Anda di halaman 1dari 8

HAKIM, HUKUM, MAHKUM FIH, DAN MAHKUM ALAIH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah: Fiqh Dan Ushul Fiqh
Dosen Pengampu : Ferizal, M,Pd

Disusun Oleh :
- Fajira Mahmudah (0702202134)
- Hanif Kurniawan Matanari (0702203191)
- Khofifah Fauzani (0702202106)
- Novika Wulandari (0702202098)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT Yang Telah Memberikan Penulis Kemudahan Sehingga
Penulis Dapat Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Tepat Waktu. Tanpa Pertolongan-Nya
Tentunya Penulis Tidak Akan Sanggup Untuk Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Baik.
Shalawat Serta Salam Semoga Terlimpah Curahkan Kepada Baginda Tercinta Kita Yaitu Nabi
Muhammad SAW Yang Kita Nanti-Natikan Syafa’atnya Di Akhirat Nanti.

Penulis Mengucapkan Syukur Kepada Allah SWT Atas Limpahan Nikmat Sehat-Nya, Baik
Itu Berupa Sehat Fisik Maupun Akal Pikiran, Sehingga Penulis Mampu Untuk Menyelesaikan
Pembuatan Makalah Sebagai Tugas Dari Mata Kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh.

Penulis Tentu Menyadari Bahwa Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna Dan Masih
Banyak Terdapat Kesalahan Serta Kekurangan Di Dalamnya. Untuk Itu, Penulis Mengharapkan
Kritik Serta Saran Dari Pembaca Untuk Makalah Ini, Supaya Makalah Ini Nantinya Dapat
Menjadi Makalah Yang Lebih Baik Lagi. Apabila Terdapat Banyak Kesalahan Pada Makalah Ini
Penulis Mohon Maaf Yang Sebesar-Besarnya. Demikian, Semoga Makalah Ini Dapat
Bermanfaat. Terima Kasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Medan, 25 September 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
C. Tujuan Makalah................................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5
A. Pengertian Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkum Alaih...............................................5
1. Hakim.....................................................................................................................................5
2. Hukum....................................................................................................................................5
3. Mahkum Fih...........................................................................................................................5
4. Mahkum ‘Alaih (Subjek Hukum).........................................................................................6
B. Korelasi Antara Hakim, Mahkum Fih Dan Mahkum Alaih......................................................6
C. Perbedaan Dari Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkum Alaih.......................................6
BAB III...............................................................................................................................................7
PENUTUPAN....................................................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................................7
B. Saran...........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Islam Merupakan Rangkaian Dari Kata “Hukum” Dan Kata “Islam”. Kedua
Kata Itu, Secara Terpisah, Merupakan Kata Yang Digunakan Dalam Bahasa Arab Dan
Terdapat Dalam Al-Qur’an, Juga Berlaku Dalam Bahasa Indonesia. “Hukum Islam”
Sebagai Suatu Rangkaian Kata Telah Menjadi Bahasa Indonesia Yang Hidup Dan
Terpakai, Namun Bukan Merupkan Kata Yang Terpakai Dalam Bahasa Arab, Dan Tidak
Ditemukan Dalam Al-Qur’an ; Juga Tidak Ditemukan Dalam Literatur Yang Berbahasa
Arab. Karena Itu Kita Tidak Akan Menemukan Artinya Secara Definitif.
Dan Ushul Fiqh Adalah Ilmu Yang Secara Garis Besar Mengkaji Cara-Cara
Menginstinbath (Menggali Hukum). Sekalipun Ushul Fiqh Muncul Setelah Fiqh, Tetapi
Secara Teknis, Terlebih Dahulu Para Ulama Menggunakan Ushul Fiqh Untuk
Menghasilkan Fiqh. Artinya Sebelum Orang Ulama Menetapkan Suatu Perkara Untuk
Haram, Ia Telah Mengkaji Yang Telah Menjadi Alasan Perkara Itu Diharamkan. Hukum
Haramnya Disebut Fiqh, Dan Dasar-Dasar Sebagai Alasannya Disebut Ushul Fiqh.

Untuk Memahami Pengertian Hukum Islam, Perlu Diketahui Lebih Dahulu Kata
“Hukum” Dalam Bahasa Indonesia, Kemudian Pengertian Hukum Itu Disandarkan
Kepada Kata “Islam”. Ada Kesulitan Dalam Memberikan Definisi Kepada Kata
“Hukum” Karena Setiap Definisi Akan Menemukan Titik Lemah. Karena Itu Untuk
Memudahkan Memahami Pengertian Hukum, Brikut Ini A kan Diketengahkan Definisi
Hukum Secara Sederhana, Yaitu:“Seperangkat Peraturan Tentang Tingkah Laku Manusia
Yang Diakui Sekelompok Masyarakat, Disusun Orang-Orang Yang Diberi Wewenang
Oleh Masyarakat Itu, Berlaku Dan Mengikat Untuk Seluruh Anggotanya” Definisi Ini
Tentunya Masih Mengandung Kelemahan, Namun Dapat Memberikan Pengertian Yang
Mudah Dipahami.

Demikian Makalah Ini Dibuat Agar Mahasiswa Dapat Memahami Pengertian Hukum,
Hakim, Mahkum Fih, Dan Mahkum ‘Alaih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkum Alaih?
2. Apa Hubungan Atau Korelasi Antara Hakim, Mahkum Fih Dan Mahkum Alaih?
3. Apa Perbedaan Dari Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkum Alaih?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan
Mahkm Alaih.
2. Untuk Mengetahui Hubungan Atau Korelasi Antara Hakim, Mahkum Fih Dan
Mahkum Alaih
3. Untuk Mengetahui Perbedaan Dari Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkm Alaih.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkum Alaih


1. Hakim
Kata Hakim Secara Etimologi Berarti Orang Yang Memutuskan Hukum. Dalam
Fiqih, Istilah Hakim Semakna Dengan Qadhi. Namun, Dalam Ushul Fiqh, Kata Hakim
Berarti Pihak Penentu Dan Pembuat Hukum Syari’at Secara Hakiki. Ulama Ushul
Sepakat Bahwa Yang Menjadi Sumber Atau Pembuat Hakiki Dari Hukum Syari’at
Adalah Allah Swt. (QS. Al-An’am: 57):
َّ ‫اِ ِن ْال ُح ْك ُم اِاَّل هّٰلِل ِ ۗيَقُصُّ ْال َح‬
ِ َ‫ق َوه َُو خَ ْي ُر ْالف‬
َ‫اصلِ ْين‬
Artinya : “Menetapkan Hukum Itu Hanyalah Hak Allah. Dia Menerangkan Yang
Sebenar-Benarnya Dan Dia Pemberi Kehidupan Yang Paling Baik.”
2. Hukum
Menurut Para Ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), Yang Dimaksud Dengan Hukum
Syar'i Ialah: "Khithab Pencipta Syari'at Yang Berkaitan Dengan Perbuatan-Perbuatan
Orang Mukallaf, Yang Mengandung Suatu Tuntutan, Atau Pilihan Yang Menjadikan
Sesuatu Sebagai Sebab, Syarat Atau Pengahalang Bagi Adanya Sesuatu Yang Lain".
Hukum Syar'i Dibagi Kepada Dua Macam, Yaitu :
a. Hukum Taklifi
Hukum Taklifi Adalah Khithab Syar'i Yang Mengandung Tuntutan Untuk
Dikerjakan Oleh Para Mukallaf Atau Untuk Ditinggalkannya Atau Yang
Mengandung Pilihan Antara Dikerjakan Dan Ditinggalkannya. Hukum Taklifi
Ada Lima Macam, Yaitu:
- Wajib
- Mandub/Sunat
- Haram
- Makruh
- Mubah
b. Hukum Wadh'i.
Hukum Wadh'i Ialah Khithab Syara' Yang Mengandung Pengertian
Bahwa Terjadinya Sesuatu Itu Adalah Sebagai Sebab, Syarat Atau Penghalang
Sesuatu.

3. Mahkum Fih
Mahkum Fih Adalah Perbuatan-Perbuatan Orang Mukallaf Yang Dibebani Suatu
Hukum (Perbuatan Hukum). Misal, dalam QS. Al-Maidah: 1
‫ص ْي ِد َواَ ْن ُت ْم ُح ُر ۗ ٌم اِنَّ هّٰللا َ َيحْ ُك ُم َما‬
َّ ‫ت َل ُك ْم َب ِه ْي َم ُة ااْل َ ْن َع ِام ِااَّل َما ُي ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّى ال‬
ْ َّ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا اَ ْوفُ ْوا ِب ْال ُعقُ ْو ۗ ِد اُ ِحل‬
‫ي ُِر ْي ُد‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.
4. Mahkum ‘Alaih (Subjek Hukum)
Ulama ushul fiqih mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mahkum alaih
adalah seseorang yang perbuatannya dikenai khitab Allah Ta’ala, yang disebut dengan
mukallaf . Sehingga istilah mahkum alaih disebut dengan subyek hukum.

5. Korelasi Antara Hakim, Mahkum Fih Dan Mahkum Alaih


a. Korelasi antara hakim dengan mahkum fiqh
Hubungan antara hakim dengan mahkum fih ialah bahwa hakim ialah sang
pembuat hukum sedangkan mahkum fih ialah objek yang terkena suatu tuntutan
hukum dari hakim tersebut. Jadi apabila tanpa adanya mahkum fih maka hakim tidak
akan nyata, dan apabila mahkum fih secara substansi perbuatan dan sandaran
berkaitan dengan hukum syar’i maka yang menghukumi ialah hakim.
b. Korelasi antara hakim dengan mahkum ‘alaih
Hubungan antara hakim dengan mahkum alaih ialah bahwa hakim ialah sang
pembuat hukum sedangkan mahkum alaih ialah subjek yang terkena suatu tuntutan
hukum dari hakim tersebut. Jadi apabila tanpa adanya hakim maka mahkum alaih
tidak akan nyata, dan apabila orang mahkum alaih melakukan suatu pelanggaran baik
berkaitan dengan Allah (hakim) langsung atau berkaitan dengan sesama mahkum
alaih maka yang menghukumi ialah hakim.
6. Perbedaan Dari Hakim, Hukum, Mahkum Fih, Dan Mahkum Alaih
Hakim Hukum Mahkum Fih Mahkum Alaih
Menetapkan sesuatu Orang yang membuat Perbuaatan/ tingkah Orang-orang yang dibebani
atas sesuatu berupa Hukum dalam Ushul laku itu sendiri hukum
aturan-aturan. Fiqh pembuat hukum
adalah Allah SWT.
Sesuatu yang jelas Yang mengetahui tuntutan
keberadaan- nya Allah dan ia mampu
melaksanakannya
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Al-Hakim yang muthlaq hanyalah Allah SWT dan Hukum itu berasal dari Allah SWT
dan sifatnya Kekal yang semuanya tertulis dalam Al-qur’an. Namun tidak semua Hukum itu
diketahui oleh orang lain, maka dari itu Allah yang menetapkan Hukum dan Allah
menurunkannya kepada para Rosul baik dalam bentuk wahyu Al-Qur’an maupun wahyu
dalam bentuk sunnah.
Namun, dengan adanya manusia maka untuk menegakkan hukum-Nya, Allah mengutus
Rasul untuk menyampaikan risalah tersebut. Kemudian setelah Nabi tiada, tugas itu menjadi
tugas para mujtahid, ulama’, serta umat muslim itu sendiri untuk menegakkan hukum Allah
SWT.
Hukum adalah tuntunan bagi manusia, manusia disini adalah sebagai Mahkum ‘alaih atau
Subjek hukum. Subjek artinya pelaku, jadi subjek hukum ialah mengetahui tuntutan Allah
dan mampu melaksanakan tuntutan tersebut. Jika ada Subjek pastilah ada Objek, Objek
Hukum tersebut adalah “perbuatan” manusia itu sendiri.

B. Saran
Dalam era islam masa kini, masih banyak orang yang melanggar dan tidak mengikuti
aturan atau hukum yang dibuat Hakim. Padahal hukum sudah jelas tercantum dalam Al-
qur’an dan Sunnah Nabi. Manusia sebagai subjek hukum seharusnya dapat mampu
menjalankan perbuatan dalam Al-qur’an dan sunnah yang sebagai ojek hukum. Jika Subjek
dan Objek hukum tidak berjalan dengan baik, telah dijelaskan dalam hukum akan ada beban
hukum yang dibebankan pada manusia itu sendiri.
Demikianlah akhir makalah ini. Mohon maaf Jika ada kesalahan penulisan makalah yang
telah kami buat dan Terimakasih kepada pembaca yang telah membaca makalah tentang
Hukum, Hakim, Mahkum Fih, dan Mahkum ‘alaih yang kami buat. Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin, Amir. 2008. Ushul Fiqh. Jakarta. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP

Jumantoro, Totok. 2005. Kamus Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta. Amzah.

Hasbiyallah. 2014. Fiqh dan Ushul Fiqh (metode istinbath dan istidlal). Bandung:

Remaja Rosdakarya. Cet. Kedua.

Umar Muin. Dkk. 1986. ushul fiqh 1. Jakarta: proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan

Tinggi Agama/IAIN.

Umam Khairul. dkk. 2000. Ushul Fiqih 1. Bandung: Pustaka Setia. Cet. Kedua.

Karim Syafi’i. 2001. Fiqih-Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia. cet. Kedua.

Anda mungkin juga menyukai