Anda di halaman 1dari 11

POLIGAMI

Disusun Oleh :

ICHSAN NAUFAL SOEROSEMITO 2018130034


Fakhry Aldin 2018130040

SEKOLAH TINGGI DESAIN INTERSTUDI


JAKARTA
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk
menyelesaikan makalah kami dengan judul “POLIGAMI” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk
junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi
kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami
buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya
makalah yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada
setiap pembacanya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua
makhluk Allah, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Semua
makhluk yang diciptakan Allah berpasang-pasangan dan berjodoh-
jodohan.perkawinan antarmanusia berbeda dengan binatang, yang
melakukan perkawinan dengan bebas sekehendak hawa nafsunya.
Pernikahan adalah akad antara seorang calon mempelai pria dengan
salon mempelai wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah
pihak, yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat
yang telah ditetapkan syara’ untuk menghalalkan percampuran antara
keduanya, sehingga satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu
sebagai teman hidup dalam rumah tangga. Tujuan pernikahan adalah
membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia. Namun tidak sedikit
pernikahan itu hancur akibat ketidak harmonisan antara suami dan istri
diakibatkan oleh hal-hal yang mendasar seperti keegoisan masing-masing
ataupun hal lain yakni akibat dari suami yang poligami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian poligami?
2. Bagaiamana pandangan agama terhadap poligami?
3. Apa syarat poligami dalam islam?
4. Bagaimana hukum dan hukumannya para pelaku poligami?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian poligami
A. Poligami
Poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki
atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yg
bersamaan. Dalam antropologi sosial, poligami merupakan
praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan
jenis kelamin orang bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan
praktik monogami yang hanya memiliki satu suami atau istri.

B. Jenis Poligami
Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu:

 Poligini merupakan sistem perkawinan yang membolehkan


seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu
yang bersamaan.
 Poliandri adalah sistem perkawinan yang membolehkan
seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu
yang bersamaan.
 Pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage) yaitu
kombinasi poligini dan poliandri.

Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, tetapi poligini


merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan
dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan.
Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap
poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.
2. Pandangan Poligami Dalam Agama
A. Hindu
Poligini dan poliandri dilakukan oleh sekalangan
masyarakat Hindu pada zaman dulu. Namun, pada praktiknya dalam
sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami. Poligami
mungkin juga terjadi karena terpaksa yang dilakukan karena berbagai
alasan, misalnya karena tidak mempunyai keturunan atau tujuan politik
Raja-Raja Hindu.
B. Budha
Dalam agama Buddha, perihal poligami tidak dijelaskan dalam
aturan secara langsung, karena Sang Buddha tidak menetapkan hukum
religius apapun berkaitan dengan kehidupan rumah tangga, namun yang
ada adalah nasihat-nasihat berharga tentang bagaimana menjalani
kehidupan rumah tangga yang terpuji.

Buddha Sidharta Gautama tidak menetapkan hukum religius yang


berkaitan dengan kehidupan rumah tangga, melainkan memberikan
nasihat tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga yang
terpuji. Walaupun Buddha tidak menyebutkan apapun tentang jumlah istri
yang dapat dimiliki seorang pria, ia dengan tegas menyatakan bahwa
seorang pria yang telah menikah kemudian pergi ke wanita lainnya yang
tidak dalam ikatan perkawinan, hal tersebut dapat menjadi sebab
keruntuhannya sendiri. Ia akan menghadapi berbagai masalah dan
rintangan lainnya.

Ajaran Buddha hanya menjelaskan suatu kondisi dan akibat-


akibatnya. Orang-orang dapat berpikir sendiri mana yang baik dan mana
yang buruk. Bagaimanapun juga, jika hukum negara menetapkan bahwa
pernikahan haruslah monogami, hukum tersebut harus dipatuhi.

C. Kristiani
Gereja-gereja Kristiani umum, seperti Kristen Protestan, Katolik,
dan Ortodoks, menentang praktik poligami. Namun, beberapa aliran
Kristen memperbolehkan poligami dengan merujuk pada kitab-kitab kuno
Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo
XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku
hingga sekarang.

Rujukan yang digunakan umat Kristiani mengenai poligami adalah Kitab


Injil Markus 10:1-12

D. Islam

Islam pada dasarnya berkonsep monogami dalam aturan


pernikahan, tetapi memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu
(poligini).[butuh rujukan] Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga
empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil
terhadap seluruh istrinya.

Allah subhanahu wa taala berfirman dalam surat An Nisaa’ yang artinya:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu menikahinya), maka
nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(QS. An Nisaa: 3)
Di dalam Al-Quran surat An-nisa ayat ke-129 juga mengatakan
bahwa "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian"

Surat an-nisa ayat ke-129 mengatakan bahwa seorang suami harus dapat
berbuat adil terhadap seluruh istrinya, dan mengatakan bahwa kalau
seorang suami tidak bisa berbuat adil kepada isteri-isterinya nanti,
sebaiknya tidaklah melakukan poligami.

Poligini dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya,


diterapkan secara bervariasi di tiap-tiap negara dengan mayoritas
penduduk beragama Islam. Di Indonesia terdapat hukum yang
memperketat aturan poligami untuk pegawai negeri, dan sedang dalam
wacana untuk diberlakukan kepada publik secara
umum. Tunisia dan Turki adalah contoh negara Arab yang tidak
memperbolehkan poligami.

3. Syarat Poligami Dalam Islam

A. Jumlah istri maksimal 4 orang

Banyak pria yang menjadikan dalil poligami agar ia bisa menikah


lagi dan lagi tanpa mengenal batasan. Bahkan tak sedikit pria-pria yang
menikahi wanita hingga 5 sampai 10 kali hanya sebagai pemuas nafsu
belaka. Hal ini tentu tidak benar. Berdasarkan syariat agama, poligami
hanya boleh dilakukan sebanyak 4 kali, tidak lebih dari itu. Pendapat ini
didasari oleh firman Allah SWT:

“Maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu ber-kenan dari


perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat.” (QS an-Nisaa’: 3)
Tujuan poligami adalah semata-mata untuk membantu wanita-
wanita yang belum menikah, wanita tak mampu, atau janda agar ada
seseorang yang menafkahi. Sebab menikah bisa menaikkan kedudukan
wanita. Menikah juga mempermudah wanita untuk masuk surga. Maka
itu, Allah SWT memperbolehkan berpoligami. Namun Allah membantasi
jumlahnya, karena Allah tahu bahwa poligami itu sulit bagi pria. Sedikit
saja pria berlaku tak adil terhadap istri-istrinya, maka perbuatannya bisa
menjerumuskannya ke dalam neraka. Maka itu, cukup empat orang istri
saja.

B. Mampu berlaku adil terhadap semua istri

“Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara
isteri-isteri kamu), maka (kahwinlah dengan) seorang sahaja, atau
(pakailah) hamba-hamba perempuan yang kaumiliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan
kezaliman.” (QS an-Nisaa’:3)

Syarat poligami menurut islam yang selanjutnya yakni suami harus


bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya. Adil disini meliputi banyak hal,
termasuk dalam nafkah lahir dan batin. Apabila suami membelikan istri
pertama rumah, maka istri kedua juga harus dibelikan rumah. Dalam
memberikan rasa kasih sayang (termasuk kebutuhan seksual) kadarnya
harus sama.

C. Tidak melupakan ibadah kepada Allah SWT

Terkadang ketika seorang pria memiliki banyak istri dan


keturunan, mereka lantas melupakan ibadahnya. Mereka terlalu sibuk
bekerja menafkahi keluarga. Terlalu sibuk bersenang-senang dengan istri
dan anak-anaknya, kemudian saling berbangga diri hingga melalaikan
Allah Ta’ala. Seolah-seolah mereka hidup di dunia selamanya. Berhati-
hatilah. Jangan sampai kenikmatan dunia melupakanmu dari akhirat.
Allah subhanahu wa taala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan


anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang
membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-
Munafiqun: 9)

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu


dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-
hatilah terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ath-Thaghabun:14)

Niatkanlah menikah untuk ibadah kepada Allah, bukan sebagai


ajang pelampiasan nafsu semata. Dengan demikian, insyaAllah
kehidupan rumah tangga insyaAllah bisa menjadi lebih berkah dan
terhindar dari keburukan dunia.

D. Dilarang berpoligami dengan dua wanita yang bersaudara

Dalam melakukan poligami, sebaiknya pilihlah istri-istri dari


keturunan yang berbeda-beda. Pernikahan yang dilakukan terhadap dua
wanita yang masih memiliki hubungan darah erat (misalnya saudara atau
bibi) tidak diperbolehkan dalam islam. Allah subhanahu wa taala
berfirman:
“(Diharamkan atas kamu) menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(An-Nisaa’:23)

E. Mampu menjaga kehormatan istri-istrinya

Seorang suami memiliki kewajiban membimbing dan mendidik istrinya


untuk hidup di jalan yang lurus sesuai syariat agama. Sebab suami adalah
pemimpin keluarga. Apabila ia membiarkan istrinya bersikap bebas dan
bermaksiat, maka suami pun juga ikut berdosa. Tak peduli seberapa
banyak istrinya, entah itu satu, dua, tiga atau empat, semuanya harus bisa
dididik secara benar. Sebagaimana firman Allah Allah subhanahu wa
taala dalam Al-Quran:

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga


kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(At-Tahrim: 6)

“Perintahakanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan


bersabarlah dalam menegakkannya.” (AQ. Thaha: 132).

4. Hukumam Poligami

A. Agama

Hukum Poligami Menurut Islam dalam Al – Qur’an


Perintah untuk poligami menurut ulama itu sekedar boleh saja.
Tapi, perintah boleh ini bisa naik hukumnya menjadi sunnah, wajib dan
juga haram pada kondisi tertentu. Seperti misalnya, seorang suami yang
sadar dirinya tidak bisa adil, Merasa kalau hatinya tidak bisa condong
pada yang satu, maka suami tersebut bisa berdosa. Atau suami yang sadar
kalau dirinya tidak bisa memberi nafkah, namun tetap memaksakan diri
untuk poligami maka itu akan menjadi dosa. Karena memberikan nafkah
kepada istri wajib hukumnya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Poligami adalah perkawinan yang dilakukan laki-laki kepada


perempuan lebih dari seorang, dan seorang perempuan memiliki suami
lebih dari seorang. Adapun konsep perkawinan yang dilakukan seorang
laki-laki kepada perempuan lebih dari seorang disebut poligini. Apabila
perempuan bersuami lebih dari seorang disebut poliandri. Menurut ajaran
islam, yang kemudian disebut dengan syariat islam (hukum islam),
poligami ditetapkan sebagai perbuatan yang dibolehkan atau mubah.
Dasar hukum poligami QS. An-Nisa ayat 3.

Anda mungkin juga menyukai