Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

POLIGAMI DAN POLIANDRI

MATA KULIAH : MASAIL FIQHIYAH

Dosen Pengampu

Drs. Muhammad Rahmatullah. S. Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Semester II / Kelas D

Nurul Syahida : 11901332

: 11901236
Mutiara Putri Dwi. J

Nursyifa : 11901028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI ( IAIN ) PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Azza waJalla,yang maha mulia, yang maha pengasih, yang
maha tinggi,yang maha memberi, yang maha agung, Raja nya para Raja, yang selalu
mengurus para hambanya, yang menciptakan manusia dari tanah liat hitam yang berasal dari
lumpur hitam yang kemudian diberi bentuk,yang mengutus para Nabi dan Rasul yang
membawa petunjuk dari nya kepada manusia yang menghantarkan kita kepada
shiratalmustaqim,kepadadinulhaq ini dan sholawat serta salam kita senantiasa curahkan
kepada Baginda yang mulia Rasul Allah Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam. Dengan
segala kekurangan kami sebagai manusia dan tentunya atas pertolongan sang pencipta Allah
Subhanahuwata’ala kami dapat menyelesaikan makalahmasailfiqhiyah yang berjudul
Poligami dan Poliandri.

Walaupun demikian makalah ini jauh dari kesempurnaan dan pasti ditemukan
berbagai kesalahan di dalamnya, oleh karena itu kami mohon kepada para pembaca atas
koreksinya dan kami pasti menerima semua masukan dan kritikan terhadap makalah ini agar
kami bisa lebih baik di kemudian hari. Kami berharap dengan makalah ini bisa menjadi
patokan dan tolak ukur dalam pembuatan makalah mengenai”Poligami dan Poliandri” dan
kami juga berharap dengan adanya makalah ini bisa membawa manfaaat bagi para
pembaca,dan bisa membantu dalam melakukan penelitian dan pembelajaran mengenai hal ini.

Dan kami ingin mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada kelompok 9 sendiri yang saling bahu-membahu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Pontianak, 09 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

A. Konsep Poligami dan Poliandri ..............................................................................3


B. Tujuan Pernikahan Poligami ..................................................................................5
C. Sisi Positif dan Negatif Pernikahan Poligami dan Poliandri ..................................6
D. Pandangan Islam Tentang Poligami dan Poliandri .................................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah poligami dan poliandri merupakan istilah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Istilah ini erat hubungannya dengan perkawinan seseorang dengan lawan
jenisnya, dimana jika muncul suatu ketertarikan seseorang dengan lawan jenisnya
ketika ia sudah menyandang status perkawinan, maka terjadilah poligami atau
poliandri.

Suatu saat, tanpa diduga suami Anda menyatakan bahwa dia akan menikahi
perempuan lain. Atau bisa juga suami Anda telah menikah secara diam diam dengan
perempuan lain. Artinya, ada istri lain selain Anda dalam kehidupan suami Anda.
Banyak perempuan tidak siap menghadapi hal ini. "Siapa sih yang mau dimadu?",
demikian pameo yang seringkali terdengar menanggapi poligami ini. Beberapa istri
memang kemudian lebih memilih bercerai ketimbang dimadu.Tetapi bagaimana
dengan istri yang 'tidak mampu' bercerai (misalnya karena ketergantungan ekonomi
pada suaminya.

Bagaimana cara yang tepat bila Anda mengalami hal itu. Saat ini poligami
merupakan isu yang paling hangat bicarakan di Indonesia. Poligami selalu saja
menimbulkan pro dan kontra, baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun orang-
orang yang menamakan dirinya sebagai pejuang hak wanita. Golongan yang pro
menyandarkan poligami kepada ayat Al-Qur'an yang isinya memperbolehkan seorang
pria beristri lebih dari satu orang dengan batas empat orang dengan syarat suami
berlaku adil, sedangkan yang kontra menyandarkan bahwa poligami tidak sesuai
dengan hak asasi seorang perempuan sebagai istri. Selain itu, ada juga golongan yang
berada di antara pro dan kontra. Golongan ini setuju dengan poligami, namun
poligami tersebut harus berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an
dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu dengan
memenuhi syarat ada izin dari istri dan pengadilan. Golongan ini beranggapan bahwa
UU yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia ini merupakan produk Ulil Amri
yang berdasarkan Al-Qur'an surat An-Nissa: 59 merupakan salah satu pedoman hidup
seorang muslim yang wajib diikuti.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Kosep Poligami dan Poliandri ?
2. Apa tujuan dari Pernikahan Poligami?
3. Apa saja sisi positif dan negatif dari pernikahan poligami dan poliandri ?
4. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Poligami dan Poliandri ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mengetahui Bagaimanakah Kosep Poligami dan Poliandri.
2. Agar dapat mengetahui Apa tujuan dari Pernikahan Poligami.
3. Agar dapat mengetahui Apa saja sisi positif dan negatif dari pernikahan poligami
dan poliandri.
4. Agar dapat mengetahui Bagaimana Pandangan Islam Tentang Poligami dan
Poliandri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Poligami dan poliandri


1. Pengertian Hukum Poligami
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologis, poligamimerupakan
derivasi dari kata apolus yang berarti banyak, dan gamos yang berarti istri atau
pasangan. Poligami bisa dikatakan sebagai mempunyai istri lebih dari satu orang.
Adapun secara terminologis, poligami dapat dipahami sebagai suatu keadaan dimana
seorang suami memiliki istri lebih dari satu orang. Seorang suami yang berpoligami
dapat saja beristri dua orang, tiga orang, empat orang, atau lebih dalam waktu yang
bersamaan.
Poligami terdiri dari kata poli dangami. Secara etimologis, poli artinya
banyak,gami artinya istri. Jadi, poligami artinya beristri banyak. Secara terminologis,
poligami yaitu seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri. Seseorang dikatakan
melakukan poligami berdasarkan jumlah istri yang dimilikinya. Suami yang ditinggal
mati istri pertamanya, kemudian menikah lagi, tidak dapat dikatakan berpoligami,
karena dia hanya menikahi satu orang istri pada satu waktu.
Dalam Islam sendiri, Rasulullah mencontohkan monogami selama 26 tahun
hingga Khadijah meninggal dunia. Pernikahann-pernikahan yang dilakukan setelah
Khadijah meninggal, menurut banyak ulama, tidak lain karena dilatarbelakangi dari
kekhususan sebab diantaranya, mempunyai maksud dan tujuan yang erat kaitannya
dengan misi beliau sebagai seorang rasul, sebagai hiburan dan bantuan bagi beberapa
janda, untuk memberi pertolongan dan perlindungan kepada anak-anak yatim yang
kehilangan ayahnya karena syahid di medan perang, untuk memperkokoh ikatan
persahabatan dan mencegah terjadinya perpecahan, serta untuk menarik suatu suku
menjadi penganut agama Islam.
Islam mengharamkan seorang laki-laki menikahi wanita lebih dari empat wanita
dalam satu waktu. Sebab empat wanita sudah cukup, dan menikahi wanita lebih dari
empat merupakan di luar ketetapan yang disyariatkan oleh Allah untuk kemaslahatan
hidup berumah tangga. Sebagai landasan atas hal ini adalah firman
Allah:Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
3
tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS.
An-Nisa’: 3)
Dan juga sebagaimana sabda Rasulullah kepada Ghai-lan bin Salamah tatkala
masuk Islam sedangkan ia memiliki sepuluh orang istri:
ِ َ‫أَ ْم ِس ْك أَرْ بَعًا َوف‬
‫ار ْق َسائِ َره َُّن‬

Artinya: “peganglah empat istri dan ceraikanlah selainnya” (Shahih Sunan Ibnu
Majah 1589 dan Sunan At-Tirmidzi 1138)

Imam Syafi’i berkata, “Dalam sunnah Rasulullah sudah dijelaskan bahwa Allah
melarang menikahi wanita lebih dari empat, kecuali Rasulullah”

Pendapat Syafi’i ini dikutip oleh ulama yang lain, kecuali sekelompok dari
madzhabSyi’ah. Mereka berpendapat, seorang laki-laki boleh menikahi lebih dari
empat orang wanita. Lebih dari itu mereka berkata, “Diperbolehkannya menikahi
wanita dari empat dengan tanpa batas.”

Pendapat yang mereka kemukakan ini disandarkan pada apa yang pernah
dilakukan Rasulullah, dimana beliau menikah lebih dari empat wanita. Wanita yang
dinikahi nabi sebanyak 9 orang.

2. Pengertian dan Hukum Poliandri

Poliandri yaitu ketika seorang perempuan dalam waktu yang bersamaan


mempunyai lebih dari seorang suami.Hukum Poliandri Para ulama sepakat bahwa
perkawinan dengan wanita yang sudah mempunyai suami, tidak sah dan dituntut
hukum rajam jika terbukti sudah pernah berkumpul. Jadi poliandri hukumnya
haram , sesuai Firman Allah :

Artinya: “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,


kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah Telah menetapkan hukum itu)
sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan dihalalkan bagi kamu selain yang
demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk
berzina. Maka isteri-isteri yang Telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban; dan tiadalah Mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu Telah

4
saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.An-Nisa: 24)

Kalau kita terjun melihat kenyataan, maka kita akan menemukan


sunnatullah di alam ini menetapkan bahwa peraturan perkawinan satu suami dan
satu istri itu baik bagi masing-masing wanita dan pria, hanya saja ketentuan Ilahi
itu membedakan antara pria dan wanita. Wanita dijadikan tidak baik untuk
peraturan banyak suami, tetapi pria itu baik untuk menerima peraturan banyak
istri.

Hal ini jelas, karena rahim wanitaberbekas dengan masuknya benih laki-


laki ke dalamnya, terjadi seperti perbuatan yang biasa. Sedang laki-laki tidak
memiliki anggota yang seperti rahim itu. Sebagai konsekwensinya, tabi’at wanita
bertentangan dengan sistem poligami, karena khawatir bahwa janin terjadi dari
jenis yang bermacam-macam, sehingga tidak dapat dilakukan penentuan tentang
siapa yang bertanggung jawab.

Pelarangan, pengharaman poliandri selain dari ketentuan syar’iyah, juga


diatur dalam Pasal 40 ayat (a) Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menyebutkan
bahwawanita yang masih dalam ikatan perkawinan haram hukumnya melakukan
perkawinan dengan laki-laki lain.

B. Tujuan Pernikahan Poligami


1. kebebasan individual: setiap orang bebas bertanggung jawab untuk menentukan
pasangan hidupnya sendiri, entah jumlah pasangan 0,1,2 ataupun 3.
2. cinta kalau seorang pria jatuh cinta pada seorang perempuan dan demikian juga
sebaliknya, maka pasangan ini berhak untuk kawin kendatipun ini bukan
perkawinan pertama mereka dan juga bukan dengan pasangan yang pertama.
3. ekonomis kalau seorang lelaki bisa menghidupi ekonomi sekian istri dengan
semua anak mereka, ia memiliki modal eknomi kuat untuk berpoligami.
4. dukungan psikologis jika istri tua rela menerima kehadiran istri-istri muda, si
suami tidak mengalami kendala internal untuk ia berpoligami.
5. berpoligami bukanlah tindakan kriminal ( sekaliapun ada uuperkawianan),
apalagi jika poligami dilakukan karna alasan cinta.

5
6. poligami tidak otomatis akan membuahkan ketidakadilan gender, jika siswa
bersungguh-sungguh dapat memperlakukan semua istrinya dengan respek, cinta
dan keadilan.
7. poligami tidak otomatis menghina dan merendahkan kaum perempuan, malah
bisa terjadi hal sebaliknya.
8. poligami tidak otomatis menodai atau merendahkan agama apapun, sejauh orang
yang berpoligami tetap bisa menjalankan ibadahnya dengan setia.
9. poligami paralel dengan tindakan membentuk masyarakat yang jumlah
anggotanya lebih besar.
10. poligami adalah seni yang lebih advanced membangun rumah tangga dan tidak
ada satu karya seni pun yang harus dimusuhi.

C. Sisi Positif dan Negatif Dari Pernikahan Poligami dan Poliandri

Poligami merupakan salah satu dari bentuk pernikahan yang ada di dunia.
Secombe&Warner (dalam Haryadi, 2009) menemukan beragam bentukbentuk
pernikahan yang dipraktekkan masyarakat di dunia. Bentuk-bentuk pernikahan itu
antara lain monogamy yang berarti pernikahan seorang laki-laki dengan seorang
perempuan; poligamy yang terdiri dari: Poliginy, yaitu pernikahan antara seorang pria
dengan beberapa wanita dan polyandry, yaitu pernikahan antara seorang wanita
dengan beberapa pria; serta poliginandri (atau disebut juga groupmarriage), yaitu
pernikahan dalam bentuk para suami dan para istri berbagi pasangan. Di masyarakat
Indonesia sendiri, poligini cenderung diartikan sama dengan poligami, yaitu suami
yang memiliki banyak istri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah
poligami untuk menggambarkan perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari satu
orang istri dalam satu waktu.

Berdasarkan penelitian Murdock (dalam Bergstrom, 2004) diketahui bahwa


pernikahan poligini diperbolehkan pada mayoritas masyarakat di dataran Afrika,
Mediterania, Eurasia, Pasifik, dan Amerika Utara dan Selatan. Dari 862 (83 %)
kelompok masyarakat hanya sekitar 10% laki-laki yang benar-benar mempraktekkan
pernikahan poligami. Sehingga poligami merupakan bentuk pernikahan yang masih
jarang terjadi daripada bentuk pernikahan monogami. Sedangkan menurut Broude
(dalam Slonim-Nevo&Alkrenawi, 2006) pernikahan poligami merupakan bentuk
pernikahan yang biasa terjadi di Timur Tengah, Afrika, Asia, dan Kepulauan Pasifik,

6
serta beberapa kelompok masyarakat barat lainnya (Slonim-Nevo& Al-Krenawi,
2006).

Pernikahan poligami memiliki beberapa dampak baik dampak positif maupun


dampak negatif. Adapun dampak positif dari pernikahan poligami antara lain: (1)
Poligami menekan banyaknya prositusi, (2). Poligami akan memungkinkan wanita
mendapatkan haknya akan cinta dari suami dan hak menjadi ibu yang mungkin tidak
akan terlaksana karena sistim monogamy,(3) poligami akan mengurangi perceraian
yang tak terhitung banyaknya (4) Poligami akan memperbaiki masa depan anak-anak
karena kelahirannya diakui oleh masyarakat dan Negara

Contoh keberhasilan pernikahan poligami adalah kisah kesuksesan pengusaha


dan juga pimpinan Pondok Pesantren Riyadhul Jannah di Mojokerto, Kyai Mahfud.
Beliau memiliki empat orang istri dan 20 orang anak dalam satu rumah. Uniknya istri-
istri barunya tersebut dinikahi sang Kyai berdasarkan hasil rekomendasi dari istri-istri
sebelumnya. Menurut beliau, resep kearmonisan rumah tangganya adalah menjaga
komitmen bersama untuk kesadaran diri dan saling mengalah. Keberhasilan membina
rumah tangga poligami tersebut juga karena terpenuhinya kebutuhan lahir dan bathin
secara adil bagi istri-istrinya sehingga para istri menjadi bahagia (Sudirman, 2010).

Dampak negatif yang disebabkan oleh poligami secara umum dapat dibagi
kedalam lima bagian yakni dampak psikologis terhadap istri, konflik internal dalam
keluarga, dampak psikologis bagi anak, kekerasan domestik, serta dampak sosial.
(Slonim-Nevo&Al-Krenawi, 2006). Penelitian yang dilakukan Adams dan Mburugu
(1994), Kilbride dan Kilbride (1990), dan Wittrup (1990) menunjukkan bahwa
poligami dapat menyebabkan para istri mengalami kecemburuan, persaingan, dan
memungkinkan adanya distribusi kebutuhan emosional dan kebutuhan rumah tangga
yang tidak setara diantara para istri (Slonim-Nevo& Al Krenawi 2006). Selain itu,
pada beberapa kasus poligami dengan pernikahan di bawah tangan atau pernikahan
yang tidak tercatat di KUA, istri kedua dan anak-anaknya tidak memiliki hak apapun
atas harta dan properti suami (Mulia, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Broude (1994) menemukan bahwa sebagian


besar masyarakat yang menganut sistem pernikahan poligami memberikan status yang
terhormat pada istri pertama. Istri pertama memiliki kontrol terhadap istri-istri lain
dan memiliki hak istimewa untuk tidak berbagi dengan istri lain, istri pertama lebih

7
memiliki pengaruh terhadap suami dibandingkan istri-istri yang lain. Kemudian pada
beberapa masyarakat, istri pertama memiliki hak untuk menentukan dan merancang
pernikahan kedua suaminya (Al-Krenawi, Graham &Slonim-Nevo , 2006). Leli
Nurohmah (2002) mengemukakan bahwa banyak temuan yang menunjukkan bahwa
istri kedua dan seterusnya lebih banyak yang diabaikan dan mengalami kekerasan.
Sebagian suami pada akhirnya kembali pada istri pertama, karena masyarakat
biasanya lebih mengakui istri pertama sebagai istri yang sah. Selain itu reaksi sosial
yang muncul pun sering bernilai negatif terhadap istri kedua.

D. Pandangan Islam Tentang Poligami dan Poliandri


Hukum Islam secara prinsip tidak mengharamkan (melarang) poligami, tetapi
juga tidak memerintahkan poligami. Artinya, dalam hukum Islam poligami
merupakan suatu lembaga yang ditetapkan sebagai jalan keluar untuk mengatasi
adanya problem tertentu dalam suatu keluarga (rumah tangga). Sesuai dengan dua
prinsip hukum Islam yang pokok, yakni keadilan dan kemaslahatan, poligami dapat
dilakukan ketika terpenuhinya kedua prinsip tersebut. Poligami harus didasari oleh
adanya keinginan bagi pelakunya untuk mewujudkan kemaslahatan di antara keluarga
dan juga memenuhi persyaratan terwujudnya keadilan di antara suami, para isteri, dan
anak-anak mereka. Dengan demikian, jika poligami dilakukan hanya sekedar untuk
pemenuhan nafsu, apalagi hanya sekedar mencari prestasi dan prestise di tengah-
tengah masyarakat yang hedonis dan materialis sekarang, serta mengabaikan
terpenuhinya dua prinsip utama dalam hukum Islam tersebut, maka tentu saja
poligami tidak dibenarkan.
Allah Subhanahu waTa'ala Maha Bijaksana ketika menetapkan aturan
poligami, sehingga tidak ada kesalahan dan cela. Islam tidak menjadikan poligami
sebagai suatu kewajiban bagi laki-laki, sebagaimana tidak pula diwajibkan bagi
perempuan dan keluarganya untuk menerima perkawinan dari laki-laki yang sudah
beristeri. Perlu ditegaskan di sini bahwa tujuan disyariatkannya hukum Islam adalah
untuk kemaslahatan manusia. Dengan prinsip seperti ini, jelaslah bahwa
disyariatkannya poligami juga untuk kemaslahatan manusia. Poligami bertujuan untuk
mewujudkan keluarga yang baik, bukan semata-mata untuk menyenangkan suami.
Dari prinsip ini juga dapat dipahami bahwa jika poligami itu tidak dapat mewujudkan
kemaslahatan, maka poligami tidak boleh dilakukan. Karena itulah, Islam

8
memberikan aturan-aturan yang dapat dijadikan dasar untuk pelaksanaan poligami
sehingga dapat terwujud kemaslahatan tersebut.
Poligami dalam hukum Islam merupakan suatu solusi bagi sebagian orang
(sedikit) untuk mewujudkan kesempurnaan dalam kehidupan keluarga yang memang
tidak dapat dicapai dengan monogami. Problem ketiadaan anak yang mungkin
disebabkan oleh kemandulan seorang isteri, ketidakpuasan seorang suami karena
kurangnya pelayanan yang prima dari seorang isteri dan lain sebagainya. Namun yang
perlu dicatat, jangan sampai upaya mengatasi berbagai problem dengan cara poligami
malah menimbulkan problem baru yang lebih besar mafsadatnya daripada problem
sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu poligami bukanlah suatu solusi yang dianjurkan,
tetapi sebaliknya bisa jadi malah dilarang.
Kalau kita perhatikan praktik poligami di tengah-tengah masyarakat kita,
dapat kita simpulkan bahwa para poligam masih banyak yang mengabaikan aturan-
aturan poligami sebagaimana di atas. Kebanyakan dari mereka melakukan poligami
hanya karena pemenuhan nafsu belaka, sehingga mengabaikan prinsip-prinsip pokok
dalam hukum Islam, yakni terwujudnya keadilan dan kemaslahatan. Akibat poligami
ini tidak sedikit para wanita (terutama isteri pertamanya) dan anak-anak mereka
menjadi terlantar karena hanya diabaikan begitu saja. Tentu saja hal ini dapat
mengakibatkan perpecahan keluarga yang jauh dari tujuan suci dari lembaga
pernikahan dalam Islam.
Poliandri adalah perkawinan di mana seorang perempuan (istri) menikah
dengan beberapa laki-laki (suami). Poliandri dilarang oleh agama Islam, poliandri
bertentangan dengan fitrah manusia, bahkan poliandri dapat menimbulkan dampak
negatif berupa penyakit venereal, yaitu penyakit yang dijangkiti melalui hubungan
seksual yang berganti-ganti. Sebab poliandri identik dengan pelacur. Pada dasarnya
Islam membolehkan poligami, di mana seorang suami boleh menikah dengan
beberapa istri, dan melarang poliandri, di mana seorang istri haram menikah dengan
beberapa suami, hal ini sebagaimana firman Allah :

ْ ُ‫وافَ ٰ َو ِح َدةًأَ ۡو َما َملَ َك ۡتأ َ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡ ٰ َذلِ َكأ َ ۡدن َٰىٓأَاَّل تَعُول‬
‫وا‬ ْ ُ‫ُوا َماطَابَلَ ُكم ِّمنَٱلنِّ َسٓا ِء َم ۡثن َٰى َوثُ ٰلَثَ َو ُر ٰبَ َعفَإ ِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل ت َۡع ِدل‬
ْ ‫ىٱليَ ٰتَ َم ٰىفَٱن ِكح‬
ۡ ِ‫واف‬
ْ ُ‫َوإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل تُ ۡق ِسط‬

Artinya :

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain)

9
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya."

Para ulama fikih sepakat bahwa hukum poliandri adalah haram, hal ini berdasarkan
firman Allah.

‫صنَاتُ ِمنَالنِّ َسا ِءإِاَّل َما َملَ َك ْتأ َ ْي َمانُ ُك ْم‬


َ ْ‫َو ْال ُمح‬

Artinya :

"dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki"

Ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu kategori wanita yang haram
dinikah oleh laki-laki adalah wanita yang sudah bersuami yang dalam hal ini disebut
al-Muhshanat. Allah menamakan mereka dengan al-Muhshanat karena mereka
menjaga farji-farji(kemaluan) mereka dengan menikah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Imam Syafi’i yang menyatakan bahwa kata al-Muhshanat yang dimaksud
dalam ayat tersebut bukanlah bermakna wanita merdeka tetapi wanita yang bersuami.

Untuk itu jelas bahwa wanita yang bersuami haram dinikahi oleh laki-laki lain.
Dengan kata lain bahwa ayat di atas merupakan dalil Alquran atas haramnya
poliandri. Adapun dalil al-Sunnah yang melarang poliandri adalah hadis Rasulullah
yang berbunyi:

“Siapa saja wanita yang dinikahkan oleh kedua orang wali, maka (pernikahan yang
sah) wanita itu adalah bagi (wali) yang pertama dari keduanya”

Hadis tersebut di atas secara tersirat menunjukkan bahwa jika dua orang wali
menikahkan seorang wanita dengan dua orang laki-laki secara berurutan, maka yang
dianggap sah adalah akad nikah yang dilakukan wali yang pertama, dengan kata lain
hadis tersebut menunjukkan bahwa tidaklah sah pernikahan seorang wanita kecuali
dengan satu orang suami saja. Dengan demikian jelaslah bahwa poliandri haram
hukumnya atas wanita muslimah, baik berdasarkan dalil Al-Qur’an maupun dalil al-
Sunnah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Yang harus menjadi acuan kita adalah bahwa semua ketentuan hukum Allah (hukum
Islam) adalah untuk kemaslahatan umat manusia. Dari sinilah jelas bahwa disyariatkannya
poligami juga demi kemaslahatan manusia. Karena itu, siapa pun boleh melakukan poligami
selama kemaslahatan itu bisa diwujudkan. Namun, jika kemaslahatan itu tidak bisa terwujud
ketika orang melakukan poligami, maka poligami tidak boleh dilakukan. Persyaratan yang
ditentukan oleh al-Quran (seperti keharusan berlaku adil) dan juga berbagai ketentuan yang
ditetapkan oleh para ulama tentang poligami harus kita pahami sebagai upaya untuk
mewujudkan kemaslahatan dalam pelaksanaan poligami. Penulis tidak setuju dengan praktik
poligami yang hanya sekedar untuk kesenangan belaka atau untuk mempermainkan
perempuan, seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kita. Dan dapat difahami bahwa
poliandri adalah bentuk perkawinan di mana seorang isri menikah dengan beberapa suami.
Dalam perspektif filosofis bahwa poliandri merupakan bentuk perkawinan yang dilarang,
karena pada dasarnya bertentangan dengan fitrah/kodrat sebagai wanita. Sementara dalam
perspektif normatif bahwa poliandri hukumnya haram, hal ini berdasarkan dalil Alquran surat
al-Nisa [4]: 24, dan al-Sunnah.

B. SARAN

Bagi lelaki yang ingin melakukan poligami, lalu merasa berat dan tidak sanggup
untuk melaksanakan syarat yang telah ditetapkan Syari’at Islam, maka hendaklah
mengurungkan niatnya untuk berpoligami dan cukup dengan satu orang istri saja. Dan
sebaik-baik istri yang bisa menjaga rumah tangganya pasti dia tidak akan pernahmelakukan
poliandri dikarenakan suatu alasan tertentuataupun tidak kecocokan dalam mengarumi hidup
bersama suaminya. Lebih baik jangan melakukan poliandri karna jelas-jelas dilarang oleh
agama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Attahir, Abdul Nasir Taufik. (2015) Poligami Ditinjau dari Segi Agama, social dan Undang-
undang. Jakarta: Bulan Bintang. ( E-BOOK )

Fuad, Isnaeni. (2005) Berpoligami Dengan Aman. Jombang: Lintas Media. ( E-BOOK )

Ja'far. 2012. Larangan Muslimah Poliandri: Kajian Filosofis, Normatif Yuridis, Psikologis,
dan Sosiologis. Al-'Adalah. Vol.10 No.3: (325-330)

Jurnal dampak negatip dan positif pernikahan poligami oleh m.martiani2012 (E-JOURNAL)
Nasution, Khairuddin. 1996. Riba & Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad
Abduh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia.(2009). Jakarta: Universitas Indonesia. ( E-


BOOK )

12

Anda mungkin juga menyukai