PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Setelah memperhatikan pemaparan diatas penyusun dapat merumuskan
beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya :
1. Apa pengertian nusyuz ?
2. Bagaimana mengatasi nusyuz tidak terjadi ?
3. Apa saja macam-macam nusyuz ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. NUSYUZ
1. Pengertian Nusyuz
Kata nusyuz dalam bahasa Arab merupakan bentuk mashdar (akar kata) dari
kata ” نشوزا- ينشز- ”نشزyang berarti: ”duduk kemudian berdiri, berdiri dari, menonjol,
menentang atau durhaka.[1] Dalam konteks pernikahan, makna nusyuz yang tepat
untuk digunakan adalah “menentang atau durhaka”. sebab makna inilah yang paling
mendekati dengan persoalan rumah tangga.
Menurut Al-Qurtubi, nusyuz adalah:
“Mengetahui dan meyakini bahwa isteri itu melanggar apa yang sudah
menjadi ketentuan Allah dari pada taat kepada suami”[2]
Sedangkan menurut istilah, dalam kitab Al-Bajuri dikatakan bahwa Nusyuz
adalah:
“Nusyuz adalah keluar dari ketaatan (secara umum) dari isteri atau suami atau
keduanya”.[3]
Dari beberapa definisi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan nusyuz adalah pelanggaran komitmen bersama terhadap apa yang menjadi
kewajiban dalam rumah tangga. Adanya tindakan nusyuz ini adalah merupakan pintu
pertama untuk kehancuran rumah tangga. Untuk itu, demi kelanggengan rumah
tangga sebagaimana yang menjadi tujuan setiap pernikahan, maka suami ataupun
isteri mempunyai hak yang sama untuk menegur masing-masing pihak yang ada
tanda-tanda melakukan nusyuz.
Menurut Hamid ( 1977 : 250 ) nusyuz adalah tindakan istri yang dapat
ditafsirkan menentang atau membandel atas kehendak suami. Tentu saja kehendak
suami yang tidak bertentangan dengan hukum agama. Apabila kehendak suami
bertentangan atau tidak dapat dibenarkan oleh agama, maka istri berhak menolaknya.
Dan penolakan tersebut bukanlah sifat nusyuz ( durhaka ).
Sementara menurut Rasyid ( 1994: 398 ) nusyuz adalah apabila istri
menentang kehendak suami dengan tidak ada alasan yang dapat diterima menurut
hukum syara’, tindakan itu dipandang durhaka.seperti hal-hal dibawah ini :
a. Suami telah menyediakan rumah yang sesuai dengan keadaan suami,
tetapi istri tidak mau pindah kerumah itu, atau istri meninggalkan rumah tangga tanpa
izin suami.
b. Apabila suami istri tinggal dirumah kepunyaan istri dengan izin istri,
kemudian pada suatu waktu istri mengusir (melarang) suami masuk rumah itu, dan
bukan karena minta pindah kerumah yang disediakan oleh suami.
c. Umpamanya istri menetap ditempat yang disediakan oleh perusahaanya,
sedangkan suami minta supaya istri menetap dirumah yang disediakannya, tetapi istri
berkeberatan dengan tidak ada alasan yang pantas.
d. Apabila istri bepergian dengan tidak beserta suami atau mahramnya,
walaupun perjalanan itu wajib, seperti pergi haji, karena perjalanan perempuan yang
tidak beserta suami atau mahram terhitung maksiat.
Pasal 80
1) suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan
tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh
suami dan isteri.
2) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup beruma tangga sesuai dengan kemampuannya.
3) Suami wajib memberi pendidikan agama kepada isterinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan
bangsa.
4) Sesuai dengan pengahsilannya suami menanggung :
a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman isteri;
b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri
dan anak;
c. biaya pendidikan bagi anak.
Pasal 83
1) Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir dan batin
kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam;
2) Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya;
Pasal 84
1) Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak melaksanakan kewajiban-
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang
sah;
2) Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isteriya
tersebut pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk
kepentingan anaknya.
3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali setelah
isteri tidak nusyuz.
4) Ketentuan tentang ada atau tidaknya nusyuz dari isteri harus
didasarkan atas bukti yang sah.
Sayangnya, dalam Kompilasi Hukum Islam ini tidak dikenal adanya nusyuz
yang dilakukan suami. Padahal Islam jelas menegaskan nusyuz bia dilakukan suami
dan isteri. Bahkan, dalam banyak riwayat dikatakan suami lebih besar peluangnya
untuk melakukan nusyuz.
Cara penyelesaian
Jika isteri melakukan nusyuz, ada beberapa cara yang bisa ditempuh suami
untuk meredakan nusyuz sang isteri. Surat an- Nisa’ ayat 34 menjelaskan:
“Wanita-wanita yang kamu khawatir nusyuznya, maka nasehatilah mereka
dan pisahkan diri dari tempat tidur mereka dan pukullah mereka, kemudian jika
mereka mentaatimu maka janganlah mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar”. (An-Nisa:34)
Bedasarkan ayat tersebut, sekurangnya ada tiga cara menghadapi isteri yang
melakukan nusyuz. :Pertama, menasehati dengan tegas agar ia dapat kembali
menjalankan kewajibannya dengan baik sebagai istri. Peringatan yang diberikan
sepatutnya mengarahkan kepada pemulihan hubungan dalam rumah tangga. Disini
suami dituntut bijaksana dalam perkataan dan perbuatan. Tegas bukan berarti kasar.
Kedua, berpisah tempat tidur. Cara ini baru dilakukan jika cara yang pertama
tidak mempan. Kalimat “( ”واهجروهنpisahkan mereka) dalam surat An-Nisa ayat 34
ditafsirkan sebagian ulama sebagai tindakan seorang suami tidak melakukan
hubungan seksual atau tidak diajak bicara sekalipun tetap berhubungan seksual. Bisa
juga suami boleh tidur bersama sampai istri kembali taat. Atau tidak didekatkan
ranjangnya dengan isteri.[7]
Ketiga, jika cara pertama dan kedua tidak bisa membuat isteri berubah
menjadi taat kepada komitmen bersama dalam membangun rumah tangga, maka jalan
terakhir adalah dengan memukulnya. Akan tetapi pemukulan di sini tidak bisa
diartikan sebagai memukul dengan tangan atau alat secara kasar apalagi melukai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Nusyuz adalah tindakan istri yang dapat ditafsirkan menentang atau
membandel atas kehendak suami. Begitu pula sebaliknya. Tentu sajasepanjang
kehendak tersebut tidak bertentangan dengan hukum agama. Apabila kehendak
tersebut bertentangan atau tidak dapat dibenarkan oleh agama, maka suami/istri
berhak menolak. Dan penolakan tersebut bukanlahtermasuk nusyuz ( durhaka ).
2. Macam-macam nusyuz adalah nusyuznya istri terhadap suami dan
nusyuznya suami terhadap istri
3. Jika terjadi nusyuz, maka penyelesaiannya, pertama dengan nasihat,
kedua dengan hijrah tempat tidur (mendiamkannya, bukan berarti pisah ranjang),
ketiga dengan pukulan ringan selain wajah dan bagian kepala.{apabila yang
melakukan nusyuz adalah istri}. Sedangkan apabila yang melakukan nusyuz adalah
suami, maka cara penyelesaiannya adalah dengan istri yang mengajak suami
bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah tersebut baik-baik. Apabila tidak bisa,
maka jalan yang kedua adalah mengahdirkan hakam dari pihak suami dan istri untuk
berunding.
4. Syiqaq adalah putusnya ikatan perkawinan. Hal tersebut mungkin timbul
disebabkan oleh prilaku dari salah satu pihak.
5. Cara menyelesaikanya adalah dihadirkan dua orang dari pihak suami
maupun istri yang disebut hakamain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Abu Adillah bin Muhammad. Jami’ ahkami Qur’an jilid III.
Bairut:Dar Al-Fikr
Al-Thabary, Abu Ja’far. Jami’ al-Bayan ‘An Ta’wil ‘Ayil Qur’an, Jilid V.
As-Syuti Jalaluddin. Al-Durru Al-Mansyur. Bairut:Dar al-Fikr
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahannya. PT. Sari Agung