mengapa pasangan yang demikian sempurna berakhir dengan perceraian? Mereka
tidak sekedar bercerai, melainkan berakhir sebagai musuh, saling bermusuhan satu dengan lain. Saya
benar–benar tidak mengerti apakah mereka merupakan pasangan atau musuh.
Oleh karena itu, saya mengatakan bahwa pernikahan merupakan pelajaran yang sangat sulit. Mari
kita pikirkan apa yang dapat mempertahankan sebuah hubungan pernikahan? Apakah uang? Mereka
memiliki banyak uang. Saya orang yang miskin. Satu juta dollar bagi saya adalah sebuah angka yang
astronomis, jumlah yang sangat banyak. Mereka memiliki ratusan juta dollar. Seringkali kita berpikir
bahwa uang dapat mempertahankan sebuah hubungan. Jelas bahwa meskipun mereka memiliki lebih
banyak uang lagi, hubungan mereka tetap tidak dapat dipertahankan.

Beberapa wanita berpikir bahwa jika mereka


memiliki anak–anak, mereka akan dapat memiliki hati suaminya. Cecilia Cheung memiliki dua anak
laki-laki, tetapi ia tetap tidak dapat mempertahankan hati Nicholas Tse. Beberapa perempuan kuatir
jika mereka tidak cantik, suami mereka akan melirik wanita lain. Para pria juga kuatir jika mereka
tidak tampan atau menarik, istri mereka akan tidur dengan pria lain. Nicholas Tse dan Cecilia
Cheung secara umum dikenal sebagai pria yang brilian dan wanita yang cantik. Namun, hubungan
mereka tetap tidak dapat dipertahankan.
Jadi, apakah yang dapat mempertahankan sebuah hubungan pernikahan? Jika Anda tetap ingin
mengejar sebuah hubungan pernikahan, Anda harus memikirkan pertanyaan ini baik–baik. Saya
sudah mengatakan bahwa ini merupakan pelajaran yang paling sulit di dalam hidup. Ini tidak
sesederhana seperti yang dipikirkan oleh orang–orang di dunia ini. Mereka menikah kapanpun
mereka inginkan. Banyak orang yang tidak memahami arti dari pernikahan, tujuan pernikahan, dan
cara mempertahankan hubungan pernikahan.
Alkitab memberikan banyak sekali nasihat tentang pernikahan. Ibrani 13:4 memberikan beberapa
nasihat yang sangat penting:
 
Hendaklah Kamu Semua Penuh Hormat Terhadap Pernikahan, Dan Janganlah
Kamu Mencemarkan Ranjang Pernikahan, Sebab Orang-Orang Sundal Dan
Pezinah Akan Dihakimi Oleh Allah.

“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap pernikahan.” Kata yang


yang hendak saya berikan kepada para pasangan sekarang ini adalah “penuh hormat”. Tema dari
pernikahan ini adalah “Dapat dipakai oleh Allah”. Secara pribadi saya tidak suka berbicara tentang
hal-hal yang sangat besar. Saya suka memulai dengan hal-hal yang paling kecil. Sebagai contoh,
seringkali kita berharap pasangan yang baru menikah akan tetap bahagia menikah hingga usia tua,
memiliki hubungan pernikahan jangka panjang. Namun, jika mereka tidak tahu bagaimana caranya
saling menghormati, maka ini menjadi harapan yang sia-sia, harapan yang mustahil. “Dapat dipakai
oleh Allah” merupakan tema yang indah dan hebat. Jika Anda sungguh-sungguh berharap bahwa
pernikahan Anda akan dapat dipakai oleh Allah, menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar Anda,
maka Anda harus memulainya dari hal yang kecil. Anda harus tahu bagaimana cara menghormati
pernikahan Anda.
Mengapa kita perlu untuk menghormati pernikahan? Kitab Ibrani memberikan kita sebuah
peringatan: Allah akan menghakimi. Pernikahan adalah hadiah yang sangat istimewa yang diberikan
Allah kepada manusia. Pernikahan membuat manusia menikmati hubungan yang luar biasa istimewa
dengan pasangan lawan jenisnya. Sementara Anda menikmati hadiah ini, pada saat yang sama, Anda
harus memikul tanggung jawab yang mengikutinya. Allah menuntut kita menjadi orang yang
bertanggung jawab. Jangan mudah untuk menikah dan bercerai. Suatu hari Anda akan menyesal.
Anda harus mempertanggungjawabkan cara Anda memperlakukan pernikahan dan pasangan Anda di
hadapan Allah.
Jika Anda tidak mengizinkan Allah untuk mengatur hidup Anda, saya yakin bahwa Anda tidak dapat
mengatur pernikahan Anda dengan baik; Anda tidak dapat mengatur keluarga Anda dengan baik;
karena pernikahan Anda tidak dapat dipisahkan dari Allah. Orang-orang yang hidup tanpa Allah di
dalam hati mereka, tidak peduli dengan hati nurani mereka. Mereka juga tidak tahu bagaimana
menghormati manusia, atau pernikahan. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memiliki
pernikahan yang langgeng.
Apa yang harus kita lakukan untuk menghormati pernikahan? Pasangan harus belajar cara saling
menghormati. Saling menghormati tidak dilakukan pada hubungan suami istri saja. Itu juga sangat
diperlukan di dalam hubungan dengan orang lain. Ketika saling menghormati hilang atau tidak ada,
kita akan saling menyakiti. Oleh karena itu, saling menghormati tidak hanya penting di dalam
hubungan suami istri saja. Anda harus memahami, jika Anda menginginkan sebuah hubungan
pernikahan yang langgeng, Anda harus tahu bagaimana caranya saling menghormati. Anda juga
harus memulainya dari sekarang.
Jika Anda ingin bercerai, saya akan memberitahukan Anda sebuah resep rahasia. Anda hanya perlu
lebih sering mengatakan beberapa pernyataan. Saya jamin mereka akan lebih cepat sampai pada
perceraian. Pernyataan apa yang perlu sering dikatakan? Katakan pernyataan berikut ini lebih sering:
“Apakah kamu idiot? Apakah kamu tidak punya otak?” Jika kalimat itu tidak manjur, katakan:
“Bagaimana mungkin keluargamu begitu tidak beradab!” Jika kata-kata tersebut masih tidak manjur,
katakan: “Apakah kamu mau bercerai? Ayo kita bercerai saja!” Jika Anda seorang istri, Anda bisa
mengatakan kepada suami Anda: “Kamu seharusnya belajar dari suami itu dan itu.” Suami bisa
berkata kepada istri: “Kamu ini tidak ada harapan. Lihat istri itu dan itu. Dia jauh lebih baik daripada
kamu.” Katakan hal-hal itu lebih sering, terutama di depan orang lain. Dengan cara ini, proses
perceraian pasti lebih cepat.
Apa yang hendak saya katakan? Tidak saling menghormati adalah cara menghancurkan pernikahan
kita sendiri. Saat ini saya hanya berbicara tentang satu poin, yaitu belajarlah untuk saling
menghormati yang lain dalam hal berbicara. Mungkin Anda berpikir prinsip ini terlalu sederhana.
Seringkali kita ingin belajar prinsip yang hebat. Kenyataannya kata-kata sangat berkuasa. Ia dapat
membangun sebuah hubungan. Ia juga dapat menghancurkan hubungan. Dalam kehidupan sehari-
hari, persoalan mengenai hubungan manusia seringkali dikarenakan oleh kata-kata yang diucapkan
secara ceroboh atau tidak sopan. Tanpa perlu dikatakan, kita tidak bisa ceroboh dalam berkata-kata.
Untuk menghormati pernikahan, langkah pertama adalah belajar bagaimana caranya saling
menghormati dalam berbicara. Kadang-kadang kesalahan tidak dapat dihindari di antara pasangan
karena pasangan Anda tidak sempurna. Jika pasangan Anda melakukan kesalahan, Anda akan
memperlakukan ia dengan sikap bagaimana? Apakah Anda akan mengecamnya, atau mengkritiknya?
“Bagaimana mungkin kamu bisa sebodoh ini? Apakah kamu tahu berapa kali kamu melakukan
kesalahan ini?” Atau, Anda akan mengatakan kata-kata yang menyenangkan untuk menerimanya?
Tentu saja orang yang berbuat kesalahan seharusnya tidak menghindari tanggung jawab. Ia
seharusnya berani mengakui kesalahannya dan memperbaiki kesalahannya.
Cara berbicara itu sangat penting. Ia dapat meningkatkan hubungan. Sebagai contoh, di dalam
kehidupan sehari-hari kita, Anda dapat lebih sering mengatakan kata-kata yang mengapresiasi
pasangan Anda. Contohnya guru saya. Ia mengingatkan kami untuk tidak mengambil begitu saja
layanan dari istri Anda seiring berjalannya waktu. Setiap kali istrinya memberinya segelas air, ia
akan mengucapkan terima kasih. Saya selalu mengingat contoh yang diberikan guru saya. Saya
memperlakukan istri saya dengan cara yang sama.

Manusia selalu seperti ini. Setelah menikah untuk waktu yang lama,
kita mengambil begitu saja semua hal yang dilakukan oleh pasangan kita kepada kita. Pasangan Anda
membawakan Anda segelas air, Anda mengambilnya begitu saja. Anda tidak mengucapkan terima
kasih. Seiring berjalannya waktu, Anda bahkan lupa nama pasangan Anda: “Hei, ambilkan aku
segelas air!” Ini adalah sikap kurang hormat. Pasangan Anda memiliki nama. Meskipun demikian,
Anda dapat menambahkan kata “sayang”. Jika Anda menambahkan kata “sayang”, hubungan Anda
akan berbeda. Jika Anda menghilangkan kata ini, mungkin itu tidak penting. Akan tetapi jika Anda
menghilangkan namanya, akibatnya akan serius. Ini penting dalam berbicara. Jangan berpikir bahwa
itu adalah hal yang kecil. Kenyataannya, banyak masalah besar dipicu oleh hal-hal yang kecil.
Oleh karena itu, untuk lebih sederhananya, saya ingin mendorong pasangan baru. Saya juga ingin
mendorong siapapun: Pernikahan adalah sebuah hadiah yang diberikan Allah kepada Anda. Pasangan
Anda merupakan rekan seumur hidup yang diberikan Allah kepada Anda. Anda harus menghormati,
menghargai rekan Anda, tidak hanya dalam perbuatan, tetapi juga dalam perkataan.
Berbicara mengenai saling menghormati, ada sebuah pokok yang perlu diperhatikan. Ini juga
merupakan sebuah pokok yang sering diabaikan, yaitu sebelum saling menghormati, kita harus
menghormati diri kita sendiri terlebih dahulu. Sebuah contoh nyata: Suatu kali seorang suami
memiliki hubungan seksual dengan wanita lain. Istrinya mengetahui hubungan tersebut dan menuntut
cerai dari suaminya. Suami itu menyatakan penyesalannya kepada saya. Ia sungguh-sungguh
mencintai istrinya. Ia tidak pernah berpikir untuk berbuat sesuatu yang tidak setia kepada istrinya. Ia
terus mengatakan betapa ia mencintai istri dan anak-anaknya. Ia juga percaya bahwa ia sungguh-
sungguh sangat mencintai istrinya. Ia tidak mengerti bagaimana mungkin ia demikian mencintai
istrinya, tetapi ia juga melakukan hal yang menyakiti istrinya. Sesungguhnya, alasan mendasarnya
adalah ia tidak tahu bagaimana caranya menghormati dirinya sendiri.
Masyarakat saat ini mendidik kita untuk tidak menghormati diri kita sendiri. Kita memandang ringan
terhadap pernikahan. Mulai ketika berada di universitas, Anda berganti-ganti pacar setiap tahun
sehingga Anda memiliki cukup banyak pengalaman untuk menemukan kandidat yang cocok untuk
pernikahan. Konsep ini yang ditanamkan ke dalam pikiran kita oleh masyarakat saat ini. Pengajaran
di balik konsep ini adalah Anda tidak perlu menghormati diri Anda sendiri di dalam hubungan dua
lawan jenis. Banyak orang yang memandang hubungan dengan lawan jenis seperti ini.
Saya ingin memberitahu Anda, jika Anda tidak tahu cara menghormati diri Anda sendiri, tidak peduli
sedalam apapun Anda mengasihi pasangan Anda di dalam hati, pada akhirnya yang Anda lakukan
adalah menghina dia. Hal ini tidak terelakkan. Anda harus tahu cara menghormati diri Anda sendiri.
Anda harus menjaga kesucian dan harga diri Anda sendiri. Allah memberikan Anda kepada pasangan
Anda sebagai hadiah baginya. Ia juga memberikan dirinya kepada Anda sebagai hadiah untuk Anda.
Bukan hanya ia yang harus menghargai dirinya, tetapi Anda juga harus menghargai diri Anda sendiri.
Hubungan pernikahan Anda dapat langgeng hanya ketika Anda berbuat demikian.
Baru–baru ini saya membaca sebuah berita. Berita ini mengenai seorang profesor wanita
berkebangsaan Tiongkok yang bekerja di Fukuoka, Jepang. Suatu hari ia sedang mengendarai mobil.
Batas kecepatan yang diizinkan adalah 60 km/jam. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan 88
km/jam, melebihi batas kecepatan yang ditentukan. Dengan sangat cepat, seorang polisi lalu lintas
mengetahuinya dan menghentikannya. Profesor wanita ini seharusnya merupakan orang yang sangat
berpendidikan. Namun, segera setelah ia keluar dari mobilnya, ia beradu argumentasi dengan polisi
tersebut. Dengan sangat percaya diri, ia menyatakan bahwa ia tidak mengemudi melebihi batas
kecepatan. Polisi tersebut tidak punya pilihan lain selain menunjukkan catatan yang telah terekam
oleh komputer. Ia bahkan tidak melihat catatan itu sedikit pun. Ia mengambil catatan itu,
merobeknya, dan membuangnya ke tanah. Pada akhirnya, ia tidak hanya dituduh atas pelanggaran
kecepatan, tetapi juga dituduh menghalangi polisi saat bertugas.
Perilaku profesor ini merupakan contoh tipikal atas kebanyakan orang Tiongkok. Kita tidak tahu cara
menghargai diri kita sendiri. Sebagai contoh, mengemudi dalam keadaan mabuk. Ketika terjadi
kecelakaan, orang mulai menyangkal, bertengkar, dan berkelahi. Kita berpikir bahwa menyangkal
adalah tindakan yang cerdas. Tetapi teknologi saat ini sudah berkembang. Orang dapat menggunakan
telepon genggamnya atau video kameranya untuk memotret semua gambar yang buruk dan
memasangnya di internet. Ketika gambar-gambar tersebut tersebar, mau menyesal pun sia-sia karena
gambar-gambar tersebut memengaruhi suami yang Anda kasihi, istri, anak-anak dan orang tua.
Simpulannya, tidak menghormati diri sendiri sama dengan menghina diri kita sendiri, menghina
anggota keluarga kita yang lain, terutama orang yang paling dekat dengan kita – pasangan kita. Anda
tidak hanya menghormati pasangan Anda, tetapi juga menjaga kesucian dan harga diri kita sendiri.
Ini alasan yang mendasari kitab Ibrani memperingati kita untuk menghormati pernikahan, yaitu
karena Allah akan menghakimi. Allah akan melihat hubungan pernikahan kita dan mendapati
bagaimana kita memperlakukan pernikahan di dalam hidup kita. Karena itu, Anda harus memiliki
rasa takut akan Tuhan di dalam hati Anda. Biarlah Allah yang memerintah hidup Anda. Dengan cara
ini, ketika Anda berdua datang mendekat bersama-sama, Allah akan memberkati pernikahan Anda.
Apa tujuan dari pernikahan? Hubungan pernikahan bukanlah untuk menikmati dunia berdua saja.
Sebenarnya, dua orang yang bersama-sama dari pagi hingga malam bisa sangat menyiksa jika tidak
rukun. Mencoba bersama seseorang selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, 365 hari
setahun. Makan bersama, tidur bersama. Untuk pasangan seperti ini, dunia akan menjadi neraka di
bumi. Ini juga merupakan alasan bagi orang yang menikah memilih untuk bercerai pada akhirnya.
Alkitab menggambarkan hubungan yang harmonis itu seperti di taman. Mengapa? Mengapa orang
suka mengunjungi taman? Karena di sana ada pohon-pohon, bunga dan rumput, danau dan aliran
sungainya, burung-burung bernyanyi, wewangian bunga, sebuah tempat yang indah di mana orang
dapat merasa santai dan gembira. Banyak orang yang pergi ke taman karena mereka ingin bersantai
dan beristirahat. Hubungan pernikahan yang harmonis itu seperti taman yang menyenangkan. Kapan
pun orang-orang berhubungan dengan Anda, mereka akan tertarik. Mereka ingin bersama dengan
Anda karena mereka dapat merasakan bahwa hubungan Anda memiliki sesuatu yang spesial.
Saya dan istri saya mendatangi seorang wanita. Ia berasal dari utara. Ia datang ke selatan untuk
bekerja. Ia diperkenalkan kepada kami di gereja. Saya diundang untuk memberikan khotbah di
gerejanya sebelumnya. Setelah khotbah tersebut, ia mencoba dengan sangat keras untuk mencari
kami. Ia ingin tahu di mana kami tinggal. Setelah itu, ia mulai menghubungi kami. Wanita itu ingin
mengunjungi kami. Tentu saja, karena ia ingin mengunjungi kami, tidak ada alasan bagi kami untuk
menolaknya. Lalu kunjungannya menjadi makin sering dan makin sering. Ia selalu mencari
kesempatan untuk berbicara dengan kami.
Mengapa wanita ini meninggalkan kotanya untuk bekerja demikian jauh? Karena ia merasa
pernikahannya tidak bahagia. Bukan karena suaminya tidak mengasihinya, tetapi karena keluarga
suaminya tidak baik terhadapnya. Ia merasa suaminya tidak mampu melindunginya. Dengan
berjalannya waktu, hatinya menjadi pahit dan tidak puas. Kemudian ia memutuskan untuk
meninggalkan suami dan anaknya untuk bekerja jauh dari kotanya.
Setelah ia meninggalkan rumahnya, ia merasa kesepian. Karena itu, ia berkenalan dengan beberapa
pria yang sudah menikah. Ia tidur dengan pria yang berbeda-beda. Ia tidak hanya mengkhianati
pasangannya, tetapi ia juga menghancurkan rumah tangga orang lain.
Setelah mendengarkan Injil, hatinya mulai tersentuh. Ia lalu mencari kami untuk mengaku kepada
kami. Kami juga mendorongnya untuk bertobat secepat mungkin, memercayai Allah, dan tidak
berkubang di dalam dosanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk berpisah dari kekasihnya,
mengundurkan diri dari pekerjaannya, dan kembali ke rumah untuk berkumpul kembali dengan
suaminya. Kemudian, hubungannya dengan suami dan keluarganya perlahan-lahan diperbaharui.
Apa yang ingin saya katakan? Apa tujuan dari pernikahan? Hubungan pernikahan yang bermakna
sudah pasti dapat memberkati orang-orang di sekitar Anda. Orang-orang yang berhubungan dengan
Anda seperti menemukan oasis di padang gurun. Mereka sangat ingin berkenalan dan mengenal
Anda. Mereka akan mulai untuk menghubungi Anda, ingin mengunjungi Anda, membuka hatinya
untuk berbicara dengan Anda, dan membagi beban yang ada di dalam hatinya dengan Anda.
Banyak orang yang memiliki beban di dalam hatinya, tetapi mereka harus tersenyum kepada orang
lain. Mereka tidak ingin berbagi dengan orang lain karena mereka tidak ingin orang lain tahu
masalah pribadi mereka. Mereka membutuhkan pertolongan. Hanya Allah yang dapat menolong
mereka, tetapi Allah ingin memakai orang-orang Kristen untuk menolong mereka. Anda adalah
saluran Allah, yang digunakan oleh Allah untuk memberkati orang lain. Jika Anda tahu bagaimana
menghormati pernikahan, sudah pasti Allah akan memakai Anda. Hubungan dengan Anda adalah
seperti oasis di padang gurun, taman dengan wewangian, dapat menarik orang-orang di sekitar Anda
untuk datang mengenal Anda. Melalui Anda, mereka mendapatkan pertolongan, arahan, dan
direvitalisasi. Saya berharap Allah akan memakai Anda untuk memberkati banyak orang, memimpin
mereka untuk mengenal Allah.
 

JANDA
1. Matius 5:32

Kesimpulan sepihak:

a. Wanita Kristen bila dicerai suaminya harus selamanya menjadi janda, bila menikah
lagi zinah.

b. Pada waktu itu Yesus juga mengatakan: pria Kristen hanya boleh menikahi perawan
karena menikahi janda adalah zinah

 2. Ulangan 21:10-13

Kesimpulan sepihak: Pria Kristen boleh free sex dan mengambil wanita sebagai budak
sex

 3. Ulangan 21:15-16

Kesimpulan sepihak: Pria Kristen boleh berpoligami


Berikut penjelasan saya:
Matius 5:32

“Tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali
karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”
Sebelum masuk pada tinjauan atas Matius 5:32, baiklah kita melihat akan hakikat
pernikahan Kristen:

Kehendak Allah bagi pernikahan adalah satu pasangan, satu pernikahan untuk seumur
hidup, seperti yang tertera di:

– Kejadian 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Dalam konteks Kejadian 2:20, istri yang disediakan Allah bagi Adam adalah penolong
yang sepadan dengan dia, dan di ayat 23 Adam menempatkan Hawa sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari dirinya sendiri, bukan sebagai benda, obyek, atau alat untuk
mencapai tujuan. Pernyataan Adam di ayat 23: Inilah dia, tulang dari tulangku, dan
daging dari dagingku, mencerminkan bahwa Adam sudah menemukan penolong yang
sepadan dan sekaligus menyatakan penerimaannya yang tulus atas pemberian Allah.
– Matius 19:6 “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan
manusia“.
Dengan demikian, alasan ketidak cocokan, tidak memiliki keturunan, atau ekonomi,
dan lain-lain tidak dapat dibenarkan sebagai alasan perceraian.

Perceraian memang bukan masalah baru dalam sejarah umat manusia. Kata ini muncul
pertama kali dalam kitab Musa (Imamat 21:14, 22:13, Bilangan 30:9, dan Ulangan 24:1-
4). Namun meski Musa “mengizinkan” perceraian, ia tidak pernah “menganjurkan”
apalagi “memerintahkan” perceraian. Perceraian terjadi semata-mata karena kekerasan
hati bangsa Israel (Matius 19:8). Dengan kata lain, Alkitab tidak pernah
memaklumi atau mendukung perceraian karena sejak semula perceraian
bukanlah rencana Allah. Salah satu referensi adalah di Maleakhi 2:14-16:
Maleakhi 2:14-16 “Dan kamu bertanya: “Oleh karena apa?” Oleh sebab TUHAN telah
menjadi saksi antara engkau dan istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah
tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu. Bukankah Allah
yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki
kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia
terhadap istri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN,
Allah Israel – juga oran gyang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman
TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!”
Kembali kepada perkataan Yesus di Matius 5:32, baiklah kita tengok bahwa perkataan
tersebut merupakan bagian dari khotbah Yesus di Bukit yang tercatat dalam sebuah
rangkaian khotbah yang panjang (pasal 5 – 7, total: 111 ayat) berisi penyataan dari
prinsip-prinsup kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh
iman kepada Yesus, antara lain: Ucapan bahagia (5:1-12), Garam dan terang (5:13-16),
Yesus dan Hukum Taurat  (5:17-20), Hal Membunuh (5:21-26), Hal berzinah (5:27-30),
Hal bercerai (5:31-32), Hal bersumpah (5:33-37), Hal mata ganti mata (5:38-42), Hal
mengasihi musuh (5:43-48), Hal memberi sedekah (6:1-4), Hal berdoa (6:5-15), Hal
berpuasa (6:16-18).

Berkenaan dengan Matius 5:32, memang sering disalah-tafsirkan orang. Mereka


menganggap bahwa Yesus menyetujui perceraian atau merestuinya. Padahal, perkataan
saat itu tidak dapat dipisahkan dari situasi dialog yang terjadi saat itu. Kata “kecuali”
dalam perkataan Yesus itu sebenarnya menunjuk kepada kekerasan hati orang Israel
(sehingga Musa mengizinkan perceraian), tetapi sekali-kali Yesus tidak
“memerintahkan” perceraian.

Oleh karenanya, Yesus menegaskan, “….siapa yang kawin dengan perempuan yang
diceraikan, ia berbuat zinah”, bandingkan dengan Lukas 16:18, Matius 19:9, Markus
10:11. Hal yang sama juga berlaku untuk peremuan, yakni “Dan jika si istri
menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah (Markus
10:12).
Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa Yesus tidak pernah menyetujui dan
menganjurkan perceraian sebagai cara untuk menyelesaikan kemelut
rumah tangga.
Tadi telah disampaikan ayat-ayat pembanding dari Matius 5:32,yakni seperti Matius
19:9. Berikut cuplikan ayat tersebut: “Tetapi Aku berkata kepadamu, Barangsiapa
menceraikan istrinya, kecuali karena zinah lalu kawin dengan perempuan lain, ia
berbuat zinah.”
Yesus mengerti betul bahwa maksud dari perkataan-Nya itu akan menuai pendapat
yang berbeda-beda, dan karenanya, di ayat ke 11-12, di mana Ia berkata: “Tidak semua
orang dapat mengerti perkataan itu hanya mereka yang dikaruniai saja… Siapa yang
megerti hendaklah ia mengerti.”
Terhadap peraturan ini, karena didasarkan atas kekerasan hati orang Israel, Yesus
memberikan satu perkecualian, yaitu “zinah”. Perzinahan (dlm bahasa
Yunani: poerneia, dalam bahasa Inggris: fornication) meliputi segala macam bentuk
kebejatan seksual. Oleh karena itu, perceraian diizinkan apabila telah terjadi kebejatan
seksual.
Berikut ini ada fakta alkitabiah yang penting mengenai perceraian:

(1) Ketika Yesus mengecam perceraian dalam ayat di Matius 19:7-8, yang dikecam
bukanlah perpisahan karena zinah, melainkan perceraian yang diizinkan dalam masa
Perjanjian Lama (PL). Yesus menginginkan agar dalam kasus semacam itu pasangan
suami istri tetap bersatu. Akan tetapi, Ia mengizinkan perceraian dalam kasus semacam
itu karena manusia sudah keras hatinya.

(2) Dalam kasus perzinahan sesudah pernikahan, hukum PL mengizinkan terputusnya


hubungan pernikahan itu dengan menghukum mati kedua belah pihak yang bersalah
(Imamat 20:10, Ulangan 22:22). Tentu saja, hal ini akan membebaskan orang yang
tidak berdosa untuk menikah kembali.
Roma 7:2 “Sebab seorang istri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suami itu
hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang
mengikatnya kepada suaminya itu.”
1 Korintus 7:39 “Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah
meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang
itu adalah seorang yang percaya.“
(3) Di bawah perjanjian yang baru syarat-syarat bagi orang percaya sama saja.
Sekalipun perceraian adalah peristiwa yang menyedihkan, ketidaksetiaan dalam
hubungan pernikahan merupakan dosa yang begitu kejam terhadap pasangan dalam
pernikahan.
 

Dengan demikian, kesimpulan-kesimpulan sepihak yang dituduhkan adalah tuduhan


yang sama sekali tidak perlu, sebabYesus menolak perceraian, karena perceraian bukan
merupakan kehendak Allah.

Adalah hal yang amat menggelikan ketika klaim yang diajukan pun menggunakan judul
“Nasip Wanita Kristen Dilecehkan Yesus dan Bapaknya” dengan mengambil sepotong-
sepotong ayat tanpa memahami konteks penulisan secara menyeluruh. Dalam konteks
pernikahan, Yesus jelas dan tegas menolak perzinahan, perceraian dan poligami.

Di dalam Kristus tidak ada pelecehan terhadap wanita  karena iman Kristen tidak
pernah mengajarkan suami untuk memukul istri (Kolose 3:18-19, Efesus 5:25-33), tidak
ada penilaian bahwa status perempuan (istri) ada satu derajat lebih rendah dari laki-laki
(Galatia 3:28-29). Karena Yesus menolak perceraian dan poligami, maka Ia tidak
pernah memberikan perintah kepada pria untuk beristri lebih dari satu serta
pengaturan penggiliran isteri.

Mengenai perzinahan, Yesus mengambil langkah yang lebih esktrim dengan


menyebutkan “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya…. jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkilah dan buanglah itu.” Yesus mengharuskan setiap laki-
laki untuk mengontrol tingkah-lakunya.  Dari sini kita tahu bahwa Yesus membela
kaum perempuan bukan menyalahkan mereka (sehingga tidak ada perintah Yesus
bahwa perempuan harus mengenakan pakaian tertentu supaya tidak diganggu oleh
kaum pria). 
Menjadi orang Kristen memang tidak mudah, karena menuntut kesetiaan kepada
kehendak Allah termasuk kesetiaan kepada komitmennya terhadap pasangan hidupnya
untuk hidup bersama dalam bahtera kasih Allah. Komitmen ini juga mengajarkan
kepada pasangan tentang nilai-nilai pengampunan yang diajarkan dan diejawantahkan
dalam Pribadi Yesus Kristus. Seberat apapun pelanggaran yang dilakukan oleh
pasangan dalam pernikahan, ketika mengingat Pribadi Agung tersebut, maka setiap
insan dikuatkan untuk memberikan pengampunan dan kasih mesra seperti yang Allah
telah tunjukkan melalui Yesus Kristus.
Gereja mempersiapkan pasangan yang akan menikah melalui serangkaian konseling
pra-nikah untuk membekali mereka dengan matang untuk dapat menerima keadaan
terburuk atau membina rumah tangga yang permanen. Pernikahan Kristen diberkati di
gereja dan dilakukan di hadapan Allah dan jemaat sebagai saksi dilakukan agar
kesetiaan kepada janji iman kepada Allah dimanifestasikan juga kepadaa janji nikah
kepada pasangannya dan jemaat sebagai saksi pernikahan bertugas untuk mengambil
peran dalam mendukung pasangan baru tersebut di dalam persekutan
berkesinambungan di gereja dan menjalani pengalaman iman bersama-sama untuk
saling menguatkan.

Mengenai klaim sepihak lainnya yang bersumber dari kitab-kitab di Perjanjian Lama,
dengan sendirinya gugur karena yang disebut sebagai orang Kristen adalah pengikut
Yesus Kristus yakni mereka yang beriman dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus,
bukan pengikut Musa.

Anda mungkin juga menyukai