Anda di halaman 1dari 6

Kewajiban Suami & Istri dalam Pernikahan Menurut Islam

Apa saja kewajiban suami dan istri dalam pernikahan menurut Islam? Faktanya,


menikah nggak hanya sebatas tinggal bersama sampai maut memisahkan, Bela. Dalam
Islam, suami dan istri memiliki kewajiban dalam pernikahan tersebut, yang artinya patut
dipenuhi terhadap pasangannya. Kira-kira, apa saja, ya?

Apakah kewajiban istri itu membersihkan rumah? Apakah kewajiban suami itu
menafkahi istri dan anak-anaknya? Daripada salah menerka, baiknya mencari tahu
informasi yang benar, yuk! Melansir dari berbagai sumber, ini kewajiban suami dan istri
dalam pernikahan menurut Islam.

Kewajiban suami pada istri dalam pernikahan menurut Islam

Para suami memiliki beberapa kewajiban yang menjadi hak istri dalam pernikahan, di
antaranya:

1. Memberikan mahar dan nafkahPexels.com/Pixabay

Kewajiban pertama suami pada istri dalam pernikahan menurut Islam adalah
memberikan mahar dan nafkah. Mahar merupakan mas kawin yang patut laki-laki
berikan saat menikahi perempuan. Sedangkan nafkah, nggak hanya sebatas uang
dapur, melainkan dalam bentuk sandang, pangan dan papan (memberi pakaian,
makanan, dan rumah).

Disebutkan dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 4, yang berbunyi:

"Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan."

Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yang berbunyi:

"Dan kewajiban bapak memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya...."

2. Menggauli istri secara baikPexels.com/Cottonbro

Menggauli di sini adalah bersenggama atau bercinta dengan istri. Dalam Islam, ini
menjadi salah satu kewajiban suami pada istri, yaitu untuk menggauli pasangannya
dengan baik, nggak boleh kasar atau sampai menyakiti.

Dalam surat An-Nisa ayat 19, terjemahannya berbunyi:

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak."

3. Menjaga istriPexels.com/Ba Tik

Suami wajib menjaga istrinya dengan baik, menjaga harga dirinya, menjunjung tinggi
kehormatannya, dan melindunginya dari segala sesuatu yang dapat menodai
kehormatannya. Suami pun wajib menjaga rahasia istrinya.
4. Membimbing istriPexels.com/Jeremy Wong

Kewajiban suami adalah memberikan bimbingan agama pada istrinya dan


menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Suami juga wajib menjaga
istrinya dari perbuatan dosa yang dapat mendatangkan keburukan pada keluarga.
Disebutkan dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

5. Memberikan rasa cinta dan kasih sayang

Pexels.com/Danu Hidayatur Rahman


Dalam Islam, suami wajib memberikan rasa cinta dan kasih sayang pada istri. Artinya,
suami wajib bertutur kata lembut, memberikan rasa tenang, mengekspresikan rasa
cintanya, dan menunjukkan kasih sayang. Kewajiban ini ada dalam al-Quran surat Ar-
Rum ayat 21, yang terjemahannya berbunyi:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya yang
demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Kewajiban istri pada suami dalam pernikahan menurut islam

1. Menaati suami

Kewajiban pertama istri pada suami adalah taat pada suami. Contoh taat Misalnya, istri
patuh ketika suami menyuruhnya untuk beribadah, menutup aurat, dan lain-lainnya.
Namun, istri wajib taat kecuali dalam hal-hal yang melanggar aturan agama dan/atau
kesusilaan. Dalam al-Quran, surat An-Nisa ayat 34, terjemahannya berbunyi sebagai
berikut:

"Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(laki-laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang salehah ialah mereka yang taat kepada
Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada menurut apa yang Allah
kehendaki......"

Dalam Islam, ketaatan seorang istri pada suami disebut setara nilainya dengan jihad
laki-laki. Tetapi, ada kalanya istri dapat mendiskusikan sesuatu sebelum membuat
keputusan, seperti membahas pekerjaan, keluarga, pendidikan anak, dan sebagainya.

2. Menjaga harta, rumah, dan kehormatan suamiP

Ketika suami wajib memberikan nafkah berupa penghasilannya pada istri, maka istri
wajib menjaganya. Artinya, istri wajib merawat dan menjaga harta yang suaminya
berikan. Bahkan jika memungkinkan, istri mampu mengembangkan hartanya.
Bagaimana dengan menjaga rumah? Hal ini dimaksudkan seorang istri nggak boleh
keluar rumah tanpa izin dari suaminya, dan nggak boleh membawa laki-laki lain masuk
ke dalam rumah saat suami sedang nggak ada.

Sedangkan menjaga kehormatan suami adalah dengan nggak menyebarkan aib


suaminya. Sama seperti suami yang wajib menjaga rahasia istri, maka istri nggak boleh
menyebarkan rahasia suaminya. Baik itu secara langsung, maupun nggak langsung.

3. Mencari kerelaan suami dan menghindari murkanya

Istri wajib mencari kerelaan atau ridha dari suami. Sebab dalam Islam, kerelaan suami
merupakan tiket seorang istri mendapatkan surga dan kebahagiaan akhirat. Karena itu,
istri harus berusaha mendapatkan kerelaan suami. Ada berbagai macam cara, di
antaranya melakukan tindakan yang menyenangkan suami, membantu suami
menyelesaikan pekerjaannya, memenuhi kebutuhan suami, dan sebagainya.

Namun dalam mencari kerelaan suami, istri wajib menghindari amarah atau murkanya.
Artinya, jangan sampai melakukan tindakan yang justru membuat pasangan marah
karena hal ini nggak hanya menghapus usaha mencari ridha suami, tetapi juga
memberikan dampak buruk pada keharmonisan rumah tangga.

4. Memahami urusan bercintafreepik.com

Jika suami memiliki kewajiban menggauli istrinya, di sisi lain istri wajib memahami
urusan bercinta. Istri nggak boleh menolak ketika suami mengajaknya bercinta. Sebab
dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya,
maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu shubuh.” HR. Bukhari dan Muslim.

Namun, ada kondisi yang mana istri nggak dapat memenuhi kebutuhan suami, seperti
sedang sakit, nifas, menstruasi, dan sebagainya. Namun, usahakan untuk
membicarakannya secara baik-baik dengan pasangan, ya.

5. Menunjukkan wajah yang manis dan menyenangkan suami

Menunjukkan wajah yang manis tentu akan memberikan kebahagian bagi suami yang
melihatnya, bukan begitu? Ini merupakan kewajiban bagi seorang istri terhadap
suaminya dalam pernikahan menurut Islam. Sedangkan menyenangkan suami, dapat
dengan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa bahagia dalam
hati pasangan. Nggak perlu mewah atau sulit, bisa dengan memasak menu favoritnya,
merapikan rumah, atau sekadar membelikannya hadiah kecil.

Sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah pernah bersabda:

“Sebaik-baik perempuan ialah seorang perempuan yang apabila engkau melihatnya,


engkau merasa gembira. Jika engkau perintah, dia akan mentaatimu. Dan jika engkau
tidak ada di sisinya, dia akan menjaga hartamu dan dirinya.”
Hikmah Pernikahan dalam Islam yang
Dijelaskan Alquran dan Hadist
Pernikahan merupakan sunah Nabi yang sangat dianjurkan
pelaksanaannya bagi umat Islam. Selain untuk beribadah, ini adalah
cara untuk menyalurkan kebutuhan biologis seseorang dalam
hubungan yang sah.
Mengutip buku Fiqih Munaqahat oleh Prof. Dr. H. Abdul Rahman,
pernikahan berasal dari kata nikah yang secara bahasa artinya
mengumpulkan. Sedangkan secara istilah, pernikahan adalah akad
yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual
dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.
Di balik anjuran menikah, ada keutamaan dan hikmah yang
terkandung di dalamnya. Keutamaan tersebut di antaranya
menyempurnakan separuh agama, menjalankan sunah Rasulullah,
meningkatkan ibadah, dan membuka pintu rezeki.
Lalu bagaimana dengan hikmah pernikahan? Untuk mengetahuinya,
simak penjelasan berikut.
Hikmah Pernikahan dalam Islam
Hikmah pernikahan sangat erat kaitannya dengan tujuan
diciptakannya manusia di muka bumi. Allah menciptakan manusia
dengan tujuan memakmurkan bumi, di mana segala isi dan ketentuan
di dalamnya diciptakan untuk kepentingan manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT

Ada begitu banyak hikmah pernikahan yang dapat digali, baik secara
naqliyah maupun aqliyah. Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Memenuhi Tuntutan Fitrah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan rasa tertarik kepada
lawan jenisnya. Laki-laki tertarik dengan wanita, begitu pun
sebaliknya. Ketertarikan ini merupakan fitrah yang telah Allah
tetapkan kepada manusia.
Oleh karena itu, pernikahan disyari’atkan dalam Islam dengan tujuan
memenuhi fitrah tersebut. Islam tidak menghalangi dan menutupi
keinginan ini, bahkan melarang kehidupan umat Muslim yang
menolak pernikahan ataupun bertahallul (membujang).
2. Menghindari Perusakan Moral
Allah telah menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat, salah
satunya adalah fitrah untuk berhubungan seksual. Namun, fitrah ini
akan berakibat negatif jika tidak diberi batasan yang dibenarkan
dalam syariat.
Nafsunya akan berusaha untuk memenuhi fitrah tersebut dengan
berbagai cara yang dilarang agama. Hal ini bisa menimbulkan
perusakan moral dan perilaku menyimpang lainnya seperti perzinaan,
kumpul kebo, dan lain-lain.
Islam hadir memberikan solusi melalui pernikahan. Ini menjadi salah
satu hikmah pernikahan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ustadz Muharrar, Lc. Dalam
ceramah singkatnya di Chanel Youtube Yuvid TV, beliau mengatakan:
“Di antara maslahat dan hikmah menikah adalah menjaga
(himayah) masyarakat dari tersebarnya perilaku-perilaku buruk,
perilaku-perilaku menyimpang seperti zina, perselingkuhan, dan
lain sebagainya.”
3. Mewujudkan Ketenangan Jiwa
Mengutip jurnal berjudul "Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif
Hukum Islam" oleh Ahmad Atabik, dkk., salah satu hikmah
pernikahan yang terpenting adalah ketenangan jiwa karena
terciptanya perasaan-perasaan cinta dan kasih.
Dengan melakukan perkawinan, manusia akan mendapatkan
kepuasan jasmaniah dan rohaniah berupa kasih sayang, ketenangan,
ketenteraman, dan kebahagiaan hidup. Allah SWT berfirman:
ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
‫ت‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن خَ ل‬
َ‫لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum: 21)
4. Menyambung Keturunan
Hikmah menikah adalah melahirkan anak-anak yang shalih, beriman
dan bertakwa. Anak yang cerdas secara emosional dan intelektual juga
dibutuhkan untuk melanjutkan syiar agama yang dibawa orangtuanya.
Dengan menikah, semua hal itu dapat terwujud. Sehingga keturunan
dan generasi Islam yang unggul pun dapat terus ada dan
berkelanjutan.
Pernikahan yang Dilarang oleh
Undang-Undang
Sebagian besar orang pasti sering bertanya mengenai jenis-jenis
perkawinan yang dilarang dalam Undang-Undang. Berdasarkan hal
itu, dalam artikel kali ini kita akan membahas dan memperdalam
konsep pernikahan dalam Undang-Undang.
ADVERTISEMENT

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (UU


Perkawinan), yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Perkawinan dinyatakan sah apabila dilakukan sesuai dengan hukum
dan kepercayaan agama yang dianut oleh pasangan tersebut.
Larangan-larangan perkawinan tersebar dalam Pasal 8 sampai 11 UU
Perkawinan.
Berdasarkan pasal 8, Perkawinan dilarang antara dua orang
yang:

1. Perkawinan berhubungan darah dalan garis keturunan lurus ke bawah


atau ke atas;

2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara


saudara, antara seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara
seorang dengan saudara neneknya;

3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan


ibu/bapak tiri; berhubungan susuan, anak susuan, saudara dan
bibi/paman susuan;

4. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan


dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang;

5. Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain


yang berlaku dilarang kawin.

Kemudian berdasarkan pasal 10 UU Perkawinan, perkawinan dilarang


apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang
lain. Kemudian mereka bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka di
antara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi.

Anda mungkin juga menyukai