Anda di halaman 1dari 5

NIKAH MUDA ? KAPAN KITA HARUS MENIKAH ?

SIMAK PENJELASAN KASUBDIT KELUARGA SAKINAH

DITJEN BIMAS ISLAM KEMENAG RI

Fenomena menikah muda saat ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak
terutama Kementerian Agama. Data menunjukkan peristiwa perceraian saat ini didominasi oleh pasangan-
pasangan yang menikah di usia sangat muda dari angka 30,8% secara nasional. Parahnya lagi tingkat
perceraian di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia sebesar 28,4%. Hal tersebut dikatakan Dr. H.
Agus Suryo Suripto, Kepala Subdit Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam pada kegiatan Obrolan Seputar
Islam (OBSESI) Bimas Islam kemenag RI.
Beliau ( H. Agus Suryo Sucipto ) memberikan ilustrasi jika ada 2 juta pasangan yang menikah
pada tahun 2022, maka setidaknya telah terjadi 586 ribu pasangan yang bercerai pada tahun itu. Angka
tersebut menurutnya memberikan komparasi ketahanan keluarga di negara kita sudah sampai pada tahap
yangmengkhawatirkan. “Sayangnya dalam angka 586 ribu pasangan yang bercerai tadi, sebanyak 30,8%
merupakan pasangan usia muda. Bayangkan jika saat bercerai usia pasangan muda tadi baru berusia
sekitar 21 tahun tentu mereka akan menghadapi problematika keluarga yang serius,” ujarnya. 
Dalam fenomena yang mengkhawatirkan tersebut, beliau menyayangkan budaya bangsa
Indonesia yang kerap meniru perilaku publik figur yang kerap muncul di televisi maupun media
lainnya. “Dari lifestyle para publik figur dan artis yang gemar kawin cerai sangat berpengaruh terhadap
cara pandang masyarakat Indonesia. Misalnya ada artis yang sudah menikah sebanyak 25 kali padahal
usianya masih tergolong muda, hal itu berdampak terhadap pandangan masyarakat seolah ada kesan jika
nikah muda tidak membawa pengaruh yang buruk,” katanya. Beliau ( H. Agus Suryo Sucipto ) sendiri
tidak mempermasalahkan nikah muda terjadi, tetapi harus dimanage dengan baik sehingga jangan sampai
pasangan yang menikah muda bercerai muda. 
“Menikah muda berakibat pada banyaknya masalah yang mungkin akan muncul di belakang hari.
Saya tidak menjudge bahwa pasangan yang menikah cukup umur akan terbebas dari masalah. Pasangan
yang berusia matang, memiliki kehidupan yang mapan akan relatif lebih tenang dalam menyikapi
dinamika rumah tangga bandingkan dengan pasangan usia muda yang tentu pengendalian emosinya tidak
sebaik ketika usianya sudah matang,” sebutnya. “Jika konteksnya menghindarkan diri dari zina, tentu
banyak sekali aktivitas yang dapat menghindarkan anak-anak muda dari perbuatan yang mengarah ke
perzinahan. Jika konteksnya menjalankan sunnah Rasulullah, maka sunnah Rasulullah yang dapat kita
lakukan. Nikahnya yang menjadi sunnahnya, bukan usianya,” .
1. sejatinya pernikahan
Sejatinya pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang, yang dimulai dari terucapnya akad nikah,
kemudian berumah tangga dengan niat mencari ridho Allah, hingga akhirnya kita sampai di syurga-nya
Allah yang merupakan garis finish dan tujuan akhir dari pernikahan. Maka dari itu sebelum menikah
luruskanlah niatmu untuk beribadah, carilah seseorang yang bisa mendampingimu dalam proses
mencari ridho Allah, seseorang yang juga sama-sama memiliki visi akhirat dalam menikah, seseorang
yang juga memiliki impian untuk menjadikan pernikahannya sebagai wasilah untuk beribadah. Maka
dengan seperti itu insyaa Allah, akan terbentuk rumah tangga yang sakinah, keturunan-keturunan
generasi Rabbani yang akan menjadi pejuang peradaban, dan akhirnya kelak disyurga, kita bisa
berkumpul kembali sekeluarga dalam naungan rahmat-Nya.
2. Siapakah orang yang tepat untuk dijadikan pendamping hidup kita ?
Memilih jodoh berdasarkan agama dan akhlak bisa ditempuh dan harus diupayakan. Karena jodoh
tidak sekedar takdir tuhan semata tanpa ada upaya dari manusia sebagai hamba Allah Swt. karena
jodoh bersifat ikhtiari. Salah satu tabiat yang melekat pada diri manusia sejak menghuni bumi ini yaitu
membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang lain, sehingga tidak heran jika manusia disebut
sebagai makhluk sosial. Banyak pepatah yang mengatakan bahwa hidup ini singkat bahkan karena
sangat singkatnya diibaratkan seperti sekedar numpang minum atau dalam Bahasa Jawa sering
diungkapkan dengan frase “mampir ngombe”. Tentunya pepatah ini dapat diterima oleh semua
kalangan, dan tidak terpaku pada etnis atau agama tertentu karena agama Islam juga mengamini hal
tersebut namun dengan redaksi yang tidak jauh berbeda.
Ketika seseorang sudah memasuki usia yang laik untuk menikah, muncul dorongan dalam diri
untuk membangun suatu mahligai rumah tangga. Mencari jodoh atau pendamping hidup menjadi salah
satu rangkaian yang mengawali perjuangan yang perlu dipersiapkan dengan matang.
 Memilih jodoh ( Calon Isteri )
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat
hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling
utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya
kamu akan selamat." (HR. Bukhari Muslim).
Menurut Imam al-Nawawi bahwa maksud hadits ini adalah Nabi mengabarkan tentang
apa yang menjadi kebiasaan orang-orang yaitu dalam urusan pernikahan, di mana mereka
memandang dari empat perkara ini. Dan menjadikan perkara agama sebagai kriteria terakhir.
"Oleh karena itu pilihlah wanita karena agama yang baik niscaya akan beruntung," kandungan
hadits ini sama sekali tidak bermakna bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk menikahi
wanita yang kaya, terpandang dan cantik sehingga menjadikan agama sebagai poin terakhir dalam
memilih. Hal ini sejalan dengan hadits yang melarang menikahi seorang perempuan selain karena
faktor agamanya.
 Memilih Jodoh (Calon Suami)
“ Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Sabur At-Raqqiy, telah menceritakan
kepada kami Abdul Hamid ibn Sulaiman Al-Anshori Akhu Fulaih dari Muhammad ibn ‘Ajlan dari
ibnu wasimah Al-Mishriy dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda
Apabila datang kepadamu seseorang yang kamu senangi agama dan akhlaknya, maka
kawinkanlah dia dengan anak perempuanmu, jika tidak, niscaya akan mendatangkan fitnah di
bumi ini dan akan menimbulkan kerusakan yang mengerikan”. H.R. Ibnu Majah
Selain demikian sebaiknya cari lelaki yang bertanggung jawab dan mampu memberikan
nafkah , karena menyia-nyiakan istri,anak dan kedua orang tua termasuk perbuatan berdosa dalam
islam. “ Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyai-nyiakan orang yang menjadi
tanggungannya “. ( H.R Ahmad , Abu Dawud ).
3. Mengapa kita harus mempersiapkan pernikahan ?
Dalam islam sendiri persiapan pernikahan merupakan salah satu hal yang cukup penting.
Persiapan in dilakukan agar nantinya rumah tangga yang kamu jalani bisa menjadi keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan warahmah. Selain itu rumah tanggamu, nantinya harus sesuai dengan kaidah-
kaidah dalam ajaran agama. Berikut ini persiapan pernikahan menurut agama iskam yang harus
dilakukan.
Setiap manusia tentunya mendambakan hidup bersama orang yang ia cintai dan jalan untuk
tinggal bersama dengan orang yang dicintainya tersebut adalah melalui pernikahan . Ya, pernikahan
adalah suatu peresmian hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita yang didasari hukum dan
syariah untuk membina suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Setiap
pernikahan yang dijalani tentunya harus dimulai dengan sesuatu yang baik dan hal ini bisa diawali
dengan mempersiapkan pernikahan secara matang. Lalu apa sajakah hal-hal yang perlu dipersiapkan
menjelang acara pernikahan?
 Persiapan Calon Mempelai , persiapan ini meliputi persiapan fisik, mental, spriritual, ekonomi dan
persiapan sosial .
 Persiapan hukum dan syariah, sebelum menikah harus terlebih dahulu mengurus segala dokumen
kenegaraan yang diperlukan untuk mendaftar pernikahan.
 Persiapkan anggaran, Hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah persiapan anggaran atau dana
yang akan digunakan untuk menikah. Kapan waktu yang tepat untuk menikah ? usia berapa yang
ideal untuk menikah ?
4. Bagaimana cara membangun keluarga Sakinah ?
Menikah bukan sekedar mengucapkan ijab dan qabul di hadapan penghulu kemudian mengadakan
resepsi pernikahan. Pernikahan jika dilihat dari pranata sosial memiliki implikasi yang sangat luas
diantaranya sudah dianggap mandiri dan telah memiliki tanggung jawab yang harus dipikulnya yaitu
istri dan kalak anak-anaknya. Kemudian lahirnya tanggung jawab baik yang bersifat parsial maupun
kolektif yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum memasuki jenjang kehidupan baru tersebut.
Sehingga sebelum memasuki jenjang pernikahan atau mengawalinya dengan memilih jodoh harus
memahami betul apa makna dan tujuan menikah? Dengan mengetahui makna atau alasan menikah
seseorang baik itu pemuda atau pemudi akan memperoleh sebuah petunjuk untuk melangkah ke
tahapan berikutnya.
M. Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa setiap suami istri, seharusnya mempunyai prinsip
dalam rumah tangganya. Prinsip itulah yang bisa mempertahankan keutuhan keluarga, salah satunya
adalah prinsip saling setia dan membahagiakan. Bagaimana Membangun Keluarga yang Sakinah?
Melansir pondasi keluarga Sakinah, berikut ini adalah beberapa strategi yang dilakukan untuk
membangun keluarga sakinah, yaitu:
1. Menanamkan nilai-nilai akidah dalam keluarga, agar senantiasa taat dalam memahami agama.
2. Memberikan contoh tentang akhlak yang terpuji, khususnya dari orang tua ke anak-anak mereka.
Bagi keluarga sakinah, akhlak terpuji ini merupakan dasar penting untuk menjadi contoh bagi
keluarga yang lain.
3. Memberikan kesadaran mengenai kedudukan, hak, dan kewajiban, bagi suami dan istri. Hal ini
agar pasangan suami istri mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan adil.
4. Menanamkan keharmonisan dalam hubungan suami istri, agar mereka senantiasa hidup rukun dan
mesra.
5. Menanamkan pola hidup hemat dan sederhana, dengan membuat perencanaan penggunaan uang
yang teratur.
Referensi

Buku Pondasi Keluarga Sakinah : Bacaan Mandiri Calon Pengantin ( CATIN )

Jurnal Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hukum Islam , Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Biodata Penulis

Penulis Bernama lengkap Nur Khafidatun Nisa , lahir di Kebumen pada tanggal 24 September 2001 .
Dia merupakan mahasiswa Manajemen Dakwah , Fakultas Dakwah UIN Prof.K.H Saifuddin Zuhri
Purwokerto Angkatan tahun 2020 .Pengalaman organisasinya yaitu menjadi bagian dari kepenburusan
pondok pesantren dan aktif menjadi anggota UKM PIQSI UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri . Kontak
yang bisa dihubungi 085728840834.

Anda mungkin juga menyukai