Anda di halaman 1dari 8

MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA

DALAM BENTUK NASKAH

NAMA PENYULUH : RAHMAH YULIS,SHI


NIP : 197911022005012004
JENIS KELOMPOK BINAAN : LPM / MAJLIS TAKLIM
BIDANG PENYULUHAN : AKHLAQ
TEMA : ADAB DALAM RUMAH TANGGA

A. PENDAHULUAN

Dalam ajaran agama Islam, terdapat 4 macam kriteria umum dalam


menentukan pasangan hidup seseorang, karena dalam menentukan pasangan
hidup tidak cukup hanya dengan modal cinta semata, melainkan terdapat
beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seseorang bila menginginkan
pasangan hidup yang dapat membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat
nanti. Dari beberapa uraian diatas maka kita harus berhati-hati dalam
menentukan pasangan hidup kita, karena jika kita kurang tepat dalam
menentukan pasangan hidup kita, maka akan berdampak bagi kehidupan kita di
dunia maupun di akhirat.

B. PEMBAHASAN

a. Hak, Kewajiban Dan Kasih Sayang Suami Isteri

Salah satu tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk mencari


ketentraman atau sakinah. Allah swt berfirman Q.S. Ar-Ruum: 21:

‫َو ِمْن َء اَٰي ِتِهٓۦ َأْن َخ َلَق َلُك م ِّمْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َٰو ًج ا ِّلَت ْس ُكُنٓو ۟ا ِإَلْي َه ا َو َج َع َل َب ْي َن ُك م َّمَو َّد ًة َو َر ْح َم ًة ۚ ِإَّن ِفى َٰذ ِلَك َلَء اَٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َي َتَفَّك ُروَن‬

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum: 21).

1. Empat Kriteria Pasangan Hidup

Salah satu tujuan perkawinan dalam islam adalah untuk mencari


ketenteraman atau sakinah. Mencari dan memilih pasangan hidup haruslah
berhati-hati harus sesuai dengan bimbingan yang diberikan oleh Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW menyebutkan tiga kriteria yang mengikuti kecendurungan
atau naluri setiap orang yaitu tentang kekayaan, kecantikan dan keturunan
1
kemudian diakhiri dengan satu kriteria poikok yang tidak boleh ditawar-tawar
yaitu agama. Adapun yang ditekankan dalam agama Islam kalau mencari
pasangan hidup atau isteri itu bukan dari kekayaan, kecantikan ,keturunan, tetapi
mencari pasangan hidup atau isteri itu yaitu dilihat dari agamanya baik apa
tidaknya insya allah akan langgeng. Tetapi jika melihat dari kecantikan,
keturunan dan kekayaan itu belum tentu akan bahagia dalam rumah tangganya.

2. Hak-hak Bersama Suami Isteri

Dalam hubungan suami isteri di samping hak masing-masing ada juga hak
bersama yaitu: Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah
dan rahmah.

a. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan


warohmah.

b. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing


pasangannya.

c. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis.

d. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.

3. Kewajiban Suami Kepada Isteri

Hak isteri atau kewajiban suami kepada isteri ada 4 yaitu;

a. Mahar

Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk isteri. Suami tidak
boleh memanfaatkannya kecuali seizing dan serela isteri. Jumlah minmal
dan maksimal mahar tidak ditentukan oleh syara’. Tergantung
kemampuan sumi dan kerelaan isteri. Yang penting ada nislainya. Bahkan
boleh dengan sepasang sandal, atau mengajarkan beberapa ayat Al-
Qur’an, atau masuk Islam, seperti yang penah terjadi di zaman Rasulullah
saw.

Diriwayatkan dari Amir Ibnu Rabiah bahwa seorang wanita dari Bani
Fazarah kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu Rasulullah Saw
bertanya” Apakah engkau rela dari diri dan hartamu dengan sepasang
sandal? Perempuan itu menjadwab “Ya”. Lalu Rasulullah SAW
membolehkannya. (HR. Ahmad, Ibnu Majjah dan Tirmidzi).

b. Nafkah

Nafkah adalah menyediakan segala keperluan isteri berupa


makanan, minuman, pakaian, rumah, pembantu, obat-obatan dan lain-lain.
Hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur’an, sunnah, dan ijma Dan kewajiban

2
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
ma`ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya.

c. Ihsan al-Asyarah

Ihsan al-Asyarah artinya bergaul dengan isteri dengan cara yang


sebaik-baiknya. Teknisnya terserah kepada kita masing-masing suami.
Misalnya: membuat isteri gembira, tidak mencurigai isteri, menjaga rasa
malu isteri, tidak membuka rahasia isteri kepada orang lain,
mengizinkannya mengunjungi orang tua dan familinya, membantu isteri
apabila ia memerlukan bantuan sekalipun dalam tugas-tugas rumah
tangga, menghormati harta miliknya pribadi dan lain-lain. Ihsan al-
Asyarah adalah suatu kewajiban berdasarkan firman Allah:

ۚ ‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا اَل َت ْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َب ْي َن ُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َت ُك وَن ِتَٰج َر ًة َع ن َت َر اٍض ِّمنُك ْم ۚ َو اَل َت ْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم‬
‫ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ْم َر ِحيًما‬

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (Q.S.An-Nisa: 29).
Rasulullah saw sudah memberikan contoh teladan bagaimana bergaul
dengan isteri dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu beliau menegaskan:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling
baik akhlaknya. Dan yang paling baik di antara mereka ialah yang paling
baik terhadap isterinya (HR. Ahmad).

d. Membimbing dan mendidik keagamaan isteri

Seorang suami bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap isterinya


karena dia adalah pemimpinya. Setiap pemimpin harus mempertanggung
jawabkan. Oleh karena itu, menjadi kewajiban suami mengajar dan
mendidik isterinya supaya menjadi seorang imraah shalihah. Dia harus
mengajarkan hal-hal yang harus diketahui oleh seorang wanita tentang
masalah agamanya terutama syariah, seperti masalah thaharah, wudhu,
haidh, nifas, shalat, puasa, dzikir, membaca Al-Qur’an, kewajiban wanita
terhadap suami, anak-anak, orang tua, tetangga dan karib kerabat.

Juga cara berpakaian dan tata pergaulan yang isteri serta hal-hal lainnya.
Disamping mengajar, seorang suami mempunyai kewajiban untuk
membimbing isterinya mengamalkan ajaran islam. Jika seorang suami
tidak mampu mengajarkannya sendiri, dia harus memberikan izin kepada
3
isterinya untuk belajar di luar atau mendatangkan guru ke rumah atau
minimalkan buku bacaan.

4. Kewajiban Isteri Kepada Suami

Hak suami atau kewajiban isteri kepada suami hanya dua; (1) patuh pada suami
dan (2) bergaul dengan suami dengan sebaik-baiknya (ihsan al-asyarah)

a. Patuh pada suami

Seorang isteri wajib mematuhi suaminya selama tidak dibawah ke lembah


kemaksiatan. Aisyah ra pernah bertanya kepada Rasulullah tentang
orang yang paling berhak dipatuhi oleh seorang isteri. Rasulullah
menjawab “suaminya” (HR. Hakim).

Dalam kesempatan lain lebih ditekankan lagi oleh Rasulullah saw:

“Kalau aku boleh memerintahkan seseorang sujud kepada seseorang,


tentu akan aku perintahkan seseorang isteri untuk sujud pada suaminya
(HR. Tirmidzi).

b. Ihsan al-Asyarah (Bergaul sama Istrinya)

Ihsan al-Asyarah istri terhadap suaminya antara lain dalam bentuk:


menerima pemberian suami, lahir dan batin dengan rasa puas dan
terimakasih, serta tidak menuntut hal-hal yang tidak mungkin, meladeni
suami dengan sebaik-baiknya (makan, minum, pakaian dan sebagainya),
memberikan perhatiain pada suami sampai hal-hal yang kecil-kecil
(misalnya kalau suami pergi kerja antaralah sampai kepintu, kalau pulang
jemputlah ke pintu, sehingga hati suami terpaut untuk selalu dirumah
apabila tidak bertugas), menjaga penampilan supaya selalu rapid an
menarik, dan lain-lain sebagainya.

C. Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan orang tua


kepada Allah SWT. Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih
sayangnya. Anak juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua di
akhirat kelak. Oleh sebab itu orang tua harus memelihara, membesarkan,
merawat, menyantuni dan mendidik anak-anaknya denga penuh tanggung jawab
dan kasih sayang.

Dengan pengertian seperti itu hubungan orang tua dengan anak dapat dilihat dari
tiga segi:

1. Hubungan tanggung jawab

4
Anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada orang tua
untuk dapat dibesarkan, dipelihara, dirawat, dan dididikdengan sebaik-baiknya.
Orang tua adalah pemimpin yang bertugas memimpin anak-anaknya dalam
kehidupan di dunia ini. Kepemimpinan itu harus dipertanggung jawabkannya
nanti di hadapan Allah SWT.

2. Hubungan kasih sayang

Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Setiap


manusia yang normal pasti mendambakan kehadiran anak-anak dirumahnya.
Kehidupan rumah tangga, sekalipun bergelimangan harta benda, itu belum
terasa lengkap kalau belum mendapatkan anak.

3. Hubungan masa depan

Anak adalah investasi masa depan di akhirat bagi orang tua. Karena anak
yang saleh akan selalu mengalirkan pahala kepada kedua orang tuanya. Dengan
tiga alasan di ataslah seorang muslim didorong untuk dapat berfungsi sebagai
orang tua dengan sebaik-baiknya.

EMPAT TIPOLOGI ANAK

1. Anak sebagai perhiasan hidup dunia

Al Qur’an menyatakan anak adalah perhiasan hidup dunia (Zinatul al hayah ad


dunya)

‫ٱْلَم اُل َو ٱْلَب ُنوَن ِز يَن ُة ٱْلَح َي ٰو ِة ٱلُّد ْن َي اۖ َو ٱْلَٰب ِقَٰي ُت ٱلَّٰص ِلَٰح ُت َخ ْيٌر ِع نَد َر ِّب َك َث َو اًبا َو َخ ْيٌر َأَم اًل‬

Artinya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan


yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan”. (Qs. Al Kahfi: 46)
Sepasang suami istri merasa rumah tangganya belum lengkap kalau
belum mendapatkan anak. Ibarat perhiasan, anak-anak berfungsi memperindah
rumah tangga. Tetapi orang tua yang hanya memfungsikan anak sebagai
perhiasan dan melupakan pembinaan dan pendidikannya akhirnya menjadikan
anak tidak lebih dari sebuah “pajangan” yang secara fisik dapat dibanggakan
tetapi kualitas sama sekali mengecewakan baik kualitas iman,ilmu,maupun
amalnya.

2. Anak sebagai ujian

Selain sebagai perhiasan hidup dunia anak juga menjadi ujian (fitnah) bagi
kedua orang tuanya. Allah berfirman:

‫َو ٱْع َلُم ٓو ۟ا َأَّنَم ٓا َأْم َٰو ُلُك ْم َو َأْو َٰل ُد ُك ْم ِفْت َن ٌة َو َأَّن ٱَهَّلل ِع نَد ُهٓۥ َأْج ٌر َع ِظ يٌم‬

5
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.(Qs.Al-Anfal 8;28)
Orang tua diujii dengan kehadiran anaknya.apakah anak-anak dapat
melalaikan dari beribadahkepada allah swt atau apakah dia mampu
melaksanakan tugasnya sebagai orang tua yan baik;mendidik dan membina
anaknya menjadi anak yang saleh.fitnah juga dalam arti anak bisa
menyengsarakan dan mencemarkan nama baik orang tuanya.biasanya orang
akan mengaitkan langsung kebaikan atau keburukan seorang anak dengan
orang tuanya.

3. Anak sebagai musuh

Anak juga bisa menjadi musuh bagi kedua orang tuanya.

Allah berfirman:

‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّن ِمْن َأْز َٰو ِج ُك ْم َو َأْو َٰل ِد ُك ْم َع ُد ًّو ا َّلُك ْم َف ٱْح َذ ُروُه ْم ۚ َو ِإن َت ْع ُفو۟ا َو َت ْص َفُحو۟ا َو َتْغ ِفُرو۟ا َف ِإَّن ٱَهَّلل َغ ُفوٌر َّر ِحيٌم‬

Artinya:

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-


anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(At Taghabun: 14).
Sungguh sangat mengecewakan kalau sampai anak menjadi musuh
orang tua. Musuh bisa berarti secara fisk dan bisa juga dari segi ide, pikiran,
cita-cita, dan aktivitas

4. Anak sebagai cahaya mata

Istilah yang keempat ini oleh Al Qur’an diistilahkan dengan Qurratu A’yun
(cahaya mata). Allah berfirman:

‫َو ٱَّلِذيَن َي ُقوُلوَن َر َّب َن ا َه ْب َلَن ا ِمْن َأْز َٰو ِج َن ا َو ُذ ِّر َّٰي ِتَن ا ُقَّر َة َأْع ُيٍن َو ٱْج َع ْلَن ا ِلْلُم َّت ِقيَن ِإَم اًما‬

Artinya:

“Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al Furqon: 74)
Qurrata ‘Ayun berarti cahaya mata, permata hati, sangat menyenangkan.

ANAK SALEH TIDAK DILAHIRKAN

Anak saleh tidak dilahirkan, tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan.
Rasululloh saw mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkandalam keadaan fitrah.
Setiap orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan
potensi dasar keislaman anak sehingga anak tersebut tumbuh dan berkembang

6
menjadi muslim yang benar-benar menyerahkan diri secara total kepda Allah
SWT.

PENDIDIKAN YANG SEIMBANG

Pembinaan atau pendidikan yang akan melhirkan anak saleh adalah


pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek
yang ada pada diri manusia; hati; akal dan fisik. Seorang pendidik harus
menyantuni ketiga-tiganya. Masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri
sendiri. Ketiganya harus harmonis dan seimbang. Pendidika yang seimbang,
harmonis dan utuh diistilahkan oleh para ahli dengan tarbiyah mutakamilah.

Pendidikan iman harus dimulai sejak dini. Secara tidak langsung


Rosululloh saw mengajarkan beberapa hal sehubungan dengan pendidikan
iman, antara lain: memperdengarkan azan dan iqomah masing-masin ditelinga
kanan dan kiri bayi yang baru lahi, mengucapkan kalimat thayyibah la ilaha
ilallah kepada anak kecil, menyuruh anak sholat tatkala berumur 7 tahun dan
memberikan sanksi kalau meninggalkan sholat pada umur 10 tahun, mendidik
anak mencintai Rosulullah saw dan keluarga beliau, mengajari anak membaca Al
Qur’an dan lain sebagainya.

Di samping itu Rosulullah menganjurkan kepada orang tua untuk


memberi nama anaknya dengan nama yang baik, yang mengandung harapan
atau do’a. Dan juga mencicipkan korma atau madu kedalam mulut bayi, dan
sebaiknya dilakukan oleh seseorang yang saleh dengan harapan semoga anak
juga menjadi hamba Allah yang saleh kelak kemudian hari. Pada hari ketjuh
orang tua menyelenggarakan upacara aqiqah anaknya dengan memotong da
ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan. Pada
hari itulah nama ank diresmikan.

C. PENUTUP

Keluarga yang sakinah mawadan dan warohmah yang di ridhoi Allah


SWT selalu berkaitan dengan akhlak dalam keluarga baik diantaranya adalah
birrul walidain,hak kewajiban dan kasih sayang suami istri,kasih sayang dan
tanggung jawab orang tua terhadap anak,serta silaturrahim dengan karib
kerabat. Oleh karena itu dalam sebuah keluarga di butuhkan akhlak dalam
keluarga. Apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan dalam
rumah tangga, pada umumnya di karenakan kurangnya akhlak dalam keluarga.
Semoga apa yang kami sampaikan berguna bagi kedepannya, dan menjadi tolak
ukur bagi kita untuk menuju serta mendapat ridho Allah dan agar kita semua
mendapatkan kebahagia dunia akhirat.

7
Mengetahui Atasan Langsung Lasi , Februari 2019
Kasi Bimas Islam Penyuluh Agama Islam Fungsional

PEBRIDONI, MA RAHMAH YULIS, SHI


NIP. 198402092011011004 NIP. 197911022005012004

Anda mungkin juga menyukai