Tidak ada rangkaian ibadah yang lama dan tidak cukup dengan waktu terbatas hanya semalam atau sebulan kecuali menikah. Tidak ada pula ibadah yang pahalanya dapat menyempurnakan ibadah lainnya selain nikah. Imam Thawus rahimahullah seorang tabi’in berkata “Tidak akan sempurna ibadah seorang pemuda sampai ia menikah”. Menikah bukan hanya sunnahnya umat Rasulullah saja melainkan nikah itu sunnahnya para Rasul. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada empat perka,ra yang termasuk sunnahnya para rasul yaitu : rasa malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah. Maka menikah itu sunnahnya para Rasul. Sebuah pernikahan adalah ibadah yang agung yang terus dipegang erat walaupun ajal sudah mendekat. Mengingat banyaknya pahala yang terkandung di dalamnya sampai-sampai sahabat mulia Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau pernah mengatakan “ seandainya Aku tahu bahwa ajalku tinggal 10 hari lagi dan Aku punya kemampuan untuk menikah niscaya Aku akan menikah. Karena Aku benci tatkala berjumpa dengan Allah dalam keadaan membujang. Pernikahan butuh bekal ilmu. Ilmu pernikahan itu tidak bisa dikuasai secara otodidak seperti halnya desain grafis. Ada ilmu dalam pra pernikahan, seputar ta’aruf, seputar istikharah, seputar aib-aib yang perlu disembunyikan dan aib-aib yang perlu diperbincangkan semua ada ilmunya. Ada ilmu dalam pernikahan seperti hak dan kewajiban suami-istri, ilmu dari buah pernikahan (Parenting) dan sikap tatkala rumah tangga sedang diujung tanduk dan lain sebagainya. Pernikahan itu butuh proses panjang dan pembelajarannya setiap hari dan setiap saat. Kurikulumnya bukan kurikulum sederhana seperti beli roti kapan terbesit keinginan bisa langsung cari dan beli. Sebelum memutuskan menikah harus intropeksi terlebih dahulu bukan karena baper. Harus tahu faktor pendorong untuk menikah sudah kuat seperti pekerjaan (Ma’isyah) dan Nafkah. Juga ada faktor penghalang seperti persyaratan dari orangtua, ridho dari orangtua dan lain sebagainya. Jika lolos fase ini apakah sudah ada calongan pasangan yang sesuai syariat, niat yang harus diluruskan dan taubat sudah dilakukan ketika pernah salah dimasa lalu. Perkara yang menjadi bekal pernikahan harus sabar, telaten, dan tidak boleh bosan. Rasulullah pernah mengatakan : “ Allah itu benci dan tidak suka orang-orang yang ia pandai urusan dunia pintar dalam perkara dunia tapi bodoh dalam urusan akhirat. Yakinlah dalam mempelajari ilmu pra nikah ini akan menjadi pribadi yang lebih siap, lebih matang dan lebih tahu skala prioritas. Para ulama mengatakan “jika kesibukan karena pernikahan lebih bermanfaat dibandingkan dengan ibadah sunnah yang dilakukan oleh dirinya sendiri”. Rasulullah bersabda : “Ada tiga golongan yang pasti akan ditolong oleh Allah yaitu: seorang budak yang mencicil dari usahanya untuk membebaskan dirinya, menikah karena ingin memelihara kehormatan dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Materi Ke-2 Prioritas Ilmu yang Mesti Disiapkan Semua ada ilmunya dalam menikah yang meliputi ilmu agama dan ilmu dunia. Jangan menikah karena baper harus tahu hukumnya. Mengenai hukum menikah yaitu : 1. Madzhab Dzahiri menikah itu hukumnya wajib (Q.S. An-Nisa : 2) 2. Madzhab Syafi’i hukumnya mubah 3. Madzhab Maliki, Hambali dan Hanafi (jumhur) hukumnya sunnah. Alasannya ada nash dari Nabi jika wajib contohnya ada sahabat yang tidak menikah tapi Nabi tidak menegur. Jika ingin menikahi janda lewat persetujuannya dan perawan dari ridhonya (diam). Hukum asal pernikahan yang rajih adalah sunnah sementara hukum turunannya ketika berkaitan dengan personal yaitu : 1. Wajib = khawatir berlaku perzinahan, tidak mampu mengendalikan syahwatnya dan ingin menjaga diri dari pergaulan bebas. 2. Mubah = tidak khawatir zina dan ada kemampuan menahan dan cukup/mampu nafkah (bekerja). 3. Makruh = karena tidak ada syahwar tanpa membedakan punya harta/tidak 4. Haram = tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Ada kedzaliman dan penganiayaan. Haram menikah bagi yang sudah punya pasangan dan masih dalam massa iddah. Juga poligami jika tidak punya kecukupan dan rasa adil. Yang dapat merusak agama kemaluan, perut/mulut (keserakahan). Manfaat menikah : 1. Memenuhi kebutuhan fitrah manusia 2. Melestarikan keturunan 3. Menyempurnakan agama 4. Memperat hubungan keluarga 5. Memperoleh ketenangan Sebaik-baik perhiasan adalah Wanita yang sholehah. Butuh kemampuan harta berupa mahar dan walimah. Memberi nafkah dengan cara yang ma’ruf. Harus dilakukan juga perencanaan yang baik. Seputar Akad Nikah Rukun dan Syarat Disunnahkan untuk memulai dengan khutbatul hajjah yang disampaikan oleh wali mempelai Wanita, naib/ustadz dengan nasehat taqwa ( 3:102 dan 4:1). Rukun Akad Nikah : 1. 2 calon mempelai nikah terbebas dari penghalang-penghalang sahnya nikah. Berkaitan dengan mahrom, sepersusuan, massa iddah dan seseorang yang kafir. 2. Adanya Ijab : saya nikahkan… 3. Adanya Qabul : Saya terima nikahnya… Tidak membatasi dengan lafal saja bisa bentuk gerakan tubuh/isyarat tubuh bagi yang tidak mampu mengucapkan dengan lisan. Syarat Sah Pernikahan : 1. Adanya kejelasan (Ta’yin) 2. Kerelaan diantara dua calon mempelai 3. Wali sah yang menikahkan Walinya Wanita seperti bapak, kakek, kakak laki-laki, cucu laki-laki, saudara bapak laki-laki, paman laki-laki dan wali hakim. 4. Adanya saksi dengan kriteria muslim, baligh dan berakal serta adil Walimatul Ursy (Pesta Pernikahan) Hukumnya sunnah mu’akad (jumhur) dan sebagian yang lain wajib. Hukum sunnah mu’akad ini jangan dinodai dari keburukan dan kesombongan, pakaian tamu tidak menutup aurat, ikhtilath, adanya kemungkaran seperti nyanyian dan musik dan fotografer memotret pengantin saat bersanding dan sebagainya. Nasehat kepada Ikhwan/Akhwat yang mau menikah : 1. Tawakal kepada Allah 2. Berdo’a 3. Hadirkan untuk semangat menjaga kehormatan 4. Jadikan ibadah dan ridho Allah 5. Menyelami dan memahami pasangan Materi Ke-3 Tanda Bahagia Seseorang Adab dan akhlak sangat penting. Timbangan berat yaitu akhlak mulia. Tidak ada artinya ibadah tanpa akhlak seperti halnya cuka bercampur madu. Kesantunan tecabut maka akan menjadi lebih buruk. Baiknya seseorang pemimpin (kepala rumah tangga) ditinjau dari agama dan akhlak. Akhlak yang terlupakan dalam rumah tangga : 1. Memperbaharui niat karena Allah 2. Bersyukur 3. Menjaga Amanah bersama Jika menerapkan ketiganya in syaa Allah akan meraih potensi pahala dan keberkahan. - Orang yang terbunuh dan membunuh sama-sama di neraka. Ada niat ingin membunuh bagi yang terbunuh (HR. Muslim) - Ada yang terbunuh dan membunuh keduanya masuk surga. Terbunuh berperang di jalan Allah dan membunuh kemudia bertaubat dan berperang maka ia syahid seperti halnya Khalid bin Walid. Dua hal tersebut karena niat. Begitu sakralnya niat. Ikhlaskan niat mahar, jika tidak ikhlas maka di hari akhir nanti maka akan dicap sebagai seorang pezina. Naudzubillah wa iyyadzi billah. Mengenai syukur tidak boleh dilupakan apapun keadaanya. Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak berterima kasih kepada suaminya. Esensi syukur ialah taat. Menjaga amanah bersama dalam hal ini suami sebagai pemimpin yaitu menjaga istri dan anak-anak (nafkahi makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan). Istri menaati suami hal yang penting setelah Allah dan Rasul-Nya. Syaikh Muhsin al-Abat mengatakan “ menikahi istri dengan syariat dan amanahnya ada dipundak kalian. Jangan disakiti dan bergaulah baik dengannya. Seorang Wanita pemimpin didalam rumah tangga suaminya. Tugas Wanita universal, permaisuri suami, pelayan, mengurus anaknya, mendidik, mengatur urusan rumah tangga. Perintah Allah ada hasilnya dan larangan Allah ada solusinya. Hukumnya makruh tanpa izin dari suami. Wanita itu aurat, apabila keluar rumah maka syetan akan mengikuti dan menjadikan indah saat diluar rumah. Keadaan terbaik Wanita ada di dalam rumah. Wanita lemah secara fisik, begitujua akal karena dikuasai perasaan dan agama. Maka Allah menghijabnya dengan berdiam diri di rumah. Amalan kecil bisa berpahala besar karena niar dan amalan besar bisa nilainya kecil karena niat. Materi Ke-4 Hak Istri, Kewajiban Suami 1. Mempergauli istrinya dengan cara yang ma’ruf. Ibnu Katsir berkata “Sebagaimana engkau memperlakukan maka engkau akan diperlakukan” 2. Memberi nafkah (pakaian, makanan, tempat tinggal) Nafkah utama dan pesan-pesan yang diamini : 1) Engaku memberi makan ketika engkau makan 2) Engkau memberi pakaian ketika engkau berpakaian. Jangan pukul wajah, jangan cela ia dan jangan boikot ia kecuali dalam rumah saja. Abu Sufyan orangnya pelit padahal ia kaya ketika memberi nafkah istrinya Hindu binti Uthbah dan anak-anaknya sehingga boleh mengambil tanpa sepengetahuannya dengan seperlunnya dan sesuai kebutuhan saja. 3. Meluangkan waktu untuk bercanda dengan istrinya seperti halnya Rasulullah yang lomba lari dengan istrinya ‘Aisyah. 4. Menyempatkan waktu untuk mendengarkan istri ketika curhat. Kisah Abu Dzar yang memperhatikan istrinya sampai ke fisiknya dan dibelikan juga perhiasan. Materi ke-5 Hak Suami dan Kewajiban Istri 1. Menaati suami, menyenangkan suami dan berhias. Jika istri taat pada suami maka akan masuk surga dari pintu mana saja. Wanita yang paling baik adalah Wanita yang engkau senang ketika melihatnya, menaati ketika diperintah dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya. Ketaatan pada suami tidak secara mutlak tapi untuk hal yang ma’ruf saja. 2. Diam di rumah dan Izin ketika mau keluar rumah. Harus dengan izin suami walaupun berangkat ta’lim/ pergi ke masjid. Nusyuz bentuk pembangkangan istri kepada suami. Suami punya hak untuk menahan nafkahnya sebagai bentuk pengajaran. 3. Taat pada suami ketika mau diajak ke ranjang. Jika tidak mau maka istri akan dilaknat oleh para malaikat. 4. Tidak mengizinkan orang lain masuk ke rumah tanpa izin dari suami. 5. Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada kecuali dengan izin suami. 6. Tidak menginfakkan harta suami tanpa izinnya. 7. Berkhidmah pada suami dan anak-anaknya. Contohnya Asma binti Abu Bakar membantu merawat dan melatih kuda milik suaminya Zubair bin Awwam. Dan juga Fatimah binti Rasulullah berkhidmah kepada Ali bin Abi Thalib sampai tangannya lecet karena membuat gandum. Jangan mengeluh karena pahalanya besar. 8. Menjaga kehormatan diri, suami dan anak. 9. Bersyukur atas apa yang telah diberikan suami 10. Tidak mengungkit-ungkit pemberian istri kepada suami 11. Ridho (qona’ah) terhadap yang sedikit karena hikmahnya tidak akan memberatkan hisab. 12. Tidak menyakiti suami dan tidak membuatnya marah 13. Terus berharap hidup bersama suaminya. Jika perempuan yang menuntut talaq pada suaminya tanpa alasan yang haq ia diharamkan mencium bau surga. 14. Hendaklah berduka ketika suami meninggal. Masa Iddah 4 bulan 10 hari. “ Tidak halal bagi Wanita yang beriman pada Allah dan hari akhir berkabung lebih dari tiga hari kecuali pada suaminya.