Anda di halaman 1dari 3

Nama : Diva Azzahra E H

NIM : 200432619258
D26
PAI MODUL BAB 5
Pernikahan: Ikhtiar Mewujudkan Keluarga Berkah

1. Bagaimana pandangan islam perihal cinta?


Cinta menurut pandangan islam merupakan kasih sayang yang
terjalin antara sesama hamba Allah. Seperti halnya cinta manusia terhadap
pencipta-Nya, cinta antara orang tua dengan anak dan sebaliknya, istri
dengan suami dan sebaliknya, adik dengan kakak dan sebaliknya, dan lain
sebagainya. Dan juga bisa dikatakan seperti halnya keimanan, yakni yang
sudah diyakini dalam hati, kemudian diucapkan dengan lisan, dan juga
sudah dibuktikan dengan perilaku.
2. Mengapa naluri cinta dan berpasangan harus dislaurkan secara benar
melalui perkawinan?
Karena dalam perkawinan, hampir semua bentuk interaksi antara
laki-laki dan perempuan menjadi halal, bahkan bernilai pahala bila
dilakukan karena Allah. Di luar perkawinan, semua bentuk hubungan cinta
laki-lakidan perempuan adalah terlarang. Sebab orang yang sedang jatuh
cinta, umumnya diketahui bahwa mereka seringkali menyalurkan perasaan
cintanya dengan cara selalu berada dekat dengan pasangan mereka, saling
memandang, berbicara berdua, bahkan mungkin lebih dari itu. Semua
aktivitas ini secara tegas oleh islam terlarang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan yang bukan suami istri, karena dapat menimbulkan dampak
negatif bagi individu, keluarga, maupun masyarakat.
3. Apakah islam membenarkanperilaku hidup membujang yang dilakukan
dengan kesengajaan?
Rasulullah melarang umatnya untuk hidup membujang, Rasulullah
bahkan memerintahkan umatnya untuk menikah. Dalam sebuah hadis,
Rasulullah pernah melarang seorang pemuda untuk hidup membujang.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengizinkan ‘Utsman bin
Mazh’un untuk tabattul (hidup membujang), kalau seandainya beliau
mengizinkan tentu kami (akan bertabattul) meskipun (untuk mencapainya
kami harus) melakukan pengebirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Adakah pacaran yang islami, jelaskan!
Ditinjau dari sudut pandang ajaran islam, aktivitas pacaran pra nikah
dengan beragam gayanya adalah haram alias tidak bisa dibenarkan.
Apapun bentuk gaya pacarannya, bila dilakukan sebelum nikah hukumnya
tetap terlarang. Kecuali bila pacaran pra nikah tersebut tidak melanggar
aturan agama terkait hubungan laki-laki dan perempuan non mahram.
Aturan tersebut antara lain :
a) Larangan berduaan di tempat sunyi (berkhalwat)
b) Larangan mendekati zina
c) Larangan melihat lawan jenis tanpa maksud yang dibolehkan
agama
d) Larangan meyentuh, apalagi memegang lawan jenis
e) Larangan membayangkan lawan jenis.
5. Apa pendapat anda tentang pacaran setelah menimbang keuntungan dan
kerugiannya? Berikan alasan anda!
Pendapat saya setelah menimbang keuntungan dan kerugian dari
pacaran adalah kita tidak usah melakukan pacaran, karena sejatinya
pacaran itu dilarang dalam islam. Saya lebih memilih untuk memperbaiki
diri sendiri daripada pacaran, karena sebenarnya diri sendiri lah yang
paling mengerti sifat/keadaan dari diri kita. “Jodoh merupakan cerminan
diri kita” hal tersebutlah yang menjadi pegangan saya, jadi kita
memperbaiki diri menjadi lebih baik, maka insyaallah kita akan
mendapatkan jodoh yang baik dan berakhlak mulia.
6. Sebutkan ciri-ciri keluarga berkah!
Keluarga berkah adalah keluarga yang baik, yang membawa
kebaikan pada diri mereka dan orang lain. Merujuk pada Al-Quran surat
ar-Rum;31. Keluarga berkah adalah keluarga yang sakinah (tenang,
tentram), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (diliputi kasih). Intinya
adalah bahwa keluarga berkah membuat semua anggotanya merasa
nyaman, tenang, dan bahagia. Ciri lain keluarga berkah adalah kualitas
pribadi-pribadi dalam keluarga tersebut berkembang menuju kebaikan;
sikap semakin matang, bertambah bijak, wawasan bertambah, akhlak
makin baik, rizki dan kesehatan yang menbawa kebaikan, dan anak-anak
yang sholeh atau sholehah merupakan ciri lain dari keluarga berkah.
7. Bagaimanakah tuntutan agama dalam mewujudkan keluarga berkah?
a) Mempertahankan motivasi menjalani pernikahan untuk beribadah
b) Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga
c) Nafkah yang halal, dan diupayakan diperoleh di negaranya sendiri
d) Suami dan istri menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik.
Tugas pokok suami adalah mencari nafkah, dan tugas istri adalah
mengurus rumah tangga
e) Memperlakukan pasangan dengan ma’ruf (baik).
f) Saling membantu dalam mengerjakan urusan ruma tangga
g) Bersikap toleran pada pasangan terkait urusan yang tidak
melanggar agama
h) Membiasakan bersikap sabar dan syukur
i) Saling terbuka dalam berbagai urusan
j) Berbuat adil dan bijak dalam berbagai peran, memberikan
penilaian, menerapkan aturan, memberikan penghargaan, dan
sanksi
k) Bermusyawarah dalam memutuskan permasalahan atau urusan.
8. Jelaskan hukum nikah mut’ah dan alasannya!
Nikah mut’ah hukumnya haram. Alasannya karena perkawinan ini
tidak mempunyai hukum sebagaimana yang tercantum dalam al-Quran
tentang perkawinan, talak, iddah, dan warisan. Rasulullah juga bersabda,
“Hai sekalian manusia, pernah kuizinkan kalian melakukan kawin mut’ah.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mengharamkan hingga hari
kiamat.”, dan dari Ali RA, bahwa Rasulullah SAW melarang kawin
mut’ah pada waktu perang Khaibar dan melarang makan daging keledai
piaraan. Umar RA mengharamkan kawin mt’ah pada masa beliau menjadi
khalifah dan dibenarkan oleh para sahabat RA. Dan Al-Khattab
menyatakan keharaman mut’ah berdasarkan ijima’ (kesepakatan ulama),
kecuali dari sebagian golongan Syiah. Serta karena mut’ah dilakukan
untuk melampiaskan syahwat dan tidak untuk menghasilakan keturunan
maupun memelihara anak yang merupakan tujuan dasar dalam
perkawinan, maka kawin mut’ah menyerupai zina dari segi tujuan
bersenang-senang saja.

Anda mungkin juga menyukai