Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PERNIKAHAN: IKHTIAR MEWUJUDKAN KELUARGA BERKAH

Valentine day adalah hari kasih sayang. Namun bagi sebagian orang valentine day adalah hari yang
menyeramkan, menakutkan, dan hampir saja menghancurkan hidup mereka.

A. Cinta dan Fitrah Manusia untuk Menikah


1. Cinta dan Pernikahan
Berikut ini dibahas bagaimana seharusnya seorang muslim/mah menyikapi cinta agar
rasa tersebut membawa kebaikan untuk banyak pihak. Cinta laki-laki kepada wanita
dan sebaliknya adalah perasaan cinta yang manusiawi bersumber dari fitrah yang
diciptakan Allah SWT dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenis
ketika ia telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. (Q.S. ar-Rum ayat 21). Cinta
pada dasarnya bersifat netral, dapat bernilai positif, dapat menjadi negatif tergantung
penyalurannya.
Menurut Islam, cinta membawa kebaikan pada manusia bila disalurkan dalam bingkai
pernikahan, karena dalam pernikahan bentuk interaksi antara laki-laki dan perempuan
halal, bahkan bernilai pahala. Aktivitas selain dalam pernikahan secara tegas dilarang
karena menimbulkan dampak negatif.
Termasuk cinta yang dilarang Islam adalah cinta sesama jenis, disebut homo seksual
atau liwat dalam bahasa Arab.
2. Fitrah Manusia untuk Menikah
Nikah berarti berhimpun. Al-Qur'an juga menggunakan kata zawwaja, bermakna
menjadikan berpasangan. Al-Qur'an beberapa kali mengulang tabiat ini antara lain
dalam surat adz-Dzariat ayat 49, asy-Syura ayat 11, dan Yasin ayat36. Dalam Q.S. Yasin
ayat 36 disebutkan:
"Maha Suci Allah yang telah menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh
di bumi, dan dari jenis mereka (manusia) maupun dari makhluk-makhluk yang tidak
mereka ketahui. "
Manusia wajar menginginkan pasangan. Maka dalam Islam mensyariatkan pernikahan.
Dari sinilah muncul rasa tentram atau sakinah pada laki-laki dan perempuan,
sebagaimana disebutkan dalam Q.S. ar-Rum ayat 21
َ ِ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا جًا لِّتَ ْس ُكنُ ۤوْ ا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً و ََّرحْ َمةً ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖۤه اَ ْن َخل‬
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
3. Hikmah Pernikahan
Tidaklah sekadar pemenuhan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan penting yang
berkaitan dengan aspek sosial, psikologi, dan agama. Diantaranya adalah:
a. Memelihara keberlanhsungan manusia
Sebagai sarana untuk memelihara keberlangsungan gen manusia, alat
reproduksi, melanjutkan keturunan dan regenerasi. Nabi SAW menganjurkan
nikah bagi orang yang mengharapkan keturunan:
"Kawinilaj wanita yang penuh kasih sayang dan banyak anak. Sesungguhnya
aku bangga memiliki banyak umat" (H.R. Bukhari)
b. Mengontrol hawa nafsu
Pernikahan menyalurkan nafsu manusia dengan cara yang benar, melakukan
kebaikan kepada orang lain dan melaksanakan hak istri dan anak-anak dan
mendidik mereka. Pernikahan dapat menjaga diri manusia dan
menjauhkannya dari pelanggaran yang diharamkan agama. Islam
menganjurkan menikah dan mendorong para pemuda agar menikah,
sebagaimana dalam hadits shahih berikut:
"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian ada kemampuan biaya,
maka menikahlah. Sesungguhnya ia lebih menahan pandangan dan lebih
menjaga faraj (alat kelamin). Barang siapa yang tidak mampu, hendaknya
berpuasalah. Sesungguhnya ia sebagai perisai banginya. " (H.R. Bukhari dan
Muslim)
c. Pernikahan membuka karunia pintu rezeki dari Allah SWT
Ketika seseorang memutuskan pernikahan, Allah SWT membuka pintu
rezekinya dengan seluas-luasnya sebagaimana tercantum dalam Q.S. an-Nur
ayat 32:
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui. "
B. Kriteria Pendamping Hidup dan Ikhtiar Mencarinya
1. Kriteria Ideal Pendamping Hidup
Memilih pendamping hidup didasari pertimbangan atau varianel tertentu. Umumnya
orang-orang cenderung memilih kekayaan, kedudukan, dan atau fisik rupawan sebagai
prioritas. Umumnya tiga hal ini dianggap mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia.
Namun cara pandang ini dilarang Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
"Barang siapa yang kawin dengan perempuan karena hartanya, maka Allah akan
menjadikannya fakir. Barang siapa kawin dengan perempuan karena keturunannya maka
Allah akan menghinakannya. Tetapi barang siapa kawin dengan tujuan agar lebih dapat
menundukkan pandangannya, membentengi nafsunya atau untuk menyambung tali
persaudaraan, maka Allah akan memberikan barokah kepadanya dengan perempuan itu
dan kepada si perempuan juga diberikan barokah karenanya. " (H.R. Ibnu Hibban)
"Seorang perempuan dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya,
kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi
perempuan yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung. " (Muttafaq
'alaih)
Selain empat variabel diatas hendaknya seorang muslim juga mempertimbangkan layar
belakang keluarga, karena pwrnikahan tidak hanya menyatukan dua diri yang berbeda
tetapi juga dua keluarga yang berbeda.
2. Ragam Ikhtiar Mencari Pendamping Hidup
Umumnya cara yang ditempuh untuk mendapatkan pendamping hidup adalah perjodohan,
pacaran, persahabatan, ta'aruf, cinta pada pandangan pertama, dan melalui ilham atau
intuisi. Dalam Islam cara yang disyariatkan adalah ta'aruf, artinya perkenalan. Dalam
prosesnya pihak pria dan wanita dipersilahkan saling menanyakan berbagai hal yang ingin
diketahui terkait keinginan masing-masing, termasuk melihat wajah calon pendamping
hidup dengan tujuan memantapkan.
Untuk memastikan kelengkapan informasi, mereka dapat bertanya pada pihak ketiga yang
mengenal mereka. Bila terdapat kecocokan, maka perlu segera ditentukan tanggal
pernikahan, namun jika tidak menemui kecocokan mereka dapat menghentikan proses
ta'aruf dengan cara yang baik. Adapun pacaran tidak perlu dipilih karena jelas
keharamannya dalam Islam. Untuk metode lain hendaknya berhati-hati agar tidak
menyeleweng dari syariat.
C. Menjaga 'Iffah (Kesucian Diri) dengan Tidak Pacaran dan Tidak Berzina
1. Katakan "Tidak" pada Pacaran
Menurut KBBI pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan memiliki
hubungan berdasar cinta kasih.
Keuntungan pacaran :
a. Belajar mengenal karakter lawan jenis
b. Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, yakni pacar
c. Mudah menemukan tempat menyampaikan keluhan, unek-unek, atau curhat
berbagai permasalahan yang dihadapi kepada pacar
d. Ada yang mentraktir makan, minum, pulsa, dan sebagainya
e. Antar jemput atau ojek gratis
f. Sarana untuk menyalurkan "hasrat" atau nafsu seksual
Kerugian Pacaran :
a. Mengurangi waktu untuk diri sendiri
b. Mendorong untuk berbohong agar tidak merugikan dirinya
c. Menghabiskan uang, seperti untuk beli pulsa, bensin, makanan, dan jalan-jalan
d. Menghambat cita-cita, karena waktu dan pikiran banyak tercurah kepada pacar,
sehingga kuliah tidak selesai tepat waktu
e. Hati menjadi resah dan tidak tenang karena telah memperbanyak dosa
f. Memunculkan fitnah. Bila berduaan di dalam rumah bisa digrebek warga
g. Hilangnya keperawanan atau keperjakaan bila tidak mampu mengendalikan nafsu
h. Menimbulkan aib bagi keluarga bila sampai terjadi hamil di luar nikah
i. Menunda pernikahan karena keasyikan pacaran
j. Menimbulkan efek sakit hati, bahkan "bunuh diri" apabila putus cinta
k. Terjadi kekerasan dalam pacaran, baik fisik maupun psikis
l. Menyebabkan konflik dengan orang tua bila hubungan tidak disetujui

Ditinjau dari berbagai sudut pandang Islam pacaran pra nikah haram hukumnya.

Kecuali jika gaya pacaran pra nikah tersebut memenuhi aturan sebagai berikut:

a. Larangan mendekati zina (Q.S. al-Isra ayat 32)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ۤ ِّ
َ  ً‫الز ٰنى اِنَّهٗ كَا نَ فَا ِح َشة‬
‫ۗ و َسٓا َء َسبِ ْياًل‬ ‫َواَل تَ ْق َربُوا‬

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan

keji, dan suatu jalan yang buruk."

b. Larangan berduaan di tempat sunyi (khalwat)

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut, karena
syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua" (H.R. Ahmad dari Jabir)

c. Larangan melihat lawan jenis tanpa maksud yang dibolehkan agama


"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan
dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." "Katakanlah
kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya" (Q.S. an-Nur
30-31)
d. Larangan menyentuh, apalagi memegang lawan jenis
" Ditikam seorang dari kalian di kepalanya dengan jarum dari besi itu lebih baik dari
pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya" (H.R. at-Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda: "Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian

termasuk sedekah!" Mendengar sabda Rasulullah itu pun sahabt keterangan dan bertanya:
"Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan
mendapat pahala?" Nabi SAW menjawab: "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para
suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa?" Jawab para sahabat:
"Ya, benar". Beliau bersabda lagi: " Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di
tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!". (Hadits Shahih Riwayat Musilim,
Ahmad, Nasa'i)
2. Manajemen Hati Agar Tidak Berpacaran
Cara yang bisa dilakukan adalah:
a. Menyadari bahwa pacaran hukumnya haram dan memiliki dampak negatif yang
mendatangkan dosa
b. Meyakini bahwa jodoh kita yang terbaik sudah ditetapkan oleh Allah Yang Maha
Tahu. Sehingga tidak perlu merasa galau jika tidak punya pacar.
c. Kuatkan tekad untuk membahagiakan orang tua terlebih dahulu sebelum
membahagiakan orang lain.

D. Meraih Keluarga Berkah dalam Pernikahan


Berkah artinya tetap ataupun bertambahnya sesuatu dimana didalam al-Quran yang dimaksud
sesuatu adalah kebaikan. Kenikamatan dipandang berkah jika meningkatkan kebaikan.
Menurut Q.S. ar-Rum ayat 31 keluarga berkah adalah keluarga yang sakinah (tenang),
mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (diliputi kasih).
Upaya meraih keluarga berkah dapat diidentifikasikan dalam:
1. Sebelum menikah
a. Menata niat menikah, yaitu untuk meraih ridho Allah
b. Tidak berpacaran
c. Menyiapkan diri secara fisik dan psikis
d. Bermusyawarah dengan orang tua agar memperoleh restu dan dukungan
2. Sesudah menikah atau menjalani kehidupan rumah tangga
a. Mempertahankan motivasi menjalani pernikahan untuk beribadah
b. Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga
c. Menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik
d. Memperlakukan pasangan dengan ma'ruf, seperti sabda Rasulullah "Sebaik-baik
orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan aku
(Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap istriku. " (H.R. Thabrani &
Tirmidzi)
e. Membiasakan bersikap sabar dan syukur
f. Saling terbuka dalam berbagai urusan
g. Bermusyawarah dalam memutuskan permasalahan atau urusan
E. Ragam Pernikahan Kontroversial
1. Nikah dalam Kondisi Hamil
"Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dia menuangkan air
(maninya) pada tanaman orang lain." (H.R. Abu Daud)
"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang
mu'min." (Q.S. an-Nur ayat 3)
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa dengan menimbang segala
manfaat dan mudharatnya, maka pernikahan dalam kondisi hamil yang tercantum dalam
pasal 53 sebagai berikut:
a. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang
menghamili nya.
b. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan
tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
c. Dengan dilangsungkannya perkawinan saat wanita hamil tidak diperlukan
perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.
2. Nikah Beda Agama
Menurut MUI hukum menikah beda agama adalah haram, namun menikahi seorang wanita
ahlul kitab dalam Islam dihalalkan dengan syarat:
a. Wanita ahlul kitab tidak pernah melakukan maksiat seperti zina dan sejenisnya.
b. Hanya laki-laki muslim yang boleh menikahi wanita ahlul kitab, sedangkan
muslimah dilarang menikahi laki-laki ahlul kitab.
3. Nikah Mu'tah
Yaitu menikahi wanita dengan jangka waktu tertentu atau biasa disebut kawin kontrak. Hal
ini dilarang dalam Islam meskipun pada awal masa Islam halal.

Anda mungkin juga menyukai