Anda di halaman 1dari 8

POLIGAMI & POLIANDRI

Disusun guna memenuhi tugas. Mata kuliah Dosen Pengampu : : Fiqih III Agus Khumaidi. M. Ag.

Kelas RE IV C Disusun oleh:

Kholid Nawawi

(2021210109)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat). Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligami sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.

BAB II PEMBAHASAN

Poligami atau menikahi dari seorang istri bukan merupakan masalah baru, ia telah ada dalam kehidupan manusia sejak dulu kala di antara berbagai kelompok masyarakat di berbagai kawasan dunia. Orang-orang Arab telah berpoligami bahkan jauh sebelum kedatangan Islam, demikian pula masyarakat lain di sebagian besar kawasan dunia selama masa itu. Bila orang menelaah kitab suci agama yahudi nasrani, maka dia akan mendapatkan bahwa poligami telah merupakan jalan hidup yang diterima. Semua Nabi yang disebutkan dalam Talmud Perjanjian lama, dan Al-Quran, beristri lebih dari seorang kecuali Yesus/Nabi Isa as. Yang kala dia berusaha lebih panjang mungkin juga akan melakukannya, menerima cara yang sama seperti nenek moyangnya. Bahkan di arah sebelumnya Islam, telahdi praktek poligami yang tanpa batas.

A. AYAT-AYAT DAN HADITS TENTANG POLIGAMI Dengan tibanya Islam, poligami yang tak terbatas ditetapkan menjadi istri saja pada suatu saat, dengan persyaratan khusus serta juga sejumlah ketentuan yang dikenakan padanya dan akan kita pelajari disini. Hanya ada satu ayat padanya dan kita pelajari di sini. Hanya ada satu ayat al-Quran menyebutkan masalah poligami sebagai berikut:

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa: 3)

Ketentuan tentang poligami di atas diperbolehkan dengan bersyarat. Ayat ini secara lebih khusus merujuk pada keadilan yang harus dilakukan terhadap anak-anak yatim. Ayat ini diturunkan segera setelah Perang Uhud ketika masyrakat Muslim dibebankan dengan banyak anak yatim, janda serta tawanan perang. Maka perlakuan itu diatur dengan prinsi-prinsip kemanusian dan keadilan besar. sebagaimana kata Yusuf Ali, Peristiwanya terjadi pada masa lalu, tetapi prinsi-prinsipnya tetap berlaku terus. Kawinlah anak yatim bila engkau yakin bahwa dengan cara itu engaku dapat

melindungi kepentinga dan hartanya secara adil terhadap mereka dan terhadap anak-anak yatim melaikan juga merupakan penerapan yang umum atas hukum perkawinan dalam Islam. Oleh karena itu, para ulama dan fuqaha muslim telah menetapkan persyaratan berikut bila seseorang ingin menikahi leibh dari seorang istri. Adapun syarat-syarat poligami adalah : 1. Syariat islam memperbolehkan berpoligami dengan batasan sampai empat orang. 2. Dia harus memiliki kemampuan dan kekayaan cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan denga bertambahnya istri yang dinihainya itu. 3. Dia harus memperlakukan semua istrinya itu deng adil. Setiap istri diperlakukan secara sama dalam memenuhi hak perkawinan mereka serta gak-hak lainnya. Bila seorang lelaki merasa baha dia tak akan mampu memeperlakukaknya mereka degnan adil, atau dia tidak memiliki harta untuk membiayai mereka, maka dia harus menahan dirinya sendiri dengan menihai hanya seorang istri Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia (Alla) telah menicptaka untukmu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang dan kedamaian. (QS. 30:21). Denga demikian maka lelaki sebagai ayah dan perempuan sebagai ibu dari anak-anak mereka hidup bersama membentuk suatu keluarga yang utuh. Setiap orang memiliki perangai yang berbeda, namun bila keramahan, kasih sayang dan kedamaian dapat diciptakan dalam keluarga itu, maka seseorang harus membatasi dirinya sendiri dengan apa yang dapat dikelolanya secara mudah yaitu seorangistri. Beberapa faktor atau keadaan di perbolehkan berpoligami, yakni : 1. Bila istri menderita suatu penyakit yang berbahaya seperti lumpuh, ayan, atau penyakit menular. Dalam keadan ini maka akan lebih baik bila ada istri yang lain untuk memenuhi dan melayani berbagai keperluan si suami dan akan-anaknya. 2. Bila si istri terbukti mandul dan stelah melalui pemeriksaan medis, para ahli berpendapat bahwa dia tak dapat hami. Maka sebaiknya suami menikah istri kedua sehingga dia mungkin akan memperoleh keturunan, karena anak merupakan permata kehidupan. 3. Bila istri sakit ingatan. Dalam hal ini tentu suami dan anak-anak sangat menderita. 4. Bila istri telah lanjut usia dan sedemikian lemahnya sehingga tak mampu memenuhi kewajibannya sebagai seorang isri, memelihara rumah tangga dan kekayaan suaminya. 5. Bila suami mendapatkan bahwa istrinya memeliki sifat yang buruk dan tak dapat diperbaiki. Maka secepatnya dia menikahi istri yang lain.

6. Bila dia minggat dari rumah suaminya dan membangkang, sedangkan si suami merasa sakit untuk memperbaikinya. 7. Pada masa perang di mana kaum lelaki terbunuh meninggalkan wanita yang sangat banyak jumlahnya, maka poligami dapat berfungsi sebagai jalan pemecahan yang terbaik. 8. Selain hal-hal tersebut di atas, bila lelai itu merasa bahwa dia tak dapat bekerja tanpa adanya istri kedua untuk memenuhi hajat syahwatnya yang sangat kuat serta dia memiliki harta yang cukup untuk membiayanya, maka sebaiknya dia mengambil istri yang lain.

B. BATASAN POLIGAMI Beberapa ulama Zhahiri mengatakan bahwa kata-kata al-Quran matsna berarti dua,dua, tiga,tiga, dan ruba, artinya empat-empat sehingga dengan demikian jumlah yang diizinkan mengembung menjadi delapan belas. Adapula yang berpikrian salah bahwa Matsa wa tsulatsa wa ruba dijumlahkan menjadi Sembilan belas, sehingga Islam mengizinkan poligami sampai Sembilan orang istri. Sesungguhnya ini merupakan penafsiran Nabawi atas ayat ini tercantum dalam hadist Nabi saw berikut ini:


Artinya: Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda Ghayalan bin Umayyah Al-Tsaqafi yang telah memeluk Islam dan memiliki sepuluh orang istri: Pilihlah empat orang dari mereka dan ceraikanyang lain. Begitu seorang Muslim menikahi lebih dari seorang istri, maka dia bekewajiban untuk memerplakukan mereka secara sama dalam hal makan, kediaman, pakaian, dan bahka hubungan seksual sejauh yang memunkinkan. Bila seorang agar ragu untuk dapat membeikran perlakukan yang sama dalam memenuhi hak mereka, maka dia tak boleh beristri dari seorang. Kalau dia merasa hanya mampu memenui kewajibannya terhadap seorang istri, dia pun tak diperkanankan menikahi yang kedua. Berikutnya; jikadia hanya dapt berlaku adil terhadap dua istri, maka dia tak boelh menikahi tiga. Batas terakhir adalah empat orang istri, bila dia merasa perlu melakukakannya.

C. HIKMAH POLIGAMI Ada beberapa hikmah poligami, di antaranya adalah : 1. Merupakan karunia Allah SWT dan rahmatnya kepada manusia, yaitu di perbolehkannya berpoligami dan membatasi sampai empat orang. 2. Islam sebagai agama kemanusiaan yang luhur mewajibkan kaum muslimin untuk melaksanakan pembangunan dan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia. 3. Adakalanya seorang istri mandul atau sakit keras yang tidak memiliki harapan untuk sembuh. 4. Ada segolongan laki-laki yang memiliki dorongan seksual tinggi, yang merasa tidak puas dengan hanya seorang istri, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah tropis. D. POLIANDRI Poliandri yaitu sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang di waktu yang bersamaan. 1. Larangan Poliandri Ayat ke-24 di atas melarang seorang laki-laki menikahi wanita yang telah bersuami. Dengan demikian, ayat itu menutup kemungkinan berlakunya perkawinan poliandri dalam Islam. Atau, dilihat dari sudut pandang perempuan, ini berarti larangan kawin poliandri atau bersuami lebih dari satu. ( Diharamkan juga kamu mengawini ) wanita yang bersuami,kecuali budak budak yang kamu miliki ( Allah telah menetapkan hukum itu ) sebagai ketetapanNYA atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian itu ( yaitu ) mencari istri istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina,maka istri istri yang kamu nikmati ( campuri ) diantara mereka,berikanlah kepada mereka maharnya ( dengan sempurna ) sebagai suatu kewajiban dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. 2. Pembatalan Nikah Poliandri Apabila seorang wanita mempraktekkan poliandri, maka Pengadilan Agama dapat membatalkannya. Namun demikian, batalnya suatu perkawinan tidak memutuskan hubungan hukum antara anak dengan orang tuanya. 3. Hikmak Larangan Poliandri Hikmah utama dalam hal ini adalah untuk menjaga kemurnian keturunan dan kepastian hukum seorang anak. Anak yang sejak berada dalam kandungan telah memiliki hak, harus mendapat perlindungan dan kepastian hukum.

BAB III PENUTUP

Poligami atau menikah lebih dari 1 orang istri atas ketentuan tentang poligami telah diperbolehkan dengan bersyarat. Di dalam al-Quran telah tercantum bahwa secara lebih khusus merujuk pada keadilan yang harus dilakukan dengan istri yang pertama. Serta harus ada kenyataan dari istri pertama harus atas izin istrinya. Karena tujuan utama perkawinan dalam islam adalah untuk menciptakan suatu keluarga yang sejahtera di mana suami dan istri/istri-istrinya, serta anak-anaknya hidup dalam kedamaian, kasih sayang.

DAFTAR PUSTAKA

Mulia Musdah, Dr, MA, APU, Pandangan islam tentang poligami, lembaga kajian agama dan jender, jakarta, 1999. M. Nur Yasin, Drs, M ag, Hukum Perkawinan Islam Sasak, UIN Malang Press, Malang 2008. Slamet Abidin, Drs, Dkk, Fiqih Munakahat I, CV Pustaka Setia, Bandung, 1999.

Anda mungkin juga menyukai