Jawab :
)136 : ضالَالً بَ ِعيدًا (النساء ِ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهللِ َو َمآلئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم ْا
َ آلخ ِر فَقَ ْد
َ ض َّل
3. Muta’zilah
Menurut paham mu’tazilah Iman adalah tashdiq di dalam hati,
iktar dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan konsep ini
mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena itu, keimanan
seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut
pula olah Khawarij. Menurut mereka iman adalah pelaksanaan
kewajiban-kewajiban kepada Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan
(tashdiq) tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, tetapi
tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan mukmin.
Tegasnya iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif, menerima apa yang
dikatakan orang lain, iman mesti aktif karena akal mampu mengetahui
kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.
Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang
mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan
tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
4. Asy’ariyah
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman
secara esensial adalah tasdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu).
Sedangkan qaul dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama
(amal bil arkan) hanya merupakan furu’(cabang-cabang) iman. Oleh
sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya
dan juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa
dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang
tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satudari hal-hal tersebut.
Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap
kekerasan Mu’tazilah memaksakan paham khalq al-Quran – banyak
membicarakan persoalan iman dan kufur. Asy’ariyah berpendapat bahwa
akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat
bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia
dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia
berkewajiban mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya
sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka
adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan
Mu’tajilah tapi dekat dengan kaum Jabariyah. Tasdiq menurut
Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang mengandung ma’r
ifah terhadap Allah.
5. Maturidiyah
Dalam aliran Maturidiyah terdiri atas dua kelompok, yaitu
kelompok Samarkhand, dan kelompok Bukhara
1. Maturidiyah golongan Samarkand
Dalam masalah iman, aliranMatur idiyah Samarkand
berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata
iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk
pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah.
Al-Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya,tas hdiq,
seperti yang dipahami di atas, harus diperoleh
dari ma’rifah. Tashdiq hasil darim a’r ifah ini didapatkan melalui
penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, Al-
Maturidi mendasari pandangannya pada dalil naqli surat Al-Baqarah
ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa Nabi
Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan
Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti
dengan menghidupkan orang yang sudah mati. Permintaan Ibrahim
tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim belum
beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah
dimilikinya dapat meningkat menjadi iman hasil ma’rifah. Jadi,
menurut Al-Maturidi, iman adalah tas hdiq yang berdasarkan ma’r
ifah. Meskipun demikian,ma’r ifah menurutnya sama sekali bukan
esensi iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman.
2. Maturidiyah golongan Bukhara
Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara,
seperti yang dijelaskan oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al
qalb dan tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tashdiq bi
al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan
Allah dan rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya.
Adapun yang dimaksud demgan tashdiq al-lisan adalah mengakui
kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal. Pendapat ini
tampaknya tidak banyak berbeda dengan As y’ar iyah, yaitu sama-
sama menempatkan tashdiq sebagai unsur esensial dari keimanan
walaupun dengan pengungkapan yang berbeda.
Tugas 2 :
1. Mencari contoh dari hadis marfu’, hadis mauquf, dan hadis maqthu’ !
2. Jelaskan pengertian hadis secara istilah !
3. Jelaskan pengertian hadis mutawatir : lafdzi, maknawi, dan amali ! Dan
berikan contohnya !
4. Jelaskan pengertian hadis ahad : masyhur, aziz, dan gharib ! dan berikan
contohnya !
Jawab :
Tugas 3
Jawab :
Nama Musailamah Al Kadzab sudah tak asing di telinga kita. Dia dari
Bani Hanifah di Yamamah yang mengaku sebagai Nabi. Pengakuannya tersebut
dilakukan saat Nabi Muhammad masih hidup.
Musailamah diketahui pernah masuk Islam. Namun setelah masuk Islam,
ia justru menodai ajaran yang mulia ini. Dia mengaku diutus oleh Allah bersama
Nabi Muhammad SAW. Untuk melancarkan siasatnya, Musailamah belajar sihir.
Ia kerap melakukan atraksi sihir dan mengklaim hal itu sebagai mukjizat dari
Allah.
Dalam sebuah riwayat, saat menikahi Sajjah binti al-Harits dari Bani
Tamim, Musailamah memberikan mahar berupa cuti Shalat Ashar kepada
keluarga Sajjah. Akhirnya semua Bani Tamim libur shalat Ashar. Selanjutnya,
Sajjah juga mengikuti jejak suami. Ia mengaku mendapat wahyu dari Allah SWT.
Setelah Rasulullah SAW wafat, pasangan suami istri itu semakin leluasa
dalam menyebarkan pemahamannya. Khalifah Abu Bakar Assidiq tidak tinggal
diam. Abu Bakar beserta kaum Muslimin mengajak mereka dan pengikutnya
kembali ke jalan yang lurus. Tapi, ajakan itu ditolak.
Abu Bakar mengerahkan kaum Muslimin untuk memerangi mereka.
Dalam perang Yarmuk, Kaum Muslimin bentrok dengan pasukan Musailamah
dan Musailamah berhasil dibunuh oleh Wahsyi bin Harb. Sedang Sajjah diakhir
hayatnya bertaubat dan kembali ke pelukan Islam.
Tugas 4 :
Jawab :
a. Hadis qudsi
1. Hadist Qudsy tentang puasa
كل عمل ابن آدم له إال الصيام فإنه لي وأنا أجزي به والصيام: قال هللا تعالى
جنة وإذكان يوم صوم أحدكم فال يرفث وال يصخب فإن سابه أحد أو قاتله
فليقل إني صائمرواه البخارى و مسلم. –
Alla berfirman, “seluruh amalan anak adam untuk dirinya sendiri kecuali
puasa. Puasa itu untukku, dan aku sendiri yang akan memberikan
balasannya. Puasa itu perisai. Apabila seseorang diantara kamu berpuasa,
janganlah dia memaki-maki, mengeluarkan kata-kata keji dan janganlah dia
membuat kegaduhan. Jika dia dicaci oleh seseorang, atau dibunuh (hendak
dibunuh), hendaklah dia katakana : ‘saya berpuasa’” (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
:صلَياللهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َح َّدثَاَنَّ َر ُحاًل قَا َلَ ضيَاللهُ َع ْنهُاَنَّ َرسُوْ اُل لل ِه ِ َع ْن ُج ْن ُدبٍ َر
, َم ْن َذالَّ ِذىيَتَا َعلَيَّا َ ْنالَاَ ْغفِ َرلِفُاّل ٍن:ال
َ ََوالل ِهالَيَ ْغفِرُاللهُلِفُاّل نٍ َواِنَّاللهَتَ َعالَىق
ْ َ َواَب,فَإِنِّىقُ ْد َغفَرْ تُلِفُاّل ٍن
)(اخرخهمسلم.اَوْ َك َماقا َ َل, َطتُ َع َملَك
Dari Jundub r.a bahwasannya Rasullullah SAW bercerita bahwa seseorang
berkata: “Demi Allah, Allah tidak mengampuni Fulan”. Sesungguhnya
Allah Ta’ala berfirman: “Siapakah yang bersumpah atas Ku bahwa Aku
tidak mengampuni Fulan dan aku menghapus amal atau seperti apa yang ia
ucapkan”. (hadist ditakhrij oleh Imam Muslim).
b. Hadis nabawi
1. Hadist Qauliyah
3. Hadist Taqririyah
Tugas 5 :
Jawab :