Anda di halaman 1dari 7

PHILIP MANTOFA – GMS

7 CHECKLIST
Siapakah Pasangan Hidupku?

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
(Roma 12: 1-2)

Salah satu pertanyaan terbesar dalam hidup anak-anak muda adalah “Siapakah pasangan hidupku?”
Dan seringkali kita mendapatkan jawaban-jawaban yang bersifat abstrak dari orang-orang di
sekeliling kita, seperti: “Dengarlah suara Tuhan...”
Permasalahannya adalah, saat cinta melanda, perasaan kita begitu berkecamuk hingga suara hati
pun bisa terdengar seperti suara Tuhan.

Yang kita butuhkan adalah tuntunan!

“Jodoh memang dari Tuhan, namun memilih dengan baik adalah tanggung-jawab kita
kepadaNya. Karena kemurahanNya, Tuhan telah memberikan kebebasan pada kita untuk
memilih.”

Oleh sebab itu, pilihlah dengan persiapan yang matang—yakni kehidupan kita yang terlebih dahulu
dipersembahkan kepada Tuhan, serta memiliki tujuan hidup yang benar.

Selain itu, setiap keputusan yang penting harus melalui proses pertimbangan yang matang.
Di sinilah pengetahuan kita yang benar akan Tuhan—dan pembaharuan budi kita—akan sangat
menolong dan menguntungkan.

Inilah 7 checklist dari saya untuk membantu anda memilih dengan baik dan tanggung-jawab dan
semoga keabstrakan yang ada di hati anda akan segera terjawab:

1 Pilihlah orang yang komitmen bertumbuh secara pribadi dalam Kristus.


Bukan hanya sekali beriman kepada Kristus, tetapi juga terus bertumbuh di dalam Dia. Hati-hati
dengan orang yang menggantungkan pertumbuhan rohaninya sendiri semata-mata kepada kita.

Contohnya, orang yang suka mengancam untuk meninggalkan Tuhan jika ia sampai diputus oleh
pacarnya. Ini tidak sehat! Memang, setiap manusia pasti membutuhkan orang lain dan tidak ada
orang yang dapat berdiri sendiri. Namun bagaimanapun juga, iman adalah urusan pribadi.
2 Pilihlah orang yang visi hidupnya menyenangkan Tuhan.
Carilah orang yang visi hidupnya produktif; artinya, seseorang yang punya sasaran hidup yang jelas
apapun profesinya. Bertanyalah kepadanya tentang apa yang menjadi rencana hidupnya dan ke
arah mana nanti karir serta keluarganya kelak akan dibawa. Nilailah apakah ia melibatkan Tuhan
atau tidak.

3 Pilihlah orang yang jujur.


Yang dimaksud dengan jujur adalah ketulusan seseorang yang tidak berbelat-belit maupun menutup-
nutupi sesuatu yang tidak benar. Ujilah apakah dalam perkara-perkara kecil ia suka berbohong,
karena seorang pendusta tidak akan menjadi pasangan hidup yang baik. Memang tidak ada manusia
yang sempurna, tetapi ada hal mutlak seperti kejujuran. Tanpa itu, sebuah hubungan tak punya
pegangan!

4 Pilihlah orang yang dewasa dan bertanggung-jawab.


Umur tidaklah menjamin kedewasaan seseorang. Kenalilah seseorang dari cara berpikirnya tentang
hidup dan orang lain. Cara yang terbaik untuk mengukur kematangan seseorang adalah dari
tindakannya ketika ia di dalam tekanan—inilah yang memisahkan seorang pria sejati dari sekedar
laki-laki, seorang wanita bijaksana dari sekedar kaum hawa. Oleh karena itu, bertemanlah dahulu
dan jangan terburu-buru!

5 Pilihlah orang yang gambar dirinya sehat.


Orang tidak akan bisa mengasihi pasangannya jika ia tidak bisa “mengasihi” dirinya sendiri dahulu.
Gambar diri yang sehat adalah permulaan dari sebuah hubungan yang bahagia.

Lawan kata dari “gambar diri yang sehat” ada banyak, contohnya: terlalu mengikat sebelum
waktunya, cemburuan yang kelewat-batas, suka mengancam untuk bunuh-diri.
Dari melihat bagaimana seseorang merawat dirinya sendiri dan mendengarkan pendapat orang itu
tentang hidupnya, kita dapat belajar banyak tentang gambar dirinya.

6 Pilihlah orang yang sikapnya positif terhadap hidup.


Sikap hati yang positif adalah aset dalam pernikahan.
Bayangkan jikalau anda harus tinggal serumah dengan orang yang menggerutu melulu—seumur
hidup anda.

Mengeluh sekali-kali sangatlah manusiawi, tapi mempunyai hati yang senantiasa pahit dan negatif
adalah pilihan hidup. Pilihlah hidup dengan pasangan yang terbukti masih bisa “tertawa” akan hari-
esoknya!

7 Pilihlah orang yang anda cintai.


Cinta-lah yang akhirnya mengantarkan kita masuk ke dalam pernikahan. Rasa tertarik kepada lawan-
jenis “sengaja” saya taruh di checklist yang terakhir bukan karena hal itu tidak penting, melainkan
agar anda obyektif dalam memilih dan mempertimbangkan kriteria pasangan hidup anda.

Tanpa rasa cinta, jangan pernah melangkah ke dalam pernikahan jika hanya karena terpaksa.
Sekalipun perasaan bisa menyusul, romantisme tetap harus ada!
Ketika anda memilih, di masing-masing checklist minimal skornya di atas 60%. Kenapa?
Karena jika misal standar 80%, terlalu idealis, kita tidak akan pernah selesai memilih toh kita manusia
tidak sempurna. Jika misal turunkan standarnya di bawah 50% tidak apa, tidak usah ada 7 checklist,
memilih bergantung kepada keberuntungan saja. Dari 100 orang yang jadi, 99 hancur.

Tuhan tahu kok segala kelemahanmu, Tuhan akan berikan pasangan yang terbaik untuk
melengkapimu.

Ingatlah bahwa memilih pasangan hidup dengan baik dan benar merupakan salah satu keputusan
terpenting yang Tuhan percayakan kepada kita.
7 Checklist ini bukanlah hukum taurat, melainkan hikmat dan kemurahan Tuhan dalam menuntun
kita. Oleh sebab itu, sebelum menjatuhkan pilihan, berdoalah dan libatkanlah Tuhan selalu.
Buatlah keputusan bersamaNya, lagu pernikahan telah menunggu anda...

PACARAN KUDUS

Rhema ps. Philip Mantofa saat bertobat di usia 18 th:


“Tanpa pacaran kudus, tidak mungkin ada pernikahan kudus”

Kekudusan bagi dunia seperti penjara, hukum Taurat, ikatan yang membuat hidup tidak berbahagia,
sesuatu yang membosankan. Ini adalah tipuan iblis! Bahkan semua sistem dunia sudah dipengaruhi
dan dikuasai iblis.

Tapi tetap percaya kepada Allah! Karena Tuhan adalah terang dan kasih, Dia perintahkan kepada
kita untuk hidup kudus demi kebahagiaan anak-anakNya. Bukan untuk menyengsarakan kita!

Saat kita meragukan Firman Tuhan, maka pencobaan akan semakin menjadi, makin tampak manis
dan semakin tidak bisa kita tolak, dan akhirnya kita jatuh!

Kekudusan itu indah, cantik, bahagia, untuk memberikan nilai tambah kepada kita!

5 Prinsip Fondasi Pacaran Kudus


Prinsip 1: Pacaran sekali untuk menikah
Jika ada yang sudah pacaran lebih dari sekali: bertobat, lupakan yang lalu, dan mulai sekarang
ambil komitmen ini. Namun jika record masih bersih: satu kali adalah baik!

Memulai dengan benar lebih baik daripada memperbaiki yang rusak.

Yang rusak (MBA, pacaran tidak karuan) tetap bisa dipulihkan!


Bertobat itu sakit. Lebih baik bertobat daripada binasa, tapi lebih baik taat daripada bertobat!

Pacaran bukan untuk coba-coba! Pacaran untuk mencari suami/istri, bukan untuk cinta.

Jatuh cinta bukan ukuran yang tepat untuk memulai pacaran.

Cinta yang paling memuaskan adalah cinta yang bertanggung jawab! (committed love)

Cinta tersebut didasari rasa percaya (trust), saling menghargai (respect), saling menerima, saling
memiliki – masing-masing hanya untuk pasangannya, bukan karena pasangan kita adalah yang
terbaik (saat kita membandingkan, maka tidak akan pernah kawin karena selalu ada yang lebih baik:
lebih kaya, lebih kurus, dll.) tetapi karena pasangan itu satu-satunya yang dicintai!

Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta
sebelum diingininya? (Kid 8: 4)

Waktu pacaran yang tepat HARUS kita tentukan! When you fail to plan, you plan to fail!

Anak Tuhan harus menyusun rencana, dan melibatkan Tuhan dalam perencanaan kita!

Rencanakan kapan kita sepatutnya mulai pacaran!

Peritungkan masa study, masa persiapan karier dan mengumpulkan modal supaya mandiri secara
keuangan, baru setelah itu tentukan di usia berapa akan menikah. Setelah tahun menikah
ditentukan, hitung mundur dan baru tentukan di usia berapa akan mulai pacaran!

Prinsip 2: Mengutamakan buah-buah Roh/Kasih dalam Berpacaran


Pacaran kudus bukan mengutamakan “pohon”nya, tapi buah-buah Roh/Kasih: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Kasih itu:
Tidak mencari kepentingan diri sendiri. Berarti seks di luar nikah tidak termasuk!

Tidak mengambil melainkan memberi, tidak mengambil apa yang menjadi haknya – apalagi
mengambil apa yang bukan haknya.

Membangun – bukan meruntuhkan, melindungi – bukan melucuti, membuat hangat – bukan


menelanjangi!

Mat 7: 16-20
Semua harus dilihat dari buahnya, bukan pohonnya. Anehnya dalam gereja orang sering lebih
bangga dengan “pohonnya”.

Contoh pohonnya: Dapat dari Tuhan (penglihatan, mimpi, dll) tentang siapa jodohnya saat sedang
jatuh cinta!

Contoh buah setelah pacaran:

Bagaimana sikap/attitude terhadap pemimpin dan orang tua?

Bagaimana nilai kuliah, hasil kerja: semakin maju atau mundur?

Bagaimana sikap terhadap pelayanan: semakin bagus/excellent atau asal-asalan?

Bagaimana memperlakukan pacar: mulai meraba-raba atau masih menghormati?


Apakah semakin berguna dan produktif bagi Tuhan dan orang lain?

Dari pra-pacaran hingga pacaran, hingga menikah, semua dilihat dari buahnya!

Cara kita mengusahakan buah adalah dengan menghormati hukum tubuh kita!

Jika ingin menaklukkan kekuatan lawan kita, yaitu daging kita, maka kita harus sadari potensi
kekuatan daging kita dan menghargainya/menghormatinya, kemudian belajar mengarahkannya
dengan benar!

Hormati kamar pasangan anda! Apapun alasannya, jangan masuk kamar pasangan!

Apa yang kamu berhalakan selama pacaran – itu yang tidak akan kamu nikmati dalam perkawinan!

Jika memberhalakan seks atau kenikmatan seksualitas – dalam perkawinan pasangan akan lebih
tertarik kepada orang lain.

Jika memberhalakan kebersamaan/posesif/mengekang – dalam perkawinan akan menjadi suami-


istri yang tidak akrab.

Bagaimana supaya layak menerima berkat kudus di hari pernikahan?

Tujuan kita mengutamakan buah-buah Roh bukan supaya lebih kudus/suci dibanding orang lain!

Memelihara kekudusan ada upahnya (reward) yaitu: di hari pernikahan kita layak menerima:
penyertaan Allah, berkat finansial, berkat anak-cucu.

Di hari pernikahan akan ada penumpangan tangan oleh pendeta. Masalahnya apakah sungguh-
sungguh ada berkat supranatural turun? Tidak perduli siapapun pendetanya, karena pendeta hanya
saluran berkat. Yang menuai dan menabur adalah pasangan yang menikah.

Apa yang kita tabur – itu yang kita tuai, apa yang tidak kita tabur – tidak kita tuai!

Adakah berkat pada upacara perkawinan yang turun? Kuncinya di tangan kita dan pasangan kita:
bagaimana jenis hubungan sebelum menikah.

Jika kita tidak memelihara kekudusan sebelum kawin, maka tidak akan menuai berkat Allah

Namun untuk pasangan yang sudah “jatuh” tetap ada harapan jika bertobat, artinya berbalik dan
tidak mengulang ke”jatuh”annya lagi. Bertobat artinya berubah dan atur ulang hidup kita!

Penyertaan Allah: ada penyertaan Allah dalam perkawinan dan rumah tangga.

Berkat finansial: dalam perkawinan dan rumah tangga ada berkat tanpa embel-embel kesusahan
mengikutinya.

Berkat anak-cucu: berkat yang nampak baru pada perjalanan perkawinan. Anak-anak kita
menghasilkan sesuai taburan orang tua, apakah mewarisi hal-hal terburuk yang ada di
papa/mamanya, atau mewarisi yang terbaik dari orang tuanya.
Prinsip 3: Menghormati orang tua
Kel 20: 12
Menghormati orang tua penting supaya hubungan kita direstui orang tua, dan itu perintah Tuhan!
Tidak cukup berkat hanya dari pemimpin rohani/gembala kita. Karena Tuhan membagi antara orang
tua dan pemimpin rohani: kuasa melepaskan berkat bagi pasangan yang menikah.
Restu orang tua menentukan kebahagiaan rumah tangga!

Suami-istri tidak mungkin bisa saling menghargai jika yang ditabur adalah pemberontakan. Dan
juga tidak bisa mengajarkan anak-anak untuk menghormati orang-tuanya.

Libatkan orang tua dalam membangun hubungan, tapi jangan terlalu dalam!

Alkitab mengajarkan kita hormat kepada orang tua, tetapi tidak berarti orang tua kita sempurna!

Jika orang tua salah dan pandangannya tidak sesuai Alkitab, bahkan jika bukan anak Tuhan, tetap
tidak boleh tidak menghormati orang tua!

Solusinya:
Berdoa! Doa mengubah hati orang! Jika kita benar, Tuhan dengar doa kita; jika untuk memuaskan
hawa nafsu kita, Tuhan tidak mau dengar doa kita; tapi jika kita tidak berdoa – tidak akan dapat
apa-apa. Sambil berdoa: evaluasi diri kita, mungkin orang tua benar.

Berusaha dengan cara yang menjadi berkat! Tidak berhenti hanya pada doa. Tunjukkan bahwa
hubungan kita manis dan memberkati untuk meyakinkan dan memenangkan restu mereka.

Prinsip 4: Menghormati gembala atau pemimpin rohani

Ibr 13: 17
Libatkan pemimpin rohani dalam hubungan sejak masa pra-pacaran – secara terbatas, terutama
berdoa dan berjaga-jaga atas jiwa kita.

Melibatkan pemimpin rohani dalam hubungan menentukan kerohanian rumah tangga.

Rumah tangga pasangan bisa baik dan diberkati di banyak segi, tapi tidak rohani. Artinya nilai-nilai
Alkitab lemah, semangat melayani Tuhan tidak ada, anak-anak tidak punya keinginan untuk kenal
Tuhan secara pribadi, ini karena ada spirit yang padam dan mati di dalam suami dan istri, dan
akhirnya dalam rumah tangga – karena meninggalkan pemimpin rohani.

Untuk pemimpin: Pemimpin bukan nabi atau polisi, tapi hendaknya menjadi ayah dan sahabat.

Yang menentukan kepada siapa kita jatuh cinta dan memilih pasangan adalah masing-masing
pribadi – bukan karena perkataan/tanya pemimpin. Pemimpin seperti ayah yang mengikuti
perjalanan hidup anaknya dan mengarahkan, ikut memikirkan, tapi penentuan tetap terletak pada
anak, ada saling percaya. Jangan ada pasangan yang jatuh, tapi jika ada yang jatuh, pemimpin akan
berdiri sebagai sahabat: melihat konteks kasusnya, dan dengan hikmat Tuhan menuntun pada
kebenaran.

Sahabat tidak menghakimi, tapi bukan berarti lunak terhadap dosa! Tetap ada otoritas untuk
berkata tidak!
Prinsip 5: Dipenuhi dengan kasih yang abadi (eternal love)
Bingkai dari hubungan haruslah kasih yang abadi – bukan nafsu!
Yang beda dalam fase kehidupan kita adalah “lukisannya”.

Jika cinta bertumbuh ke arah kasih yang abadi, kita akan punya waktu yang panjang untuk
mencintai pasangan kita karena kita akan memilikinya selamanya.

Cinta yang bertumbuh ke arah nafsu tidak akan abadi!

Bagi yang belum memiliki pasangan:


Jangan gelisah, Tuhan pasti sediakan yang terbaik pada saat yang tepat. Yang harus dilakukan: terus
berdoa, bergaul dengan sehat, jaga sikap, jaga tutur kata dan penampilan.

Bergaul dengan sehat artinya tidak mencampurkan kasih dengan cinta: jangan ke sana-sini
nembak! Bergaul dengan sehat lebih dulu, dapatkan hubungan yang murni kasih, baru beranjak ke
cinta jika ada kemungkinannya, sehingga akhirnya bisa menikah dengan sahabat.

Bagi yang sudah memiliki pasangan:


Cinta adalah bunga dalam pernikahan – bukan patokan kebahagiaan. Yang terpenting dalam
pernikahan adalah seberapa besar pengertian yang kita miliki, yang membuat kita memahami
kelebihan dan kelemahan pasangan kita. Saling memahami adalah jalan menuju kebahagiaan sejati.

Suami Irene,
Philip Mantofa

Anda mungkin juga menyukai