Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amelia Putri

NIM : 200612635354
Offering : F8

A. Soal dan Latihan


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas!
1. Bagaimana pandangan Islam perihal cinta?
Jawab:
Berdasarkan ajaran islam, cinta merupakan fitrah yang diberikan oleh Allah SWT
kedalam jiwa manusia. Cinta adalah kepada lawan jenis ketika ia telah mencapai
kematangan pikiran dan fisiknya (Q.S. al-Rum:21). Pada dasarnya, cinta bersifat
netra. Akan tetapi, dapat bernilai positif atau negatif tergantung bentuk
penyalurannya. Cinta akan membawa pada kebaikan jika disalurkan dalam bentuk
pernikahan.

2. Mengapa naluri cinta dan berpasangan harus disalurkan secara benar melalui
perkawinan?
Jawab:
Naluri cinta dan berpasangan harus disalurkan secara benar melalui perkawinan agar
dapat terhindar dari perbuatan terlarang yang bernilai negatif (menimbulkan dosa).
Hal tersebut karena pada umumnya orang yang sedang jatuh cinta selalu ingin dekat
dengan pujaan hatinya, saling memandang, berbicara berdua, bahkan bisa lebih dari
itu. Sebaliknya, jika cinta disalurkan melalui perkawinan, maka bentuk interaksi
antara laki-laki dan perempuan menjadi halal, bahkan berpahala jika dilakukan karena
Allah. Pernikahan tidaklah sekedar untuk memenuhi nafsu seksual, tetapi memiliki
tujuan yang berkaitan dengan aspek sosial, psikologi, dan agama.

3. Apakah Islam membenarkan perilaku hidup membujang yang dilakukan dengan


kesengajaan?
Jawab:
Perilaku hidup membujang tidak dibenarkan oleh Islam, karena menikah termasuk
dalam ajaran Islam. Dalam  sebuah Hadits Rasulullah pernah melarang seorang
Pemuda untuk hidup membujang. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
mengizinkan ‘Utsman bin Mazh’un untuk tabattul (hidup membujang), kalau
seandainya beliau mengizinkan tentu kami (akan bertabattul) meskipun (untuk
mencapainya kami harus) melakukan pengebirian.” (HR. Bukhari no. 5073 dan
Muslim no. 1402)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Kaliankah yang berkata


demikian dan demikian. Demi Allah, aku sendiri yang paling takut pada Allah dan
paling bertakwa pada-Nya. Aku sendiri tetap puasa namun ada waktu untuk istirahat
tidak berpuasa. Aku sendiri mengerjakan shalat malam dan ada waktu untuk tidur.
Aku sendiri menikahi wanita. Siapa yang membenci ajaranku, maka ia tidak
termasuk golonganku.” (HR. Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 1401)
4. Adakah pacaran yang Islami, jelaskan!
Jawab:
Tidak ada istilah pacaran islami, karena pada dasarnya Islam tidak pernah
mengajarkan pengikutnya untuk berpacaran dan tidak ada landasan pacaran islami
dalam syariat Islam. Sebaliknya, Islam melarang pengikutnya untuk berpacaran..
Pacaran islami ibarat orang mandi tapi tidak basah. Artinya, hal tersebut sangat
mustahil dan mungkin terjadi. Se-Islami apapun hubungannya, jika hubungan tersebut
tidak sah, maka tetap saja mendatangkan dosa.

5. Apa pendapat anda tentang pacaran setelah menimbang keuntungan dan kerugiannya?
Berikan alasan anda!
Jawab:
Menurut saya, apapun hubungan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan jika
tidak diikat oleh sebuah pernikahan, maka perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan.
Ayat-ayat tentang larangan berpacaran dan mendekati zina pun sudah tertera jelas di
Al-Quran. Sebagaimana pada Q.S Al-Isra ayat 32 yang memiliki arti “Dan janganlah
kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk.”. Selain itu, keuntungan yang didapat dari pacaran pun lebih
sedikit dibandingan kerugiannya. Dampak kerugian dari pacaran tidak hanya
dirasakan oleh orang yang menjalin hubungan tersebut, melainkan juga akan
berdampak pada keluarga dan orang sekitarnya. Misalnya, jika sampai berpacaran
kemudian hamil di luar nikah, maka hal tersebut dapat menjadi aib bagi keluarganya.
Selain itu, orang tua nya pun juga akan mendapatkan dosa, karena tidak melarang
anaknya untuk berpacaran.

6. Sebutkan ciri-ciri keluarga berkah!


Jawab:
Keluarga berkah merupakan keluarga yang membawa kebaikan pada diri mereka dan
orang lain, serta kebaikan tersebut bertambah seiring berjalannya waktu.Ciri –ciri
keluarga berkah adalah sebagai berikut:
 Keluarga yang sakinah (tenag, tentram), mawwaddah (penuh cinta), dan
rahmah (diliputi kasih)
 Meningkatnya kualitas keimanan para anggota keluarga
 Kualitas pribadi-pribadi dalam keluarga tersebut semakin berkembang menuju
kebaikan; sikap semakin matang, wawasan bertambah, akhlak makin baik, dan
bertambah bijak
 Anak-anaknya sholeh dan sholehah
 Rizi dan kesehatannya membawa kebaikan

7. Bagaimanakah tuntunan agama dalam mewujudkan keluarga berkah?


Jawab:
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan keluarga berkah:
a) Sebelum Menikah
 Niat menikah untuk meraih ridho Allah SWT
 Tidak berpacaran
 Memilih calon pendamping hidup yang sesuai dengan pedoman islam
sebagaimana telah diajarkan Rasulullah SAW.
 Menyiapkan diri baik secara fisik maupun psikis, termasuk ilmu
berumahtangga
 Meminta restu kedua orang tua
b) Saat akad nikah
 Menjaga niat menikah hanya untuk beribadah kepada Allah
 Minta doa kepada orangtua dan orang-orang yang shaleh
 Memenuhi syarat dan rukun pernikahan agar sah menurut agama.
c) Saat Menjalani Kehidupan Rumah Tangga
 Mempertahankan niat menikah hanya karena Allah
 Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga
 Memberikan dan menggunakan nafkah yang halal
 Menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai sepasang suami-istri
 Memperlakukan pasangan dengan baik
 Saling membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga
 Membiasakan bersikap sabar dan syukur.
 Saling terbuka dalam berbagai urusan
 Berbuat adil dan bijak dalam berbagi peran, memberikan penilaian,
menerapkan aturan, memberikan penghargaan dan sanksi.
 Bermusyawarah dalam memutuskan permasalahan atau urusan.

8. Jelaskan hukum nikah mut’ah dan alasannya!


Jawab:
Nikah Mut’ah adalah pernikahan untuk sehari, seminggu atau sebulan. menurut Al-
Jamal (1999:263-264), sepakat bahwa nikah mut’ah adalah haram karena beberapa
dalil berikut:
 Perkawinan ini tidak mempunyai hukum sebagaimana yang tercantum dalam
al-Qur’an tentang perkawinan, talak, iddah, dan warisan.
 Rasulullah SAW bersabda “Hai sekalian manusia, pernah kuizinkan kalian
melakukan kawin mut’ah. Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah
mengharamkan hingga hari Kiamat“.

Nikah mut’ah hukumnya haram. Hal tersebut karena mut’ah dilakukan untuk
melampiaskan syahwat dan tidak untuk menghasilkan keturunan maupun memelihara
anak yang merupakan tujuan dasar dalam perkawinan. Kawin mut’ah menyerupai
zina dari segi tujuan bersenang-senang saja.

B. Tugas Kontekstual
Lakukan aktivitas-aktivitas berikut dan catatlah hasilnya!
1. Identifikasi akibat negatif pacaran pra nikah yang dilakukan muda-mudi di
lingkungan sekitarmu!
Jawab:
Akibat negatif pacaran pra-nikah:
 Hampir semua kegiatannya mendatangkan dosa
 Menghabiskan uang, tenaga, dan waktu
 Sulit bergaul dengan teman lawan jenis yang lain
 Menjauhkan diri dari keluarga, karena waktunya hanya diberikan kepada
pacarnya.
 Menambah beban pikiran, sehingga tidak bisa menikmati kesehariannya
 Tidak bisa menjadi diri sendiri, karena selalu dituntut untuk menjaddi yang
terbaik
 Mendapat kekerasan jika hubungan yang dijalani tersebut termasuk kedalam
toxic relationship

2. Lakukan investigasi kepada teman-teman anda yang berpacaran mengenai alasan


sesungguhnya mereka berpacaran
Jawab:
Alasan orang-orang disekitar saya berpacaran yaitu sebagai berikut:
 Pacar bisa menjadi “rumah” bagi mereka yang tidak memiliki keluarga
harmonis
 Bisa bertukar pikiran baik dalam pelajaran maupun kehidupan
 Memotivasi dan sebagai penyemangat dalam menjalani aktivias yang sangat
padat
 Mendapatkan perhatian dari orang lain
 Tidak kesepian karena ada yang setia menemani kapanpun dan dimanapun
 Penghilang rasa lelah jika bertemu dengannya

3. Buatlah studi kasus perceraian dan lakukan analisis terhadap penyebabnya!


Jawab:
Studi kasus perceraian:
Pada tanggal 15 november 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, sang istri
melayangkan gugatan cerai pada suaminya. Suaminya tidak memenuhi tanggung
jawab kepada istri berupa nafkah lahir maupun batin selama 2 tahun usia perkawinan
dan dikarunia seorang anak. Sang istri merasa di tahun kedua pernikahannya, sang
suami sudah mulai berubah dengan tidak lagi mengurusi anak dan istrinya. Hal ini
disebabkan sang suami belum mempunyai pekerjaan tetap karena suami masih
menjadi seorang mahasiswa di suatu PTN di Surakarta, pasangan ini sama-sama
masih berstatus sebagai mahasiswa.

Dari analisis kasus diatas, faktor penyebab perceraian yang dialami pasangan suami
tersebut yaitu karena sang suami mengabaikan atau meninggalkan kewajibannya.
Suami tidak memenuhi kebutuhan istri maupun anaknya, karena tidak memiliki
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai