Anda di halaman 1dari 9

DUA BELAS ADAB SUAMI TERHADAP ISTRI

Suami dan istri adalah dua insan yang saling mengikatkan diri. Ada hak dan kewajiban bagi mereka
termasuk yang berkaitan dengan adab. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din
dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442)
menjelaskan tentang adab seorang suami terhadap istri sebagai berikut:

،‫ والتغافل عن الزلة وإقالة العثرة‬،‫ والبسط في الخلوة‬،‫ وإظهار المودة‬،‫ ولطافة الكلمة‬،‫ حسن العشرة‬:‫آداب الرجل مع زوجته‬
‫ وشدة الغيرة عليها‬،‫ ودوام الوعد الجميل‬،‫ وإكرام أهلها‬،‫ وبذل المؤونة بال بخل لها‬،‫ وقلة مجادلتها‬،‫وصيانة عرضها‬

Artinya: Adab suami terhadap Istri, yakni: berinteraksi dengan baik, bertutur kata yang lembut,
menunjukkan cinta kasih, bersikap lapang ketika sendiri, tidak terlalu sering mempersoalkan
kesalahan, memaafkan jika istri berbuat salah, menjaga harta istri, tidak banyak mendebat,
mengeluarkan biaya untuk kebutuhan istri secara tidak bakhil, memuliakan keluarga istri, senantiasa
memberi janji yang baik, dan selalu bersemangat terhadap istri. Dari kutipan di atas, dapat
diuraikan kedua belas adab suami terhadap istri sebagai berikut:

Pertama, bergaul dengan baik. Seorang suami hendaknya berinteraksi dengan istri secara baik.
Seorang suami adalah pelindung bagi istrinya. Tidak selayaknya ia mengambil jarak dari istrinya
karena merasa memiliki kedudukan lebih tinggi dalam keluarga.

Kedua, bertutur kata yang lembut. Seorang suami hendaknya berbicara kepada istrinya dengan
bahasa yang lembut. Kata-kata kasar dan caci maki yang menyakitkan istri harus dihindari. Jika
hubungan suami dan istri baik tentulah suasana rumah tangga sangat menyenangkan.

Ketiga, menunjukkan cinta kasih. Seorang suami hendaknya selalu menunjukkan cinta dan kasih
sayangnya kepada istri. Dalam suasana marah pun, seorang suami tetap dituntut dapat
menunjukkan kasih dan sayangnya kepada istri.

Keempat, bersikap lapang ketika sendiri. Seorang suami hendaknya tetap memiliki kemandirian
sehingga jika suatu ketika harus sendirian di rumah, misalnya karena istri ada perlu di luar rumah
yang tidak bisa dihindari, ia dapat melayani dirinya sendiri dengan baik tanpa banyak keluhan.
Apalagi menyalahkan istri.

Kelima, tidak terlalu mempersoalkan kesalahan istri. Setiap orang bisa berbuat salah meskipun
mungkin telah berusaha bersikap hati-hati. Jika istri berbuat salah, seorang suami hendaknya dapat
menasihatinya dengan bijak. Tentu saja tidak setiap kesalahan harus dipersoalkan secara serius dan
berlarut-larut sebab hal ini dapat memperburuk hubungan.
Keenam, memaafkan jika istri berbuat salah. Dalam Islam memaafkan sangat dianjurkan. Oleh
karena itu seorang suami, diminta atau tidak, hendaknya dapat memaafkan kesalahan istri.
Memaafkan adalah sikap moral yang sangat terpuji dan menunjukkan jiwa besar.

Ketujuh, menjaga harta istri. Harta istri seperti mahar dari suami atau hasil bekerja sendiri
merupakan milik istri. Oleh karena itu seorang suami hendaknya menjaga harta itu dengan baik dan
tidak mengklaim sebagai miliknya. Jika ia bermasud menggukan sebagian atau seluruh harta itu,
maka harus meminta izin dari istrinya hingga mendapatkan persetujuan.

Kedelapan, tidak banyak mendebat. Perdebatan tidak selalu berdampak baik. Oleh karena itu
seorang suami hendaknya dapat menghargai pendapat istri sekalipun mungkin kurang setuju. Tentu
saja hal ini berlaku untuk masalah-masalah yang memang kurang prinsipil.

Kesembilan, mengeluarkan biaya untuk mencukupi kebutuhan istri secara tidak bakhil. Sebuah
parikan bahasa Jawa berbunyi: Lombok ijo lombok jeprit, karo bojo ojo medhit. Maksudnya, suami-
istri jangan pelit satu sama lain sebab hal ini akan berdampak kurang baik dalam keharmonisan
keluarga. Suami dan istri hendaknya bersikap longgar satu sama lain untuk saling membantu.

Kesepuluh, memuliakan keluarga istri. Secara naluri seorang istri umumnya memiliki hubungan
emosional yang sangat kuat dengan keluarganya. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu seorang
suami hendaknya bersikap baik terhadap keluarga istrinya dengan menghormati mereka. Sikap
sebaliknya akan melukai perasaan istri.

Kesebelas, senantiasa memberi janji yang baik. Menjanjikan sesuatu yang baik kepada istri adalah
baik terutama dalam rangka mendorong kebiasaan yang baik dalam keluarga. Sebaliknya, sangat
sering memberi ancaman-ancaman tentu tidak bijaksana sebab akan menimbulkan ketakutan-
ketakutan yang berdampak kurang baik.

Kedua belas, selalu bersemangat terhadap istri. Kegairahan hidup berumah tangga harus selalu
dirawat dengan baik. Oleh karena itu seorang suami hendaknya menunjukkan semangatnya dalam
berinteraksi dengan istri termasuk dalam memenuhi nafkah lahir dan batinnya. Demkianlah kedua
belas adab suami terhadap istri sebagaimana nasihat Imam Al-Ghazali. Nasihat ini sekaligus menepis
anggapan bahwa seorang suami boleh berbuat sesuka hati kepada istrinya. Tentu saja hal ini tidak
benar sama sekali karena Islam sangat menekankan sikap adil. Jangankan kepada istri yang kita
cintai, kepada pihak lain yang mungkin kita tidak suka, kita tetap dituntut bersikap adil. Ustadz
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Kewajiban Istri Terhadap Suami

Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, suami digambarkan sebagai sosok pemimpin keluarga
dan pengambil keputusan. Peran istri tidak kalah penting, sebab akan menjadi penasihat dan teman
bertukar pikiran yang akan mempengaruhi sebuah keputusan terbaik untuk kelangsungan rumah
tangga yang harmonis.

Terlepas dari adanya perbedaan mengenai bagaimana seorang istri menghabiskan waktunya dengan
berkarier di luar atau mengurus rumah dan keluarga, seorang istri akan menjadi ibu sekaligus
sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada para suami untuk sebisa mungkin mencukupi semua
kebutuhan istri karena tugasnya sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya sangat jauh dari kata
mudah.

Setelah mendapatkan fasilitas yang diberikan oleh suami, istri diharapkan dapat memaksimalkan
perannya sebagai pendamping suami maupun mentor bagi anak-anak. Selain itu, membangun
rumah tangga Islami dan berakhir bersama di surga adalah tujuan utama yang mulia.

Di balik peran dan hak tersebut, ada kewajiban istri terhadap suami yang harus dipenuhi. Ini juga
diatur cukup oleh beberapa sumber ajaran Islam, yakni menurtut Al-Qur’an, hadis, hingga pendapat
para ulama.

Istri memang diwajibkan mentaati perintah suami. Namun, tidak semua perintah harus ditaati, yaitu
saat suami memerintahkan sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat. Ketaatan itu hanya dalam
perkara yang ma’ruf (kebaikan),” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kewajiban Istri Terhadap Suami

Selain memiliki hak yang harus ditunaikan suami, istri juga memiliki kewajiban terhadap suami yang
tak bisa diabaikan. Berikut ini beberapa kewajiban istri terhadap suami yang harus dilakukan.
1. Taat pada Suami

Ini adalah kewajiban istri terhadap suami. Istri diwajibkan untuk selalu taat pada suami kecuali
dalam hal-hal yang melarang aturan agama dan atau kesusilaan.

Misalnya, istri harus taat saat suami menyuruh untuk melaksanakan salat di awal waktu, melakukan
ibadah dan melaksanakan kewajiban lain seperti menutup aurat, dan lain sebagainya.

Meski begitu, sebenarnya ada hal-hal yang bisa dibicarakan bersama. Sebab, istri harus meminta izin
kepada suami terkait apapun yang akan dilakukannya. Misalnya terkait dengan pekerjaan, karir,
keuangan, keluarga, pendidikan, dan sebagainya.

Ini menunjukkan bahwa kata taat dalam hubungan suami istri bukan berlaku instruksional dengan
menempatkan seperti posisi atasan dan bawahan. Tetapi ini lebih merupakan ajaran untuk
melibatkan suami dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.

Tentu saja dalam proses semacam itu, baik suami maupun istri sama-sama menyuarakan pendapat
sehingga dapat menghasilkan keputusan terbaik dan tidak merugikan pihak manapun.

Allah berfirman: “Maka istri-istri yang shaleh itu ialah yang taat kepada Allah dan memelihara diri
ketika suaminya tidak ada. Oleh karenanya Allah telah memelihara (menjaga) mereka,” (QS. An Nisa:
34)

2. Bermuka Manis dan Menyenangkan Suami

Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah bermuka manis dan menyenangkan suami.
Perintah ini secara khusus berkaitan dengan psikologi perempuan yang terkadang tidak stabil, baik
karena faktor biologis maupun non-biologis. Untuk itu, kewajiban istri terhadap suami lainnya adalah
dapat mengontrol dan mengelola emosi sebaik mungkin.
Maksud dari bermuka manis dan menyenangkan suami ini tentu bisa berbeda berdasarkan
kebiasaan dan pola dalam sebuah rumah tangga. Bagi seorang istri, menyenangkan suami bisa
dilakukan dengan memasak makanan kesukaannya.

Sedangkan bagi istri lainnya, menyenangkan suami bisa berarti mengajak suami liburan, dan lain
sebagainya.

Mengenai hal ini, ada sebuah hadist dari Abu Hurairah RA, beliau mengatakan Rasulullah SAW
pernah bersabda: “Sebaik-baik perempuan ialah seorang perempuan yang apabila engkau
melihatnya, engkau merasa gembira. Jika engkau perintah, dia akan mentaatimu. Dan jika engkau
tidak ada di sisinya, dia akan menjaga hartamu dan dirinya”.

3. Menjaga Harta, Rumah, dan Kehormatan Suami

Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah menjaga harta, rumah, dan kehormatan suami. Ini
juga sebuah prinsip ini bersifat fleksibel sesuai dengan pola yang berjalan dalam sebuah rumah
tangga. Akan tetapi umumnya, istri diserahi tugas untuk mengelola keuangan keluarga.

Menanggapi hal ini, Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar Islam mengatakan, “Di luar uang untuk
kepentingan keluarga, suami juga diwajibkan memberi uang kepada istri sebagai ‘gaji’ karena telah
menjaga rumah dan mengasuh anak, dalam kasus istri yang tidak bekerja dan memilih untuk tinggal
di rumah”.

Bagi Al-Ghazali, uang untuk keperluan keluarga dengan uang nafkah untuk istri pribadi harus
dibedakan. Poin pentingnya adalah bahwa istri harus turut serta aktif menjaga dan mengelola harta
yang dimiliki sebuah keluarga.

Dengan demikian, pembagian kerjanya adalah jika suami berupaya mendapatkan harta, maka istri
yang bertugas merawat dan menjaganya, bahkan jika mungkin mengembangkannya.

Perintah menjaga rumah sebagai salah satu kewajiban istri terhadap suami ini berlaku untuk istri
yang bekerja ataupun yang memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah. Perintah ini berkait
erat dengan nilai etika lain yang diajarkan dalam Islam
Salah satunya adalah seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa izin suaminya, apalagi
membolehkan lelaki lain masuk ke dalam rumahnya ketika suami tidak ada. Allah SWT berfirman:
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab : 33).

Menjaga kehormatan suami adalah tidak membeberkan aib suami pada orang lain. Sebab hal ini
secara tidak langsung menunjukkan kelemahan istri yang tidak bisa menjaga rahasia keluarga. Selain
itu, Ibnu Thaimiyah pun berkata dalam kitabnya:

“Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya. Bila istri keluar rumah
suami tanpa izinnya, berarti dia telah berbuat nusyuz (membangkang), bermaksiat kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa”.

4. Mencari Kerelaan dan Menghindari Kemarahan Suami

Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah mencari kerelaan dan menghindari kemarahan
suami. Kerelaan suami disebut sebagai tiket seorang istri untuk meraih kebahagiaan akhirat dan
mendapat surga. Karena itu, seorang istri harus berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan
kerelaan suami.

Ini utamanya terkait dengan hal-hal di luar kewajiban istri terhadap suami, seperti;

Tindakan-tindakan lain yang disenangi suami dan dapat membahagiakan hatinya,

Membantu suami menyelesaikan pekerjaan, Mengatasi masalah bersama,Terampil mengurus


rumah, Peka terhadap kebutuhan suami, dan lain-lain.

Hal penting terkait poin ini adalah, menghindari rasa marah suami. Sebab, jika suami marah, maka
hal itu tidak hanya akan menghapus usaha untuk mencari kerelaan suami, tapi juga akan
mengancam keutuhan rumah tangga.

5. Paham dalam Urusan Ranjang

Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah paham dalam urusan ranjang. Dari Abu Hurairah,
Nabi SAW bersabda: “Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan
memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu shubuh” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk itu, istri harus dapat memenuhi kebutuhan suami di atas ranjang terkecuali ada udzur seperti
sakit, haid, nifas, dan lain-lain. Maka bicarakanlah secara baik-baik dengan suami terkait hal
tersebut.

Untuk mendapatkan kebahagiaan rumah tangga bersama suami di dunia dan akhirat, mengetahui
hak dan kewajiban masing-masing tentu merupakan suatu keharusan.

Hal ini juga mendapatkan penjelasan langsung dari Allah SWT. Dalam Alquran, terdapat beberapa
dalil mengenai kewajiban istri terhadap suami, di antaranya:

6. Taat pada Suami

ُ ‫ب ِب َما َحف َِظ ٱهَّلل‬ ٌ ‫ت ٰ َحف ٰ َِظ‬


ِ ‫ت لِّ ْل َغ ْي‬ ٌ ‫ت ٰ َق ِن ٰ َت‬ َّ ٰ ‫َفٱل‬
ُ ‫صل ٰ َِح‬

(Faṣ-ṣāliḥātu qānitātun ḥāfiẓātul lil-gaibi bimā ḥafiẓallāh)

Artinya: "Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (QS An-Nisa: 34)

7. Hak dan Kewajiban

ِ ‫َولَهُنَّ م ِْث ُل ٱلَّذِى َعلَي ِْهنَّ ِب ْٱل َمعْ رُوفِ ۚ َولِلرِّ َج‬
‫ال َعلَي ِْهنَّ َد َر َج ٌة ۗ َوٱهَّلل ُ َع ِزي ٌز َحكِي ٌم‬

(Wa lahunna miṡlullażī 'alaihinna bil-ma'rụfi wa lir-rijāli 'alaihinna darajah, wallāhu 'azīzun ḥakīm)

Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Al-Baqarah: 228)

8. Memberi Nasihat
‫هّٰللا‬ ُ ‫َوا ٰلّتِيْ َت َخافُ ْو َن ُن‬
ُ ‫ش ْو َزهُنَّ َفع‬
َ ‫ضا ِج ِع َواضْ ِرب ُْوهُنَّ ۚ َفاِنْ اَ َطعْ َن ُك ْم َفاَل َت ْب ُغ ْوا َعلَي ِْهنَّ َس ِب ْياًل ۗاِنَّ َ َك‬
‫ان َعلِ ًّيا َك ِبيْرً ا‬ َ ‫ِظ ْوهُنَّ َواهْ ُجر ُْوهُنَّ فِى ْال َم‬

(Wallātī takhāfụna nusyụzahunna fa'iẓụhunna wahjurụhunna fil-maḍāji'i waḍribụhunn, fa in


aṭa'nakum fa lā tabgụ 'alaihinna sabīlā, innallāha kāna 'aliyyang kabīrā)
Artinya: “Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat
kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah
mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk
menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.” (QS An-Nisa: 34)

9. Melayani Suami

‫ث لَّ ُك ْم ۖ َفْأ ُت ْوا َحرْ َث ُك ْم اَ ٰ ّنى شِ ْئ ُت ْم ۖ َو َق ِّدم ُْوا اِل َ ْنفُسِ ُك ْم ۗ َوا َّتقُوا هّٰللا َ َواعْ لَم ُْٓوا اَ َّن ُك ْم م ُّٰلقُ ْوهُ ۗ َو َب ِّش ِر ْالمُْؤ ِم ِني َْن‬
ٌ ْ‫ن َِس ۤاُؤ ُك ْم َحر‬

(Nisā`ukum ḥarṡul lakum fa`tụ ḥarṡakum annā syi`tum wa qaddimụ li`anfusikum, wattaqullāha
wa'lamū annakum mulāqụh, wa basysyiril-mu`minīn)

Artinya: “Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan dengan
cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang
yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 223)

10. Jaga Nama Baik Suami


ٰۤ ُ
‫ك َي ْد ُخلُ ْو َن ْال َج َّن َة َواَل ي ُْظلَم ُْو َن َنقِيْرً ا‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ت مِنْ َذ َك ٍر اَ ْو اُ ْن ٰثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفا‬ ّ ٰ ‫َو َمنْ يَّعْ َم ْل م َِن ال‬
ِ ‫صل ِٰح‬

(Wa may ya'mal minaṣ-ṣāliḥāti min żakarin au unṡā wa huwa mu`minun fa ulā`ika yadkhulụnal-
jannata wa lā yuẓlamụna naqīrā)

Artinya: “Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang
dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.”
(QS An-Nisa: 124)

11. Tanggung Jawab Istri

‫َواعْ لَم ُْٓوا اَ َّن َمٓا اَ ْم َوالُ ُك ْم َواَ ْواَل ُد ُك ْم فِ ْت َن ٌة َّۙواَنَّ هّٰللا َ عِ ْندَهٗ ٓ اَجْ ٌر َعظِ ْي ٌم‬

(Wa'lamū annamā amwālukum wa aulādukum fitnatuw wa annallāha 'indahū ajrun 'aẓīm)


Artinya: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS Al-Anfal: 28)

Saat dapat memenuhi hak dan kewajiban istri terhadap suami serta sebaliknya, pasangan tersebut
tentu akan memiliki kebahagiaan yang dirasakan bersama. Menurut penelitian, ada beberapa hal
lain yang bisa menambahkan kebahagiaan tersebut, seperti;

Memiliki teman yang sama-sama telah menikah. Menurut penelitian dari Brown University, ada 75
persen lebih mungkin untuk bercerai jika teman atau kerabat dekat telah melakukannya. Peneliti
mengatakan ini tentang konsekuensi dari hasil: ‘Kami menyarankan bahwa menjaga kesehatan
pernikahan kesehatan pernikahan teman mungkin berfungsi untuk mendukung dan meningkatkan
ketahanan hubungan sendiri’.

Berjuang bersama di awal. Dr. Herb Goldberg, seorang psikolog menyarankan bahwa model
hubungan sebaiknya adalah mundur, yakni pasangan harus memiliki permulaan yang sulit yang akan
membuat mereka menyelesaikan masalah bersama, dan kemudian menantikan kecenderungan yang
panjang dan bahagia dalam keadaan hubungan tersebut. Penelitian di Florida State Study
menemukan bahwa pasangan yang bisa marah secara terbuka pada awalnya, lebih bahagia dalam
jangka panjang.

Pembagian pekerjaan rumah. Menurut sebuah studi UCLA, pasangan yang setuju untuk berbagi
pekerjaan di rumah cenderung lebih bahagia dalam hubungan. Mungkin hal yang baik untuk duduk
dan berdiskusi secara rutin.

Berhubungan seks rutin. Studi yang berjudul "Money, Sex, and Happiness: An Empirical Study"
mengambil sampel 16.000 orang dewasa Amerika. Salah satu kesimpulan utamanya: ‘Aktivitas
seksual masuk secara sangat positif dalam persamaan kebahagiaan'.

Itulah beberapa kewajiban istri terhadap suami dalam Islam. Dengan terpenuhinya hak dan
kewajiban di antara suami dan istri, maka akan terciptalah keluarga yang sakinah, mawadah,
warahmah.

Anda mungkin juga menyukai