INDAHNYA MEMBANGUN
KELOMPOK : 7
WIDYA ASTUTI
WIDYA PRATIWI
YUSA DIYANA
Bab 7. Indahnya Membangun Mahligai Rumah
Tangga
Peta konsep.
Pernikahan dalam
UUPRI
Hikmah
pernikahan dalam
Islam
Ketentuan
pernikahan dalam
Islam.
PERNIKAHAN
Keluarga
Berbicara tentang single parent, orang tua tunggal, ada orang
berkata :”Tahukah kamu bahwa saat ini dinegara Barat orang lebih tahu
asal usul kucing atau anjing mereka dibandingkan asal usul mereka
sendiri?”ketika ditanya kenapa, jawabnya:”pergaulan sesama sudah
demikian liberalnya. Tentu kita terpana mendengar ini semua. Apa
jadinya pergaulan model begini diikuti oleh generasi muda di Indonesia
yang mayoritas pemeluknya adalah muslim?
sebebas-bebasnya manusia dalam bertindak, dia tidak dapat
melepaskan dirinya dari ketetapan Allah Swt. Anak butuh kasih sayang
ayah dan ibu dalam suatu kumpulan yang disebut keluarga. keluarga yang
sakinah yang dapat membuat hati seorang anak tenang dan menjadi
wadah bagi si anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia
dewasa, adalah keinginan hakiki bagi semua manusia yang normal.
A. Anjuran Menikah.
1. Pengertian Pernikahan.
Secara bahasa, arti “nikah”berarti mengumpulkan,
menggabungkan, atau menjodohkan “. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “nikah” diartikan sebagai”perjanjian antara laki-laki dan
perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi)atau “pernikahan”.
Sedang menurut syari’ah, “nikah” berarti akad yang menghalalkan
pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya
yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam undang-undang pernikahan RI (UURI) Nomor 1
Tahun 1974 defenisi atau pengertian perkawinan atau pernikahan
ialah “ ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang berbahagia dan kekalberdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
Pernikahan sama artinya dengan perkawinan. Allah Swt.berfirman :
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bila kamu kamu mengawininya),
maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil, maka (kawinilah) seorang saja, dan budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.”. (Q.S. an-Nisa/4:3).
2. Tujuan pernikahan.
3. Hukum Pernikahan.
A. Wajib
Yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi
maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan
untuk menikah, jika tidak menikah, maka di khawatir kan akan jatuh
pada perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah.
B. Sunnah
Yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah
namun tidak di khawatir kan dirinya akan jatuh kepada perbuatan
maksiat, sekiranya tidak menikah.
C. Mubah
Bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak
membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali separti orang
yang impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi,
sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah
(berakal)
D. Haram
Yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang
berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan
kewajiban-kewajiban lainnya.
E. Makruh
Yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir
akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya , atau manzalimi hak-hak
istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak
manusia, tau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan
keturunan.
4. Orang-orang yang Tidak Boleh Dinikahi
Al-Qur’an telah menjelaskan tentang orang-orang yang tidak boleh
(haram) dinikahi (Q.S an-nisa’\4:23-24).Mahram terbagi kepada dua;
pertama mahram muabbad (wanita yang diharamkan untuk dinikahi
selama-lamanya) seperti:keturunan, satu susuan, mertua perempuan,
anak tiri, jika ibunya sudah di campuri, bekas menantu perempuan, dan
bekas ibu tiri.ke dua Mahram gair muabbad adalah mahram sebab
menghimpun dua perempuan yang statusnya bersaudara, misalnya
saudara sepersusuan kakak dan adiknya.hal ini boleh dinikahi tetapi
setelah yang satu status nya sudah bercerai atau mati.yang lain dengan
sebab istri orang dan sebab iddah.
Pernikahan :
Ibu dari istri (mertua)
Anak tiri, bila ibunya sudah dicampuri.
Istri bapak (ibu tiri)
Istri anak (menantu)
Persusuan :
Ibu yang menyusui
Saudara perempuan sepersusuan.
Dikumpul / dimadu.
Saudara perempuan dari istri.
Bibi perempuan dari istri.
Keponakan perempuan dari istri.
5. Rukun dan Syarat Pernikahan
Rukun nikah ada 5 :
a. Calon suami, syarat-syarat nya :
1. Bukan mahram si wanita, calon suami bukan termasuk yang
haram dinikahikarena adanya hubungan nasab atau
persusuan.
2. Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridaan dari masing-
masing pihak. Dasarnya adalah hadis dari Abu Hurairah r.a,
yaitu:
“Dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sehingga ia
diminta izinnya.” (H.R.al-Bukhari)
3. Mu’ayyan (beridentitas jelas), harus ada kepastian siapa
identitas mempelai laki-laki dengan menyebut nama atau
sifatnya yang khusus.
b. Calon istri, syaratnya :
1. Bukan mahram si laki-laki
2. Terbebas dari halangan nikah, misalnya masih dalam masa
iddah atau berstatus sebagai istri orang.
3. Wali, yaitu bapak kandung mempelai wanita penerima wasiat
atau kerabat terdekat dan seterusnya sesuai dengan urutan
ashabah wanita tersebut, atau orang bijakan dari keluarga
wanita, atau pemimpin setempat.
Rasulullah bersabda : “tidak ada nikah, kecuali dengan wali”.
Syarat wali :
Orang yang dikehendaki, bukan orang yang dibenci
Laki-laki, bukan perempuan atau banci
Mahram si wanita
Balig, bukan anak-anak
Berakal, tidak gila
Adil, tidak fasiq,
Tidak terhalang wali lain,
Tidak berbeda agama,
Merdeka bukan budak.
E. Hikmah Pernikahan