Anda di halaman 1dari 4

AKHLAK KARIMAH KITA TERHADAP MERTUA

Mertua adalah orang tua dari istri kita atau orang tua dari suami kita. Dia menjadi
keluarga kita tatkala seseorang melakukan hubungan kekeluargaan melalui suatu
pernikahan yang sah berdasar pegangan agama. Menurut suatu penjelasan syarak, begitu
seseorang sudah menikah maka orang tua kita bisa meliputi tiga ranah yaitu: orang tua
yang melahirkan diri kita; orang tua yang menjadikan kita sebagai suami atau istri
(mertua); juga guru-guru yang telah mendidik kita dengan tulus di dalam kehidupan.
Tentu yang berkait dengan konteks ini adalah ayah dan ibu dari istri kita atau sebaliknya
dari suami kita.

Akhlak pada Mertua


Bagaimana ajaran suci berkenaan dengan akhlak kita kepada mertua? Pegangan berikut
ada baiknya kita pedomani dalam interaksi kita sebagai berikut ini.

1. Menantu laki-laki (suami) hendaknya mengingatkan istrinya untuk tetap berbuat


baik kepada orang tuanya (mertuanya), hal demikian merupakan bagian dari rasa
hormatnya kepada mertua.
2. Suami istri sebaiknya bertempat tinggal terpisah dengan mertua agar lebih bisa
mandiri dan tidak banyak ikut campur orang lain yang dapat merusak hubungan
keharmonisan keluarga antara suami istri, terutama antara menantu putri dan mertua
putri. Allah berfirman:

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut


kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka.“ (QS Ath-Tholaq 65:6).
3. Menantu laki-laki harus lebih bijaksana meminpin bahtera keluarga. Jangan
mudah mengikuti bujukan-bujukan maksiat dari istri atau  orang tua. Jangan mudah
terbius oleh isu atau provokasi dari luar. Jaga baik-baik hubungan menantu dan
mertua. Nabi bersabda:

“Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan bertanggungjawab terhadap
apa yang kamu pimpin. Seorang pemerintah adalah pemimpin manusia dan dia akan
bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi ahli
keluarganya dan dia akan bertanggungjawab terhadap mereka. Manakala seorang
isteri adalah pemimpin rumah tangga, suami dan anak-anaknya, dia akan
bertanggungjawab terhadap mereka.” (HR.Bukhari dan Muslim)
4. Menjalin hubungan baik dengan mertua dengan mengingatkan suami atau istri
untuk silaturahmi bersama ke tempat mertua perlu dilestarikan untuk mengurangi
kecemburuan mertua terhadap menantu. 
5. Menantu laki-laki jangan hanya meng-gantungkan bantuan orang tua atau mertua;
hendaknya berusaha atau bekerja menurut kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya agar mertua tidak meresa kecewa dengan penyerahan anak
putrinya, sehingga hubungan menantu dengan mertua tetap baik. Nabi Bersabda,
“Seutama-utama pekerjaan adalah berjualan yang diridhoi dan juga pekerjaan
seseorang dengan tangannya (usahanya) sendiri.” (HR. Ahmad).
6. Menantu laki-laki atau suami  jangan terlalu menampakkan kekagumannya
terhadap isteri di hadapan keluarganya  dengan mencandai atau memujinya secara
berlebihan karena hal ini dapat mengundang kecemburuan ibu terhadap menantu
putrinya. Akan tetapi jika hal itu dilakukan di dalam keluarga mertua ada baiknya asal
tidak berlebihan agar menampakkan keharmonisan keluarga Anda seperti yang
diharapkan oleh mertua.
7. Menantu laki-laki hendaknya membimbing keluarganya untuk tetap menaruh
perhatian kepada kedua orangnya sendiri agar hubungan isterinya dengan orang
tuanya tetap baik.
8. Menantu laki-laki hendaknya membina keluarganya selalu menjalin hubungan
baik dengan mertuanya agar tumbuh perasaan  yang baik. Jika mertua dalam keadaan
sangat tua dan membutuhkan nafkah dan pemeliharaan maka hendaknya suami
merelakan istri untuk merawatnya.
9. Jangan sampai terjadi perseteruan antara menantu dan mertua (khususnya
menantu putri dengan mertua putri) yang menyebabkan mertua marah dan berdoa
kurang bagus. Ingatlah doa orang tua sangat mustajab.
10. Menantu hendaknya tidak banyak bercerita kepada mertua tentang berbagai
kesempitan hidupnya, kecuali mertua sendiri yang menanyainya. Hal demikian tidak
membuat beratnya beban pikiran mertua. 
11. Menantu putri jika di rumah mertuanya, maka hendaknya bersifat lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan suaminya, bukan hanya menggantungkan kepada mertua.
Jika perlu malah membantu keperluan mertua.
12. Menantu putri hendaknya hormat terhadap mertua. Sebagian  menantu putri
(isteri) berpandangan tidak perlunya limpahan kasih sayang dari mertua, maka ia pun
lantas kurang menghargai dan menghormatinya. Dalam pandangannya, kasih sayang
cukup dari suami saja, maka jadilah hubungan mereka dingin-dingin saja, jauh dari
rasa saling menghargai. Nabi bersabda,
“Jika seorang pemuda memuliakan/ menghormati orang tua karena usianya, maka
Allah telah menentukan baginya orang yang akan menghormatinya pada
hari   tuanya.” (HR. Tirmidzi)
13. Menantu wanita (istri) hendaknya selalu mengingatkan kepada suaminya agar
tetap berbakti kepada orang tuanya. Hal demikian dapat menambah keharmonisan dan
kasih sayang orang tua terhadap keluarga anak.
14. Menantu putri (isteri) hendaknya lebih sabar jika mertuanya dalam usia lanjut ada
dalam pemeliharaan suami. Meladeni mertua adalah mulia bukan hina. Berdoalah
semoga kehadiran mertua menambah rahmat, karena suami semakin banyak amal
sholihnya berbuat baik kepada orang tuanya.
Semua pegangan di atas adalah akhlak kita terhadap mertua, baik diri kita sebagai suami
ataupun sebagai istri yang berinteraksi secara yang terbaik, sebagaimana telah
ditunjukkan kepada kita oleh Allah Swt dan Rasulullah saw kepada kita 

Anda mungkin juga menyukai