Anda di halaman 1dari 14

Tips Agar Istri Disayang dan Dicintai Suami

Mewujudkan keluarga yang bahagia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Di antara
kendalanya adalah faktor keharmonisan hubungan antara suami istrinya yang sering
terganggu karena sikap egois dari kedua belah pihak.

Bagaimana seharusnya sikap istri agar membuat ia disayang dan dicintai suami? Berikut ini
adalah tips agar istri disayang oleh suami :

1. Istri bagun terlebih dahulu, jangan sampai istri ketinggalan suami bangun dan
memasak untuk istri.
2. Segera siapkan minuman pagi hari kesukaan suami, misal kopi atau teh atau susu.
Tawarkan, menu apa yang diingikan pagi ini.
3. Saat suami berangkat kerja, antar sampai ke depan pintu, tentu sang istri sudah dalam
keadaan rapi.
4. Saat suami pulang kerja, jangan sampai kondisi rumah dalam keadaan berantakan.
Sambut suami dengan senyuman yang menawan.
5. Jangan lupa, siapkan makan kesukaan suami saat pulang kerja.
6. Sederhana dalam berpenampilan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa umumnya
laki-laki tidak menyukai perempuan yang berpenampilan menor, seronok dengan
wajah penuh riasan tebal, sebaliknya kesederhanaan lebih menarik bagi mereka
karena menurut mereka lebih memancarkan kecantikan perempuan.
7. Jika ada masalah, apapun yang bergejolak dihati Anda, berusahalah untuk tetap sabar
dan menahan diri untuk tidak menyakiti hati suami.
8. Dapat mendampingi suami dalam suka dan duka.
9. Berusaha untuk menjadi partner yang menyenangkan di kamar tidur. Banyak
perempuan masih merasa malu untuk bersikap agresif meski kepada suaminya sendiri.
Ini karena adanya anggapan bahwa perempuan yang agresif terkesan murahan dan
tidak terhormat. Tentu saja anggapan ini tidak berlaku untuk seorang istri yang agresif
kepada suaminya sendiri.
10. Jika menemui persoalan, segera bicarakan dengan suami, jangan memendam masalah
di hati. Apalagi ngambek dan pergi meninggalkan rumah sendiri.
11. Jika bepergian, minta ijin atau atas pengetahuan suami.
12. Jangan menjadi istri yang boros dalam belanja. Terutama untuk hal hal yang tidak
dibutuhkan.

1 Baiti Jannati
Indahnya Persahabatan Suami-Istri
Oleh: Aisyah Nur Azizah*

Kehidupan Suami-Istri Kehidupan Persahabatan

Salah satu tujuan dari pernikahan adalah melahirkan ketenteraman (QS ar-Rum [30]: 21).
Pernikahan akan menjadikan seorang suami merasa tenteram dan damai di sisi istrinya.
Begitu pula sebaliknya.

Ketenteraman dan kedamaian di dalam kehidupan pernikahan (suami-istri) mengharuskan


adanya pergaulan dalam konteks persahabatan, bukan pergaulan antara penguasa dan
yang dikuasai, atau antara pemerintah dan yang diperintah. Satu sama lain merupakan
sahabat sejati dalam segala hal. Persahabatan yang dibangun oleh keduanya adalah
persahabatan yang dapat memberikan kedamaian satu sama lain.

Allah Swt. telah memerintahkan untuk menciptakan suasana pergaulan yang baik di antara
suami-istri (QS an-Nisa’ [4]: 19).

Bergaul maknanya adalah berinteraksi secara intens dan penuh canda serta bersahabat
dengan penuh keakraban. Allah Swt. juga telah memerintahkan agar para suami bersahabat
dengan istri-istri mereka. Persahabatan keduanya akan menciptakan ketenteraman dalam
jiwa dan kedamaian dalam hidup. Seorang suami tidak boleh membuat istrinya cemberut
atau bermuka masam—meski dalam perkara yang tidak sampai menimbulkan dosa;
senantiasa berlemah-lembut dalam bertutur kata, tidak bertingkah keji dan kasar, serta
tidak menampakkan kecenderungan kepada wanita lain selain istrinya. Begitu juga istri, dia
melaksanakan ketaatan kepada suami bukan semata-mata karena terpaksa, namun karena
ia sangat menginginkannya sebagai gambaran ketaatannya kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-
Nisa’ [4]:34). Ketaatan istri kepada suami akan dapat menciptakan ketenteraman dan
kedamaian di dalam kehidupan suami-istri

Ibnu Abbas pernah bertutur, “Para istri berhak untuk merasakan suasana persahabatan
dan pergaulan yang baik dari suami mereka, sebagaimana mereka pun berkewajiban untuk
melakukan ketaatan dalam hal yang memang diwajibkan atas mereka terhadap suami
mereka.”

Rasulullah saw. juga pernah bersabda:


Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap
keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah orang yang paling baik di antara kalian
dalam memperlakukan keluargaku. (HR. Ibnu Majah).

Rasulullah saw. adalah orang yang paling indah dalam bergaul dengan keluarganya. Beliau
dikenal supel dan bijaksana dalam pergaulan, selalu menampakkan muka yang manis dan
riang gembira, suka bergurau dengan istri-istrinya, lemah-lembut terhadap mereka, dan
memberi nafkah rumahtangga yang cukup. Beliau bahkan pernah bergurau dengan cara

2 Baiti Jannati
mengumpulkan istri-istrinya tiap malam untuk makan di rumah tempat ia harus menginap
menurut giliran, lalu setelah makan malam masing-masing kembali ke rumahnya sendiri.
Beliau selalu tidur di bawah satu sarung bersama istrinya. Jika Beliau selesai shalat isya,
Beliau tidak meninggalkan kebiasaan bercanda dengan istri-istrinya sebelum ia tidur.

Persahabatan dalam kehidupan suami-istri tidak menunjukkan hilangnya kepemimpinan


dalam rumah tangga. Sebab, Allah Swt. telah menegaskan, bahwa suami adalah pemimpin
atas istrinya (QS an-Nisa’ [4]: 34).

Hanya saja, kepemimpinan suami atas istri di dalam rumah bukan berarti menjadikan
dirinya sebagai orang yang bertindak otoriter yang tidak dapat dilanggar perintahnya. Oleh
karena itu, seorang istri berhak menjawab dengan santun ucapan suaminya, berdiskusi
dengan suaminya secara makruf dan turut serta dalam memberikan masukan kepadanya.
Sebab, pada dasarnya, keduanya adalah dua orang sahabat, bukan pihak yang memerintah
dan yang diperintah atau penguasa dan bawahan. Rasulullah saw., di dalam rumahnya,
adalah sahabat karib bagi istri-istrinya, bukan penguasa yang otoriter terhadap mereka,
meskipun Beliau adalah seorang kepala negara, panglima perang, politikus, sekaligus
seorang nabi dan rasul.

Kiat-kiat Membangun Persahabatan Suami-Istri

1. Saling memahami.
Pernikahan adalah menyatukan dua orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda
dan dua keluarga yang berbeda. Karena itu, suam-istri perlu saling memahami kelebihan
dan kekurangan masing-masing, serta menerimanya dengan lapang dada tanpa ada
penyesalan yang berkepanjangan. Kadangkala suami mempunyai kelebihan dalam
kemampuan berkomunikasi, sedangkan istrinya kurang. Sebaliknya, istri memiliki
kemampuan manajemen, sedangkan suaminya lemah. Kelebihan yang ada pada salah satu
pasangan tidak menunjukkan ketinggian orang tersebut, demikian juga kekurangan yang
ada pada seseorang tidak menunjukkan dia rendah. Sebab, tinggi-rendahnya manusia di
sisi Allah Swt. adalah karena ketakwaannya. (QS al-Hujurat [49]: 13). Saling memahami
akan menjadikan suami-istri berempati terhadap pasangannya sehingga tidak mudah
saling berburuk sangka. Sikap saling empati/memahami tidak berarti toleran terhadap
kesalahan dan kelemahan yang dapat merugikan pasangannya. Namun, sikap ini
memudahkan suami-istri untuk berpikir jernih sebelum memberikan pendapat,
kesimpulan maupun penilaian. Kejernihan berpikir akan dapat memudahkan seseorang
untuk bersikap dengan tepat dan benar terhadap pasangannya. Dengan itu, masing-masing
akan terhindar dari kesalahpahaman yang memunculkan perselisihan dan pertengkaran.
(Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 19).

2. Saling mencintai karena Allah Swt.


Saling mencintai karena Allah (mahabbah fillâh) antara suami-istri merupakan salah satu
perekat persahabatan di antara mereka. Munculnya cinta karena Allah Swt. disebabkan
karena keduanya memiliki keimanan dan melakukan ketaatan-ketaatan kepada-Nya. Jika
ada yang tidak disukainya dari pasangannya, itu karena ia tidak rela sahabatnya melakukan
kemaksiatan dan kemungkaran kepada Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda (yang

3 Baiti Jannati
artinya), “Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena
Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, berarti ia telah sempurna
imannya.” (HR al-Hakim).

3. Saling menerima dan memberi.


Salah satu cara untuk mewujudkan persahabatan antara suami-istri adalah keduanya
melaksanakan kewajibannya masing-masing sekaligus memenuhi hak-hak setiap
pasangannya. Keduanya saling berlomba untuk menunaikan kewajiban yang akan
menyebabkan hak pasangannya akan terpenuhi. Ibnu Abbas pernah bertutur, “Sungguh,
aku suka berhias untuk istriku, sebagaimana ia berhias untukku. Aku pun suka meminta
agar ia memenuhi hakku yang wajib ia tunaikan untukku sehingga aku pun memenuhi
haknya yang wajib aku tunaikan untuknya. Sebab, Allah Swt. telah berfirman (yang
artinya): Para wanita/istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang makruf (QS al-Baqarah [2]: 228).”

4. Saling menasihati.
Manusia manapun tidak luput dari kesalahan. Persahabatan suami-istri akan
mengantarkan setiap orang tidak pernah rela pasangannya melakukan kesalahan, baik
yang disengaja maupun yang tidak. Saling memberi nasihat merupakan wujud suatu
hubungan yang saling mencintai karena Allah Swt. Sebab, tujuannya adalah dalam rangka
menjaga ketaatan kepada Allah Swt. dan menjauhkan pasangannya dari melakukan
kemaksiatan kepada-Nya. Nasihat yang disertai dengan komunikasi yang tepat waktu dan
tepat cara (lemah-lembut dan tidak menjustifikasi kesalahan) akan membuat pasangan
yang dinasihati merasakan kesejukan dan ketenteraman dalam menerima masukan.

5. Saling tolong-menolong.
Kehidupan suami-istri adalah kehidupan yang berpeluang mengalami kesulitan-kesulitan
seperti beban pekerjaan yang memberatkan, pemenuhan nafkah, pendidikan anak, dan
lain-lain. Saling tolong-menolong akan dapat meringankan beban satu sama lainnya. Pada
saat suami tidak dapat menyediakan pembantu rumah tangga, ia dengan rela membantu
pekerjaan rumah tangga jika istrinya kewalahan melakukannya. Rasulullah saw. terbiasa
menjahit sendiri bajunya yang robek dan memperbaiki sandalnya yang rusak tanpa
memberatkan istri-istrinya. Begitu juga istri, pada saat suami mengalami kesulitan dalam
pemenuhan nafkah untuk keluarga, tidak ragu-ragu untuk membantu dan meringankan
suaminya. Namun, perlu dipahami, saling tolong-menolong bukan berarti kewajiban
masing-masing bisa saling dipindahkan atau dihilangkan, misalnya suami mengurus rumah
dan istri mencari nafkah. Sikap tolong menolong antara suami-istri akan semakin
mempererat persahabatan di antara keduanya.

6. Saling memaafkan.
Kehidupan suami-istri tidak luput dari berbagai kelemahan, kesalahpahaman dan
pertengkaran kecil. Hal-hal ini akan dapat merenggangkan hubungan persahabatan satu
sama lain. Pada saat salah seseorang dari suami-istri melakukan sesuatu hal yang
menimbulkan kemarahan, maka langkah yang perlu disuburkan oleh yang lainnya adalah
menahan marah dan mudah saling memaafkan. Saling memaafkan satu sama lainnya
adalah kunci untuk memelihara persahabatan antara suami-istri.

4 Baiti Jannati
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. []
(Anggota DPP HTI)
source : http://hizbut-tahrir.or.id/main.php?page=alwaie&id=268

Mengoptimalkan Peran Ibu Rumah Tangga


Oleh : Reta Fajriah
(Pemerhati Masalah Keluarga)

Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.


Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami
adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya… (HR al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda di dalam sebuah
keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta
penjamin kebutuhan hidup sehari-hari—seperti makanan, minuman dan pakaian—serta
bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Adapun istri
berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta
penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan
fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan-tidaknya fungsi-fungsi keluarga
secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai-tidaknya keharmonisan dalam
keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan
bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang
dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi,
sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi
reliji (keagamaan).

Tugas utama serang istri secara umum ada dua: (1) sebagai Ibu, yang berkaitan langsung
dengan pemenuhan fungsi reproduksi serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah
tangga, yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.

Beberapa Tuntunan

Pertama:
Dalam pandangan Islam, tujuan dari pernikahan tidak hanya sekadar memiliki keturunan,
tetapi juga bagaimana menjadikan keturunan kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang
yang bertakwa (Lihat: QS al-Furqan [25]: 74). Agar terwujud, sudah pasti sang pemimpin
terlebih dulu harus menjadi orang yang bertakwa. Untuk itulah, Islam telah memberi
tuntunan agar mendapat keturunan yang baik dengan cara mempersiapkannya seawal
mungkin, yaitu sejak sang ayah dan ibu berikhtiar untuk mendapatkan keturunan. Allah

5 Baiti Jannati
Swt. telah mensyariatkan adanya doa sebelum berhubungan intim, selanjutnya melakukan
pendidikan terhadap anak mulai dari masa kandungan hingga anak mencapai usia balig.

Pendidikan adalah sebuah proses yang berkesinambungan hingga dapat mengantarkan


anak memasuki usia balig dalam kondisi siap untuk menerima segala bentuk pembebanan
hukum syariah saat dewasa. Di samping itu, anak perlu dibekali dengan keterampilan
hidup yang memungkinkan baginya untuk bisa eksis dalam mengarungi kehidupan ini.
Untuk itulah seorang Ibu dituntut agar memiliki kemampuan mendidik anak, baik dari sisi
konsep maupun teknis pelaksanaan berikut pembiasaan dalam keseharian anak.

Kedua:
Seorang istri berperan mengelola rumah tangganya agar tercapai keharmonisan di dalam
keluarga. Dalam hal keuangan, istri diharapkan dapat mengatur sedemikian rupa nafkah
yang diberikan oleh suami agar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi jika
penghasilan suami tidak seberapa besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun
daftar rencana pemasukan dan pengeluaran dalam satu bulan, dengan prioritas
pengeluaran yang dianggap paling penting. Jika kebutuhan hidup masih belum mencukupi,
dengan izin suami seorang istri bisa saja membantu suami dalam menambah ekonomi
keluarga. Jika memungkinkan carilah peluang pemasukan yang tidak banyak menyita
waktu ke luar rumah, misalnya dengan menulis artikel dan buku; atau yang dapat
membuka kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan masyarakat, seperti
menjual busana Muslimah atau kebutuhan hidup sehari-hari di rumah; atau yang dapat
menambah wawasan dan pengalaman dalam mendidik anak, misalnya dengan menggeluti
bidang pendidikan anak. Yang jelas, semua itu tidak boleh melalaikan kewajibannya yang
lainnya seperti mendidik anak ataupun berdakwah.

Ketiga:
Dalam hal pemenuhan fungsi proteksi keluarga, seorang istri dapat mengkondisikan
suasana rumah yang tenang, bersih dan tertata rapi agar menjadi tempat berlindung yang
nyaman dan membuat betah para penghuninya. Rasulullah saw. memuji seorang istri yang
pandai merapikan rumah dengan mengatakan, “Ia tidak memenuhi rumah kita dengan
sarang burung.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Kepedulian dan kesabaran istri dalam menyikapi persoalan yang dihadapi anggota
keluarga dapat menjadikan suami dan anak-anak ingin segera kembali ke rumah untuk
menyampaikan setiap suka dan duka yang dihadapinya di luar rumah. Keluarga menjadi
tempat yang paling aman dan menyenangkan secara fisik dan psikis bagi anggotanya untuk
saling berbagi. Apalagi bagi anak-anak, sebab sangat riskan jika mereka mencari
kenyamanan di tempat lain yang bisa jadi berbahaya bagi pergaulannya.

Keempat:
Fungsi sosial keluarga ditandai dengan adanya interaksi keluarga dengan masyarakat.
Keharmonisan dengan anggota masyarakat harus terus dijalin, sebagaimana keharmonisan
antar anggota keluarga. Apalagi Allah Swt. telah menetapkan akhlak bertetangga,
sebagaimana sabda Nabi saw. (yang artinya):

6 Baiti Jannati
Hak tetangga adalah jika dia sakit, engkau mengunjunginya; jika dia wafat, engkau
mengantarkan jenazahnya; jika dia membutuhkan uang, engkau meminjaminya; jika dia
mengalami kemiskinan (kesukaran), engkau rahasiakan; jika dia memperoleh kebaikan,
engkau ucapkan selamat kepadanya; dan jika dia mengalami musibah, engkau
mendatanginya untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan
rumahmu melebihi bangunan rumahnya sehingga menutup kelancaran angin baginya.
Jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk
sebagian untuk diberikan kepadanya. (HR ath-Thabrani).

Alangkah mulia tuntunan ini jika diamalkan dalam keseharian, khususnya oleh seorang
istri yang relatif lebih banyak waktu di rumah. Hubungan yang baik dengan tetangga juga
sangat membantu untuk mewujudkan kepemimpinan dan lingkungan yang islami. Berbagai
hal bisa dilakukan dalam menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang kondusif bagi syiar Islam
dan pendidikan anak, misalnya dengan mengadakan pengajian rutin di kalangan ibu-ibu,
sanlat dan kajian keislaman untuk anak dan remaja, serta pengajian umum untuk keluarga
pada momen-momen tertentu. Sebuah keluarga yang bisa diterima dalam masyarakat,
secara tidak langsung akan memperkuat pula dorongan bagi anggotanya untuk
melaksanakan amar makruf nahi mungkar terhadap lingkungan yang juga merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim.

Kelima:
Adanya kasih sayang dan kehangatan di dalam keluarga merupakan hal yang sangat
berpengaruh dalam menciptakan keharmonisan di dalam rumah tangga. Rasulullah
mengajarkan hal yang demikian. Beliau bersabda, sebagaimana penuturan Anas ra., “Wahai
anakku, jika kalian masuk menemui istrimu, ucapkanlah salam. Salammu itu menjadi
berkah bagimu dan bagi penghuni rumahmu.” (HR at-Tirmidzi). Dalam hadis lain, Ummul
Mukminin Aisyah ra. Berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling lunak hatinya, mudah
tersenyum dan tertawa.” (HR Ibnu Saad).

Sebaliknya, seorang istri juga perlu selalu menyambut suami dengan menampakkan wajah
berseri-seri dan memakai wewangian. Ketika bercakap-cakap, buatlah suasana santai
dengan mendahulukan kabar yang menyenangkan dan disertai senda gurau. Sikap
demikian akan membawa kesegaran bagi keduanya setelah seharian bergelut dengan
kegiatan masing-masing. Ketika ada hal yang kurang berkenan, carilah waktu, tempat dan
cara yang tepat untuk menyampaikannya. Tunjukkan bahwa penegur tidak berarti lebih
baik dari yang ditegur. Adapun caranya sangat bergantung pada sifat suami, apakah lebih
tepat disampaikan dalam bahasa yang jelas dan lugas atau dengan bahasa sindiran. Yang
jelas semua dimaksudkan untuk kebaikan, tidak untuk menjatuhkan dan menunjukkan
kekurangannya. Kalaupun ada kelemahan suami yang agak sulit diubah, hiburlah diri,
dengan mengingat kebaikannya yang banyak, sebagaimana sabda Nabi saw., “Janganlah
seorang Mukmin (suami) membenci Mukminah (istri). Jika ia membenci satu bagian, pasti
ada bagian lain yang menyenangkannya.” (HR Muslim).

Tentu hadis ini berlaku sebaliknya. Kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga juga
meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Biasakanlah memanggil anak dengan nama
kesayangannya ataupun harapan yang baik, seperti anak salih, pintar, berani dan lain-lain.

7 Baiti Jannati
Ketika anak dikondisikan demikian, maka akan terbentuk konsep diri yang positif pada
dirinya, sehingga anak termotivasi menjadi seperti yang diharapkan. Anak yang tumbuh
dalam suasana keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang akan lebih percaya diri dalam
menghadapi kehidupan di kemudian hari.

Keenam:
Di tengah kesibukan anggota keluarga sehari-hari, penting untuk menyempatkan rekreasi
bersama. Rekreasi tidak identik dengan wisata yang mengeluarkan biaya mahal, tetapi
cukup dengan berkumpul di tempat yang santai, bersenda gurau bersama dan melepaskan
segala rutinitas yang melelahkan. Kegiatan ini juga bisa dilakukan di rumah, misal dengan
berkebun, olahraga, menonton tayangan, bermain air, bahkan sambil mengerjakan
pekerjaan rumah tangga seperti mencuci atau mengepel. Intinya kegiatan ini dilakukan
oleh seluruh anggota keluarga dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Sesekali bisa
saja diselipkan cerita lucu dan bermain tebak-tebakan. Seorang istri harus pandai
memanfaatkan waktu, meskipun singkat, guna mengkondisikan kegiatan seperti ini.
Kesegaran yang didapatkan, sangat membantu semuanya untuk kembali beraktivitas rutin
di hari berikutnya.

Ketujuh:
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam keluarga adalah fungsi religius. Jika fungsi ini tidak
terlaksana dengan baik, sebuah keluarga akan merasakan kegersangan batin, seberapapun
tercukupi kebutuhan materi. Suasana ibadah dapat ditumbuhkan di tengah keluarga
dengan terbiasa melakukan shalat berjamaah, tadarus bersama, shaum sunnah dan
qiyamullail. Rasulullah saw. memuliakan suami istri yang terbiasa melakukan qiyamullail
bersama, “Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun malam, mengerjakan shalat dan
membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya.
Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, mengerjakan shalat dan
membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air di wajahnya. (HR
Abu Dawud dan Ibn Majah).

Subhânallâh! Betapa indahnya kebersamaan seperti ini, apalagi jika dilakukan oleh
seluruh anggota keluarga. Seorang istri dapat membiasakan hal seperti ini di tengah
keluarganya agar keluarga tersebut menjadi keluarga yang selalu dekat dan bertakwa
kepada Allah Swt. Dengan demikian, setiap cobaan dan ujian yang menimpa keluarga akan
dapat dihadapi dengan sikap sabar dan tawakal kepada Allah Swt.

Khatimah

Demikian tuntunan yang dapat dilakukan seorang perempuan dengan perannya sebagai
ibu dan pengatur rumah tangga untuk membawa keluarganya menjadi keluarga yang
harmonis; sakînah mawaddah wa rahmah. Adanya kerjasama dengan suami akan sangat
membantu tugas yang sangat berat ini. Semoga Allah Swt. memberikan balasan atas setiap
upaya yang kita lakukan dengan pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya. Amin.

(www.baitijannati.wordpress.com)
Sumber : Majalah Al Waie edisi Desember 2007

8 Baiti Jannati
Hal yang Disukai Istri dari Suaminya
Oleh : Adi Junjunan Mustafa

Terkadang kita ingin tahu juga, apa yang membuat istri kita senang dalam kehidupan
berumah-tangga. Berikut ini adalah satu versi rangkaian sikap dan sifat yang disukai
seorang istri dari suaminya:

1. Penuh Pengertian
Seorang istri senang diperhatikan dan didengarkan. Ia senang suaminya memahami dan
mengerti dirinya. Dalam suka dan dukanya. Dalam ceria dan sedihnya. Ia senang suami
mengetahui perasaannya. Ia misalnya senang diberitahu pakaiannya yang mana yang
paling disukai suaminya. Atau masakannya yang mana yang paling lezat bagi suaminya.
Karenanya obrolan-obrolan ringan dan lembut amat dinanti-nanti seorang istri. Setiap kata
yang keluar dari lidah dan bibirnya adalah pesan cinta yang ingin ia sampaikan. Dan ia
ingin tahu bagaimana suaminya menanggapi pesan cintanya itu.Tangisan seorang istri itu
memiliki sekian banyak makna, bisa karena sedih, bisa karena marah, bisa karena terharu
dan bahagia. Ia senang jika suaminya bersabar untuk mengenal setiap jenis air mata yang
metetes dari matanya.Pengertian ini menjadi inti dan landasan segala sikap menyenangkan
yang mungkin dilakukan seorang suami terhadap istrinya.

2. Setia
Kesetiaan adalah syarat utama cinta sejati. Seorang istri ingin cinta suami itu hanya
untuknya. Karenanya kecemburuan adalah bagian dari cinta. Sapaan sayang di tengah
kesibukan, walaupun hanya satu dua menit kata-kata yang disampaikan lewat telepon,
walaupun hanya satu dua kalimat SMS, akan menjadi pengokoh kepercayaan. Hadiah yang
diberikan: martabak kesukaannya, seikat bunga, atau sebuah jam tangan yang manis akan
menguatkan cinta. Dan mengingat hari ulang tahun serta hari pernikahan akan menjadi
bukti kesetiaan suami yang disukai seorang istri.Tapi seorang istri yang baik akan
mengatakan, “Jangan karena takut kepadaku, kakanda bersikap setia. Karena Allah Maha
Melihat. Itu yang mesti menjadi landasan kesetiaan.”

3. Sabar dan Pemaaf


Seorang istri akan amat bersyukur jika suaminya mau menerima dirinya apa adanya.
Suaminya mampu memaafkan dan bersabar atas kekurangan yang ada pada dirinya. Ia
butuh waktu untuk membina dirinya. Ia bahkan butuh waktu untuk memahami dirinya
sendiri, ketika satu ketika ia tidak menjadi dirinya sendiri.Seorang istri perlu mendapatkan
nasihat, akan tetapi itu dilakukan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

Ini seperti pesan Ilahi: “Kemudian keadaan orang beriman itu adalah saling menasihati
dalam kesabaran dan dalam kasih sayang.” (QS. al-Balad); “Dan jika kalian memaafkan,
tidak memarahi, dan mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
dan Maha Penyayang.” (QS. at-Taghabun)

9 Baiti Jannati
4. Teguh Hati dan Bersemangat
Seorang istri senang melihat suaminya senantiasa berteguh hati dan bersemangat dalam
menyelesaikan berbagai tugas dan amanah. Ia senang suaminya dapat senantiasa prima
menunaikan tugas-tugas di luar rumah dan sekaligus membantu menyelesaikan
permasalahan di rumah. Karenanya seorang istri senang melihat suaminya akrab
bercengkrama, bermain dengan anak-anaknya. Dan saat suami sesekali memasak untuk
keluarga, ada sentuhan hangat menyentuh relung jiwa seorang istri.Bagaimana jika
suaminya berada dalam kondisi bete atau kehilangan semangat? Seorang istri akan
menerima keadaan ini asalkan ia melihat suaminya berusaha keras untuk melepaskan diri
dari keadaan lemah ini. Ia bahkan akan memberikan bantuan dan doa terbaik bagi
suaminya.

5. Romantis
Seorang istri senang jika suaminya mampu memperlihatkan dan mengekspresikan cinta
dan kasih sayang. Ia senang mendapati suaminya membangun suasana kondusif kasih
sayang di rumah. Ia senang jika suaminya romantis.Diantara ungkapan cinta suami-istri
adalah dalam hubungan intim. Seorang istri senang jika suaminya memberikan kesenangan
dan kepuasan pada salah satu kebutuhan cinta ini. Ia akan terbuka menyampaikan apa
yang ia sukai, ketika suaminya mampu membuka percakapan dalam masalah ini secara
tepat dan penuh kelembutan (tenderly).

6. Rapi dan Wangi


Seorang istri suka suaminya rapi. Rapi menata rambut dan rapi berpakaian, bahkan dalam
suasana santai. Kerapian yang disukai adalah kerapian yang alami dan melekat dalam
kehidupan suami.Sikap suami yang kooperatif dalam menjaga kerapian rumah juga disukai
seorang istri. Karenanya ketika seorang suami berinisiatif menyapu ruang tengah,
membersihkan kompor di dapur, atau membersihkan kamar tidur dengan membongkar
tempat tidur secara rutin … pada semuanya ada apresiasi dari seorang istri.Rapi, bersih
dan wangi pada seorang suami membuat istrinya senang. Seorang suami bisa meminta
istrinya memilihkan minyak wangi baginya. Ia akan terbantu menyempurnakan
penampilan bagi istrinya.

7. Ceria dan Ramah


Senyum ceria dan keramahan amat dihajatkan seorang istri. Senyum dan keramahan itu
laksana angin sejuk di tengah berbagai kelelahan dirinya. Berbagai kesibukan membuat
jiwanya lelah. Interaksi dengan anak-anak di rumah itu bukan pekerjaan ringan. Segenap
potensi kejiwaan dan pikiran mesti ia curahkan. Kelelahan fisik pun tidak ringan.

Perhatikanlah, ia mesti terus memperhatikan anaknya yang terus bergerak kesana kemari,
bereksplorasi ketika mulai bisa merangkak. Dan saat si anak lelah tertidur, ia mesti
bersiap-siap memasak dan merapikan rumah bagi suaminya yang sebentar lagi pulang …
Senyum dan sapaan sayang suami akan menjadi hiburan jiwa bagi sang istri. Sikap humoris
juga amat membantu seorang istri untuk selalu menjaga suasana riang hatinya. Ini semua
akan membantunya untuk terus bersabar dan ikhlas dalam menunaikan tugas-tugasnya.

10 Baiti Jannati
8. Menjadi Pemimpin yang Melindungi
Istri membutuhkan perlindungan yang membuatnya senantiasa merasa tentram.
Karenanya ia menyukai sifat kepemimpinan pada suaminya. Kepemimpinan yang ia
harapkan adalah yang senantiasa menentramkan jiwanya, mengokohkan ruhaninya,
memberikan pencerahan demi pencerahan pada akalnya dan membantu menjaga
kebugaran dan kesehatan tubuhnya.

Kepemimpinan yang ia sukai adalah yang memadukan ketegasan dan kelembutan. Yang
menebarkan cinta, bukan membuat takut. Yang mengedepankan kemauan baik, bukan
senantiasa menggunakan otoritas (misalnya dengan selalu menggunakan kalimat “suami
kan pemimpin rumah tangga, jadi mesti taat donk”). Yang betul-betul menjadi pemimpin,
bukan menjadi boss. (www.baitijannati.wordpress.com)

Adi Junjunan Mustafa


Sumber : www.http://adijm.multiply.com/journal/item/164

Mencegah Perselingkuhan
Oleh : Zulia Ilmawati, S.Psi.

baitijannati. Dalam waktu terakhir ini kita semakin sering mendengar berita
perselingkuhan yang marak di mana-mana. Sejumlah skandal seks menimpa politisi. Di luar
ini, disinyalir masih banyak pejabat dan anggota legislatif lain, serta anggota masyarakat
biasa yang berperilaku bejat, berselingkuh atau berzina dengan wanita yang bukan istrinya
atau dengan lelaki bukan suaminya.

Penyebab Selingkuh

1. Masalah internal.

Pernikahan pada dasarnya mempertemukan dua orang yang mempunyai kepribadian, sifat,
karakter, latar belakang keluarga dan problem yang berbeda satu sama lain. Karena itu,
tidak mengherankan jika kehidupan dalam rumah tangga kadang tidak seindah harapan.
Ketidakmatangan masing-masing pasangan ikut mempengaruhi dinamika yang terjadi
dalam menghadapi setiap persoalan rumah tangga. Jika masing-masing tidak berusaha
untuk memperbaiki diri atau malah justru mencari hiburan dan kompensasinya sendiri,
maka pengikat di antara keduanya semakin pudar. Jika ini tidak segera diatasi, cepat atau
lambat akan mempengaruhi kualitas hubungan suami-istri. Sikap apatis, pasif atau bahkan
pasif-agresif bisa menjadi indikasi adanya masalah dalam kehidupan pernikahan
seseorang.

11 Baiti Jannati
Emotional divorce (keterpecahan emosi), yang banyak dialami oleh suami-istri, baik yang
baru maupun yang sudah lama menikah, membuat hubungan cinta kasih akhirnya padam
dan menjadi dingin. Meskipun secara fisik pasangan suami-istri masih tinggal serumah,
secara emosional terdapat jarak yang membentang. Dengan pudarnya cinta dan kasih
sayang, semakin longgarlah ikatan dan komunikasi di antara pasangan yang bisa
mendorong salah satu atau keduanya mencari seseorang yang dapat memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan emosional maupun kebutuhan fisik, termasuk seks. Apalagi
jika kemudian masing-masing pasangan tidak memiliki pemahaman tentang bagaimana
seharusnya menjalani kehidupan berumah tangga dan mengatasi persoalan yang muncul
menurut ajaran Islam.

Debbie Layton-Tholl mengungkapkan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh orang-


orang yang sudah menikah pada dasarnya bukan karena untuk mencari kepuasan seksual
semata. Prosentase terbesar (90%) perselingkuhan terjadi karena tidak terpenuhinya
kebutuhan emosional pasangan. Kebutuhan seksual bukanlah menjadi alasan pertama dan
utama. Perilaku seksual yang sering mewarnai affair ataupun perselingkuhan sering hanya
merupakan sarana untuk memelihara dan mempertahankan affair tersebut, bukan menjadi
alasan utama.

2. Masalah eksternal.

Dalam pandangan kapitalis hubungan pria dan wanita merupakan pandangan yang bersifat
seksual semata, bukan pandangan untuk melestarikan keturunan manusia. Oleh karena itu,
mereka sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindra dan pikiran-pikiran yang
mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka membangkitkan
dorongan seksual untuk dipenuhi. Mereka menganggap bahwa gejolak naluri yang tidak
dipenuhi mengakibatkan kerusakan pada diri manusia, baik terhadap fisik, psikis, maupun
akalnya. Dari sini, kita bisa memahami, mengapa banyak komunitas masyarakat selalu
menciptakan pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual (fantasi-fantasi seksual),
baik dalam cerita-cerita, lagu-lagu, maupun berbagai karya mereka lainnya. Belum lagi
kebiasaan gaya hidup campur-baur antara pria dan wanita yang tidak semestinya di dalam
maupun di luar rumah. Semua ini muncul karena mereka menganggap tindakan-tindakan
semacam itu merupakan hal yang lazim dan penting sebagai bagian dari sistem dan gaya
hidup mereka.

Kiat Menghindari Perselingkuhan Secara Islam

1. Menjalankan kehidupan rumah tangga secara islami.


Sebagai sebuah ibadah, pernikahan memiliki sejumlah tujuan mulia. Memahami tujuan itu
sangatlah penting guna menghindarkan pernikahan bergerak tak tentu arah yang akan
membuatnya sia-sia tak bermakna. Tujuan-tujuan itu adalah untuk mewujudkan
mawaddah dan rahmah, yakni terjalinnya cinta-kasih dan tergapainya ketenteraman hati
(sakinah) (QS ar-Rum: 21); melanjutkan keturunan dan menghindarkan dosa; mempererat
tali silaturahmi; sebagai sarana dakwah; dan menggapai mardhatillah. Jika tujuan
pernikahan yang sebenarnya dipahami dengan benar, insya Allah akan lebih mudah bagi

12 Baiti Jannati
suami-istri meraih keluarga sakinah dan terhindar dari konflik-konflik yang
berkepanjangan. Sebab, kesepahaman tentang tujuan pernikahan sesungguhnya akan
menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan.

Islam memandang pernikahan sebagai “perjanjian yang berat (mîtsâq[an] ghalîdza)” (QS
an-Nisa’ [4]: 21) yang menuntut setiap orang yang terikat di dalamnya untuk memenuhi
hak dan kewajibannya.

Islam mengatur dengan sangat jelas hak dan kewajiban suami-istri, orangtua dan anak-
anak, serta hubungan dengan keluarga yang lain. Islam memandang setiap anggota
keluarga sebagai pemimpin dalam kedudukannya masing-masing. Dengan kata lain,
pernikahan haruslah dipandang sebagai bagian dari amal shalih untuk menciptakan pahala
sebanyak-banyaknya dalam kedudukan masing-masing melalui pelaksanaan hak dan
kewajiban dengan sebaik-baiknya. Ketimpangan atau terabaikannya hak dan kewajiban,
misalnya soal nafkah, pendidikan atau perlindungan, tentu akan dengan sangat mudah
menyulut perselisihan dalam keluarga yang bisa berpeluang untuk terjadi perselingkuhan.

2. Atasi berbagai persoalan suami-istri dengan cara yang benar (islami) dan tidak
melibatkan orang (lelaki atau perempuan) lain.
Dalam kehidupan rumah tangga, tidak selalu mudah menyatukan dua pribadi yang berbeda
dan dengan latar belakang yang berbeda. Konflik menjadi suatu hal yang mudah terjadi
dalam kehidupan rumah tangga.

Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihan. Islam


memerintahkan kepada suami-istri agar bergaul dengan cara yang baik, serta mendorong
mereka untuk bersabar dengan keadaan masing-masing pasangan; karena boleh jadi di
dalamnya terdapat kebaikan-kebaikan. Jika dibutuhkan orang ketiga untuk membantu
menyelesaikan persoalan maka jangan sekali-sekali melibatkan lawan jenis yang bukan
mahram-nya; seperti teman sekantor, tetangga, kenalan dan sebagainya. Awalnya mungkin
hanya sebatas curhat, tetapi tanpa disadari, jika sudah mulai merasa nyaman, persoalan
mungkin justru tidak terpecahkan, yang kemudian terjadi adalah munculnya rasa saling
ketergantungan dan ketertarikan. Hal ini bisa menjadi awal dari kedekatan di antara
mereka dan peluang untuk terjadinya perselingkuhan.

3. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis di tengah-tengah masyarakat.


Dalam pandangan Islam hubungan antara pria dan wanita merupakan pandangan yang
terkait dengan tujuan untuk melestarikan keturunan, bukan semata-mata pandangan yang
bersifat seksual. Dalam konteks itulah, Islam menganggap berkembangnya pikiran-pikiran
yang mengundang hasrat seksual pada sekelompok orang merupakan keadaan yang
membahayakan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan pria dan wanita untuk menutup
aurat, menahan pandangannya terhadap lawan jenis, melarang pria dan wanita ber-
khalwat, melarang wanita bersolek dan berhias di hadapan laki-laki asing (non-mahram).
Islam juga telah membatasi kerjasama yang mungkin dilakukan oleh pria dan wanita dalam
kehidupan umum serta menentukan bahwa hubungan seksual antara pria dan wanita

13 Baiti Jannati
hanya boleh dilakukan dalam dua keadaan, yaitu: lembaga pernikahan dan pemilikan
hamba sahaya.

4. Poligami.
Islam telah menjadikan poligami sebagai sesuatu perbuatan mubah (boleh), bukan sunnah,
bukan pula wajib. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan dalam An-Nizhâm al-Ijtimâ’i
fî al-Islâm:

Harus menjadi kejelasan, bahwa Islam tidak menjadikan poligami sebagai kewajiban atas
kaum Muslim, bukan pula suatu perbuatan yang mandub (sunnah) bagi mereka, melainkan
sesuatu yang mubah, yang boleh mereka lakukan jika mereka berpandangan demikian.

Dasar kebolehan poligami tersebut karena Allah Swt. telah menjelaskan dengan sangat
gamblang tentang hal ini (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 3).

Poligami bisa menjadi solusi di tengah kehidupan pergaulan lawan jenis seperti sekarang
ini. Anehnya, poligami justru banyak ditentang, sementara perselingkuhan dibiarkan
merajalela. Praktik poligami yang salah di tengah-tengah masyarakat tidak boleh menjadi
alasan untuk menolak poligami. Sebab, realitas itu terjadi karena praktik poligami tidak
dijalankan sesuai dengan tuntunan Islam. Alasan bahwa wanita menjadi sakit hati dan
tertekan karena suaminya menikah lagi juga tidak tepat. Perasaan tersebut hanya akan
muncul akibat adanya anggapan bahwa poligami sebagai sesuatu yang buruk. Itu terjadi
karena kampanye massif yang dilancarkan kalangan antipoligami. Sebaliknya, jika istri
menganggap poligami sebagai sesuatu yang baik, perasaan sakit hati dan tertekan akibat
suaminya berpoligami tidak terjadi. Allah Swt. telah memberikan peringatan yang tegas
kepada para suami yang berpoligami (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 129). Intinya, Allah Swt.
memerintahkan kepada seorang suami untuk menjauhkan diri dari kecenderungan yang
berlebihan kepada salah seorang istrinya dengan menelantarkan yang lain. Hal ini juga
diperkuat dengan sebuah Hadis Nabi saw., sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra.
(HR Ahmad).

[Zulia Ilmawati; (Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga)]

14 Baiti Jannati

Anda mungkin juga menyukai