Anda di halaman 1dari 30

AKHLAK DALAM

BERUMAH TANGGA
MACAM-MACAM PERNIKAHAN
PRA ISLAM
 1. Al-Istibdha’
Praktik perkawinan semacam ini bertujuan mencari bibit
unggul sebagai keturunan. Caranya, suami memerintahkan
istrinya untuk tidur seranjang dengan laki-laki yang gagah
perkasa, kaya dan pandai. Harapannya agar anak yang
dilahirkannya nanti dari hasil hubungan seks menjadi sama
dan setidaknya meniru jejak dan karakter sang ayah.
Meskipun, ayahnya itu bukanlah suaminya yang sah. Suami
memerintah istrinya ketika sang isteri suci dari haidhnya:
“Pergilah engkau kepada si fulan (biasanya adalah seorang
yang tampan / bagus rupanya, dsb), dan kumpullah engkau
dengannya (yakni jima’)”. Setelah itu suami yang pertama
tadi tidak akan menyentuhnya sama sekali sampai jelas
bahwa si isteri itu hamil dari laki-laki tersebut. Jika telah
nyata hamil maka si laki-laki yang terakhir ini dapat
memiliki isteri itu, jika ia mau.
2. AL-MUKHADANAH

Perkawinan ini tak ubahnya dengan poliandri.
Poliandri adalah Satu orang perempuan
memiliki banyak suami. Jika si perempuan
hamil maka salah satu dari laki-laki yang
menggauli harus mengakui bahwa anak yang
dikandung si perempuan adalah anaknya.
Sedangkan siapa yang mau dijadikan bapak
dari anaknya tergantung pilihan perempuan.
Dan biasanya penunjukan ayah dari jabang
bayi setelah jabang bayi lahir.
4. PERKAWINAN WARISAN

Perkawinan ini terjadi karena ada anggapan bahwa
seorang istri itu tidak lebih dari barang warisan yang
dapat diberikan kepada siapa saja yang mengendaki.
Jadi, saudara suami dapat mewarisi jika suaminya
telah meninggal. Istri yang ditinggalkan mati
suaminya itu tidak berhak menolak atau kembali
pada keluarganya sebelum sang saudara suami itu
datang dan memperbolehkan kembali pada
keluarganya. Begitu pula bila sang ayah meninggal
dunia, anak sulungnya berhak mengawini istri
ayahnya yang bukan ibu kandungnya. Perkawinan
model ini banyak dilakukan di Persia.
MAKNA NIKAH
 Makna nikah secara bahasa : ‫ا لوط ء‬ yang artinya
Menggauli/memasukan.

 Makna Istilahi : “Terjalinnya akad antara seorang


lelaki dengan seorang perempuan dengan tujuan
adanya saling mengambil kenikmatan satu sama
lainnya serta membina sebuah rumah tangga yang
shalihah dan masyarakat yang baik?

 Fikih Nikah : yakni suatu hukum-hukum syara’ yang


menjelaskan mengenai ketentuan-ketentuan nikah
menurut ajaran Islam.
HUKUM NIKAH
 Sunah ; Bagi Mereka yang masih bisa
menahan untuk tidak berbuat zina.
 Wajib ; Bagi mereka yang jika tidak menikah
akan terjeremus kepada perzinaan. Alias
kebelet
 Haram : bila seseorang tidak mampu
memberi nafkah lahir maupun batin pada
istrinya.
 Makruh :bila orang tersebut syahwatnya
lemah dan tidak mampu memberikan belanja
pada istrinya.
ْ‫َوِم ْن آيَاتِِه َأ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّم ْن َأن ُف ِس ُك ْم َْأزَواجاً لِّتَ ْس ُكنُوا‬
ٍ ‫ك آلي‬
‫ات‬ ِ‫ِإلَيها وجعل بين ُكم َّمو َّدةً ورحمةً ِإ َّن يِف َذل‬
َ َ َ ْ َ َ ََّ ٍَ َْ َ َ َ َ َ ْ
)21 : ‫لَِّق ْوم يََت َفكُرو َن (الروم‬
Termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Allah menciptakan jodohmu dari jenismu
sendiri, agar kamu menemukan ketenangan di
sampingnya, Ia juga menciptakan kasih dan
sayang (yang mengikat). Sesungguhnya yang
demikian itu benar-benar merupakan tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir
(Q, s. ar-Rūm/30:21)
RUKUN NIKAH
 Adanya Kedua Mempelai

 Adanya Wali

 2 Saksi

 Shigah Nikah : (Ijab wa Qabul)


ADAB MELAMAR DALAM ISLAM
 1. Tidak boleh melamar wanita yang telah lebih dahulu dilamar oleh
saudaranya sesama muslim.
 Hal ini berdasarkan sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:
 “Tidak boleh seorang lelaki melamar di atas lamaran saudaranya”1.
 Dalam sebuah riwayat:
 “Kecuali jika pelamar pertama meninggalkan lamarannya atau dia (pelamar
pertama) mengizinkan dirinya”2.
 (b). Subur lagi penyayang, karenanya dibenci menikah dengan lelaki atau
wanita yang mandul. Dari hadits Ma’qil bin Yasar -radhiallahu ‘anhu-, beliau
berkata:
 “Pernah datang seorang lelaki kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- lalu
berkata,”Saya menyenangi seorang wanita yang memiliki keturunan yang baik
lagi cantik hanya saja dia tidak melahirkan (mandul), apakah saya boleh
menikahinya?”, beliau menjawab, ["tidak boleh"]. Kemudian orang ini datang
untuk kedua kalinya kepada beliau (menanyakan soal yang sama) maka beliau
melarangnya. Kemudian dia datang untuk ketiga kalinya, maka beliau
bersabda: ["Nikahilah wanita-wanita yang penyayang lagi subur, karena
sesungguhnya saya berbangga dengan banyaknya jumlah kalian pada Hari
Kiamat"]12.
ADAB MELAMAR
 (c). Hendaknya memilih wanita yang masih perawan. Hal
ini berdasarkan Jabir  bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu-
bahwasanya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya
kepadanya, “Wanita apa yang kamu nikahi?”, maka dia
menjawab, “Saya menikahi seorang janda”, maka Nabi -
Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
 “Tidakkah kamu menikahi wanita yang perawan?! yang
kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain
denganmu?!”13.
 (d) Memilih Calon pendamping yang soleh dan solekhah .
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda tatkala
beliau ditanya tentang wanita yang paling baik:
 “Wanita yang taat jika disuruh, menyenangkan jika
dilihat, serta yang menjaga dirinya dan harta suaminya”4.
FAKTOR MENJADI KELUARGA
SAKINAH
 TERDAPAT DUA FAKTOR :
 1. MAWADDAH (KASIH)
 2. ROHMAH (SAYANG)
 MAWADDAH LAHIR DARI SESUATU BERSIFAT
JASMANI (CANTIK, GAGAH DSB)
 ROHMAH LAHIR DARI SESUATU YANG
BERSIFAT LAHIRIYYAH.
Rumah membuat orang hidup tenang,
‫املسكن‬ nyaman, sejuk dan damai. Rumah merupakan
penghalang bagi aib seseorang. Orang yang
tinggal di dalam rumah relatif lebih tenang dan
Rumah
damai dibandingkan yang tinggal di jalanan.

‫السكينة‬

Sebelum digunakan untuk menyembelih


‫السكني‬
ّ hewan qurban, Islam memerintahkan agar
pisau diasah hingga tajam sehingga tidak
Pisau membuat sakit hewan sembelihan. Pisau yang
tajam disebut “sikkin”.
‫‪KONSEP MAKNA‬‬
‫اجلماع‬ ‫الولد‬
‫العطف‬ ‫العطف‬
‫املودة‬ ‫احملبة‬ ‫الشفقة‬ ‫الرمحة‬
‫حب الرجل‬
‫رمحته إياها‬
‫امرأته‬

‫‪simpatik yang didasarkan atas rasa kasih sayang :‬‬ ‫العطف‬


‫‪rasa kasihan‬‬ ‫الشفقة ‪:‬‬
KRITERIA MENCARI PASANGAN
 1. HARTA
 2. KETURUNAN
 3. KECANTIKAN
 4. AGAMANYA
 Namun diantara keempat kriteria ini AGAMA
merupakan faktor yang paling afdol atau
utaa dibanding yang lain.
MENUJU KELUARGA
SAKINAH
 Kesiapan / Kematangan secara Fisik
 Kematangan secara Mental
 Kematangan secara Sosial
KEMATANGAN SECARA
SOSIAL
 Mampu membina
hubungan antara
anggota keluarga
dan lingkungan
 Hubungan antar
anggota keluarga
 Hubungan dengan
tetangga dan
masyarakat
KEMATANGAN SECARA
MENTAL
Berperanlah sebagai pasangan seks yang baik
Berperanlah sebagai pendamping
Berperanlah sebagai sahabat
Berperan sebagai pendorong semangat
Berperan sebagai penasehat
Berperan sebagai stabilisator
Berperan sebagai orang tua
Penyesuaian diri dengan lingkungan dan tanggung
jawab
KEMATANGAN SECARA FISIK
 Calon mempelai kedua-duanya sudah
cukup dewasa. Bagi pria dianjurkan
menikah setelah berumur 25 tahun
dan wanita setelah berumur 20 tahun.
UU Perkawinan tahun 1974 (pasal 7
ayat 1) menyebutkan : batas minimal
umur pria 19 tahun dan wanita 16
tahun
 Memeriksa kesehatan sebelum
perkawinan
HAK SUAMI DAN ISTRI
 1. HAK TAMATTU’ BADANI
 Karena sifatnya hak bersama maka sudah
pasti menjadi kewajiban bersama.
 2. HAK SALING MEWARISI
 Ada dua sebab : Hubungan darah dan
Hubungan Perkawinan
 3. HAK NASAB ANAK
KEWAJIBAN SEORANG SUAMI
 Membayar Mahar. Hukumnya wajib dan suami tidak
boleh mempergunakan mahar kecuali atas izin istri.
Jumlah minimal dan maksimalnya tergantung Syara’
atau kemampuan suami. Yang penting ada nilainya.
 2. NAFKAH (Menyediakan segala keperluan istri berupa
makanan, minuman, pakaian dsb) Hukumnya WAJIB.
 “ KEWAJIBAN ATAS BAPAK MEMBERI BELANJA IBU
ANAKNYA DENGAN MA’RUF TIDAK DIBERATI SESEORANG
KECUALI SESUAI DENGAN KEMAMPUANNYA. “
 3. IHSAN AL ASYARAH (bergaul dengan istri dengan
sebaik-baiknya)HUKUMNYA WAJIB “ …….bergaullah
dengan istrimu dengan cara yang ma’ruf”
 4 MEMBIMBING DAN MENDIDIK KEAGAMAAN ISTRI
KEWAJIBAN SEORANG ISTRI
 1. PATUH PADA SUAMI
 “KALAU AKU BOLEH MEMERINTAHKAN SESEORANG
BERSUJUD KEPADA SESEORANG TENTU AKU AKAN
PERINTAHKAN SEORANG ISTRI SUJUD KPD SUAMINYA”
 SIFATNYA TIDAK MUTLAK HANYA SEBATAS DENGAN
PERKARA MA’RUF
 2. IHSAN AL ‘ASYARAH
 BENTUK-BENTUKNYA:
 1. MENERIMA PEMBERIAN SUAMI, TIDAK MENUNTUT
HAL-HAL YANG TIDAK MUNGKIN, MELADENI SUAMI
DENGAN SEBAIK-BAIKNYA, MEMBERIKAN PERHATIAN
KEPADA SUAMI.DSB
HIKMAH PERKAWINAN
 1. IBADAH KARENA ALLAH
 2. PENYALURAN KEBUTUHAN BIOLOGIS
 3. MEMELIHARA DIRI DARI DOSA
 4. MENJAGA MASYARAKAT DARI KERUSAKAN
DAN DEKADENSI MORAL
 5. MEMPERKOKOH HUBUNGAN ANTARA
KELUARGA DAN GOLONGAN.
 6. MELESTARIKAN KETURUNAN UMAT
MANUSIA.
FUNGSI KELUARGA
 Fungsi afektif dan reproduksi
 Fungsi religius
 Fungsi protektif
 Fungsi edukatif
 Fungsi sosial
KEKERASAAN DALAM RUMAH
TANGGA DALAM PERPEKTIF ISLAM
BENTUK KDRT
 KEKERASAN FISIK
 Dalam hubungan suami istri
 Dalam muamalah keseharian
PRESENTASI KDRT DI
INDONESIA
 2007 ADA 26.000 LAPORAN KDRT
 2008 NAIK MENJADI 56.000
 LAPORAN TERBANYAK BERASAL DARI JAWA
DAN SUMATERA. SELAIN ITU JUGA DARI
SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA.
 Faktor meningkatnya KDRT :
 1. Pandangan masyarakat yang masih tabu
dalam permasalah keluarga.
 2. sifat malu dari istri
FAKTOR KDRT
Watak asli dari pasangan
Faktor sosial dan ekonomi
Perbedaan prinsip
Pemahaman keagamaan yang kurang
Budaya masyarakat yang masih memandang rendah wanita.
Pengaruh lingkungan atau film.
LANJUTAN……..
 1. KDRT melanggar dari maksud dari sebuah
hubungan keluarga.
 2. Agama memandang pernikahan sebagai “mitsaqan
ghalidza” perjanjian yang kuat (an-Nisa’:21) yang
menuntut setiap orang yang terikat di dalamnya untuk
memenuhi hak dan kewajibannya.
 3.Agama memandang rumah tangga sebagai amanah
yang harus dijaga sebaik**nya.
 4. Agama memandang setiap anggota keluarga sebagai
pemimpin dalam kedudukannya masing**.
INTINYA……
 CINTA BUKAN SEGALANYA .. (1)
 Cinta yang didasari semata-mata oleh ketertarikan dan gairah
asmara, akan cepat pudar.
 Pernikahan yang digerakkan oleh ketertarikan dan rangsangan
seksual, akan segera menemukan kehampaannya. Setelah bulan
madu berakhir, mereka akan memasuki bulan-bulan empedu. Cinta
yang dulu kita buru dengan menggebu-gebu, sekarang tinggal
kenangan yang menusuk kalbu. Meski masih hidup dalam satu
rumah, kehadirannya serasa jauh di mata. Bila di awal pernikahan,
berpisah satu jam sudah terasa menggelisahkan; hari ini, berkumpul
seharian terasa membosankan, sehingga tak ada yang kita harap
selain kepergian, : Kok, di rumah terus, kenapa sih ?”
( Human development (1995) Diane E. Papalia & Sally
Wendkos Olds)
KOMITMEN & HARAPAN
 Ketika manusia yang mendekati kesempurnaan
hampir-hampir tak dapat kita temukan, kita
perlu meluaskan jiwa agar tidak menggikan
harapan. Sebaliknya, kita perlu menguatkan
komitmen untuk saling memperbaiki & menolong
dalam meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.
 Sungguh, amat berbeda antara komitmen dan
harapan. Komitmen mendorong kita untuk lebih
mampu menerima keadaan, sekaligus pada saat
yang sama memperjuangkannya ke tingkat yang
lebih baik. Adapun harapan yang tinggi membuat
kita peka terhadap kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai