Dosen Pengampu
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Semester II / Kelas D
: 11901236
Mutiara Putri Dwi. J
Nursyifa : 11901028
Segala puji bagi Allah Azza waJalla,yang maha mulia, yang maha pengasih, yang
maha tinggi,yang maha memberi, yang maha agung, Raja nya para Raja, yang selalu
mengurus para hambanya, yang menciptakan manusia dari tanah liat hitam yang berasal dari
lumpur hitam yang kemudian diberi bentuk,yang mengutus para Nabi dan Rasul yang
membawa petunjuk dari nya kepada manusia yang menghantarkan kita kepada
shiratalmustaqim,kepadadinulhaq ini dan sholawat serta salam kita senantiasa curahkan
kepada Baginda yang mulia Rasul Allah Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam. Dengan
segala kekurangan kami sebagai manusia dan tentunya atas pertolongan sang pencipta Allah
Subhanahuwata’ala kami dapat menyelesaikan makalahmasailfiqhiyah yang berjudul
Poligami dan Poliandri.
Walaupun demikian makalah ini jauh dari kesempurnaan dan pasti ditemukan
berbagai kesalahan di dalamnya, oleh karena itu kami mohon kepada para pembaca atas
koreksinya dan kami pasti menerima semua masukan dan kritikan terhadap makalah ini agar
kami bisa lebih baik di kemudian hari. Kami berharap dengan makalah ini bisa menjadi
patokan dan tolak ukur dalam pembuatan makalah mengenai”Poligami dan Poliandri” dan
kami juga berharap dengan adanya makalah ini bisa membawa manfaaat bagi para
pembaca,dan bisa membantu dalam melakukan penelitian dan pembelajaran mengenai hal ini.
Dan kami ingin mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada kelompok 9 sendiri yang saling bahu-membahu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................2
A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah poligami dan poliandri merupakan istilah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Istilah ini erat hubungannya dengan perkawinan seseorang dengan lawan
jenisnya, dimana jika muncul suatu ketertarikan seseorang dengan lawan jenisnya
ketika ia sudah menyandang status perkawinan, maka terjadilah poligami atau
poliandri.
Suatu saat, tanpa diduga suami Anda menyatakan bahwa dia akan menikahi
perempuan lain. Atau bisa juga suami Anda telah menikah secara diam diam dengan
perempuan lain. Artinya, ada istri lain selain Anda dalam kehidupan suami Anda.
Banyak perempuan tidak siap menghadapi hal ini. "Siapa sih yang mau dimadu?",
demikian pameo yang seringkali terdengar menanggapi poligami ini. Beberapa istri
memang kemudian lebih memilih bercerai ketimbang dimadu.Tetapi bagaimana
dengan istri yang 'tidak mampu' bercerai (misalnya karena ketergantungan ekonomi
pada suaminya.
Bagaimana cara yang tepat bila Anda mengalami hal itu. Saat ini poligami
merupakan isu yang paling hangat bicarakan di Indonesia. Poligami selalu saja
menimbulkan pro dan kontra, baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun orang-
orang yang menamakan dirinya sebagai pejuang hak wanita. Golongan yang pro
menyandarkan poligami kepada ayat Al-Qur'an yang isinya memperbolehkan seorang
pria beristri lebih dari satu orang dengan batas empat orang dengan syarat suami
berlaku adil, sedangkan yang kontra menyandarkan bahwa poligami tidak sesuai
dengan hak asasi seorang perempuan sebagai istri. Selain itu, ada juga golongan yang
berada di antara pro dan kontra. Golongan ini setuju dengan poligami, namun
poligami tersebut harus berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an
dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu dengan
memenuhi syarat ada izin dari istri dan pengadilan. Golongan ini beranggapan bahwa
UU yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia ini merupakan produk Ulil Amri
yang berdasarkan Al-Qur'an surat An-Nissa: 59 merupakan salah satu pedoman hidup
seorang muslim yang wajib diikuti.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Kosep Poligami dan Poliandri ?
2. Apa tujuan dari Pernikahan Poligami?
3. Apa saja sisi positif dan negatif dari pernikahan poligami dan poliandri ?
4. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Poligami dan Poliandri ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mengetahui Bagaimanakah Kosep Poligami dan Poliandri.
2. Agar dapat mengetahui Apa tujuan dari Pernikahan Poligami.
3. Agar dapat mengetahui Apa saja sisi positif dan negatif dari pernikahan poligami
dan poliandri.
4. Agar dapat mengetahui Bagaimana Pandangan Islam Tentang Poligami dan
Poliandri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “peganglah empat istri dan ceraikanlah selainnya” (Shahih Sunan Ibnu
Majah 1589 dan Sunan At-Tirmidzi 1138)
Imam Syafi’i berkata, “Dalam sunnah Rasulullah sudah dijelaskan bahwa Allah
melarang menikahi wanita lebih dari empat, kecuali Rasulullah”
Pendapat Syafi’i ini dikutip oleh ulama yang lain, kecuali sekelompok dari
madzhabSyi’ah. Mereka berpendapat, seorang laki-laki boleh menikahi lebih dari
empat orang wanita. Lebih dari itu mereka berkata, “Diperbolehkannya menikahi
wanita dari empat dengan tanpa batas.”
Pendapat yang mereka kemukakan ini disandarkan pada apa yang pernah
dilakukan Rasulullah, dimana beliau menikah lebih dari empat wanita. Wanita yang
dinikahi nabi sebanyak 9 orang.
4
saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.An-Nisa: 24)
5
6. poligami tidak otomatis akan membuahkan ketidakadilan gender, jika siswa
bersungguh-sungguh dapat memperlakukan semua istrinya dengan respek, cinta
dan keadilan.
7. poligami tidak otomatis menghina dan merendahkan kaum perempuan, malah
bisa terjadi hal sebaliknya.
8. poligami tidak otomatis menodai atau merendahkan agama apapun, sejauh orang
yang berpoligami tetap bisa menjalankan ibadahnya dengan setia.
9. poligami paralel dengan tindakan membentuk masyarakat yang jumlah
anggotanya lebih besar.
10. poligami adalah seni yang lebih advanced membangun rumah tangga dan tidak
ada satu karya seni pun yang harus dimusuhi.
Poligami merupakan salah satu dari bentuk pernikahan yang ada di dunia.
Secombe&Warner (dalam Haryadi, 2009) menemukan beragam bentukbentuk
pernikahan yang dipraktekkan masyarakat di dunia. Bentuk-bentuk pernikahan itu
antara lain monogamy yang berarti pernikahan seorang laki-laki dengan seorang
perempuan; poligamy yang terdiri dari: Poliginy, yaitu pernikahan antara seorang pria
dengan beberapa wanita dan polyandry, yaitu pernikahan antara seorang wanita
dengan beberapa pria; serta poliginandri (atau disebut juga groupmarriage), yaitu
pernikahan dalam bentuk para suami dan para istri berbagi pasangan. Di masyarakat
Indonesia sendiri, poligini cenderung diartikan sama dengan poligami, yaitu suami
yang memiliki banyak istri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah
poligami untuk menggambarkan perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari satu
orang istri dalam satu waktu.
6
serta beberapa kelompok masyarakat barat lainnya (Slonim-Nevo& Al-Krenawi,
2006).
Dampak negatif yang disebabkan oleh poligami secara umum dapat dibagi
kedalam lima bagian yakni dampak psikologis terhadap istri, konflik internal dalam
keluarga, dampak psikologis bagi anak, kekerasan domestik, serta dampak sosial.
(Slonim-Nevo&Al-Krenawi, 2006). Penelitian yang dilakukan Adams dan Mburugu
(1994), Kilbride dan Kilbride (1990), dan Wittrup (1990) menunjukkan bahwa
poligami dapat menyebabkan para istri mengalami kecemburuan, persaingan, dan
memungkinkan adanya distribusi kebutuhan emosional dan kebutuhan rumah tangga
yang tidak setara diantara para istri (Slonim-Nevo& Al Krenawi 2006). Selain itu,
pada beberapa kasus poligami dengan pernikahan di bawah tangan atau pernikahan
yang tidak tercatat di KUA, istri kedua dan anak-anaknya tidak memiliki hak apapun
atas harta dan properti suami (Mulia, 2004).
7
memiliki pengaruh terhadap suami dibandingkan istri-istri yang lain. Kemudian pada
beberapa masyarakat, istri pertama memiliki hak untuk menentukan dan merancang
pernikahan kedua suaminya (Al-Krenawi, Graham &Slonim-Nevo , 2006). Leli
Nurohmah (2002) mengemukakan bahwa banyak temuan yang menunjukkan bahwa
istri kedua dan seterusnya lebih banyak yang diabaikan dan mengalami kekerasan.
Sebagian suami pada akhirnya kembali pada istri pertama, karena masyarakat
biasanya lebih mengakui istri pertama sebagai istri yang sah. Selain itu reaksi sosial
yang muncul pun sering bernilai negatif terhadap istri kedua.
8
memberikan aturan-aturan yang dapat dijadikan dasar untuk pelaksanaan poligami
sehingga dapat terwujud kemaslahatan tersebut.
Poligami dalam hukum Islam merupakan suatu solusi bagi sebagian orang
(sedikit) untuk mewujudkan kesempurnaan dalam kehidupan keluarga yang memang
tidak dapat dicapai dengan monogami. Problem ketiadaan anak yang mungkin
disebabkan oleh kemandulan seorang isteri, ketidakpuasan seorang suami karena
kurangnya pelayanan yang prima dari seorang isteri dan lain sebagainya. Namun yang
perlu dicatat, jangan sampai upaya mengatasi berbagai problem dengan cara poligami
malah menimbulkan problem baru yang lebih besar mafsadatnya daripada problem
sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu poligami bukanlah suatu solusi yang dianjurkan,
tetapi sebaliknya bisa jadi malah dilarang.
Kalau kita perhatikan praktik poligami di tengah-tengah masyarakat kita,
dapat kita simpulkan bahwa para poligam masih banyak yang mengabaikan aturan-
aturan poligami sebagaimana di atas. Kebanyakan dari mereka melakukan poligami
hanya karena pemenuhan nafsu belaka, sehingga mengabaikan prinsip-prinsip pokok
dalam hukum Islam, yakni terwujudnya keadilan dan kemaslahatan. Akibat poligami
ini tidak sedikit para wanita (terutama isteri pertamanya) dan anak-anak mereka
menjadi terlantar karena hanya diabaikan begitu saja. Tentu saja hal ini dapat
mengakibatkan perpecahan keluarga yang jauh dari tujuan suci dari lembaga
pernikahan dalam Islam.
Poliandri adalah perkawinan di mana seorang perempuan (istri) menikah
dengan beberapa laki-laki (suami). Poliandri dilarang oleh agama Islam, poliandri
bertentangan dengan fitrah manusia, bahkan poliandri dapat menimbulkan dampak
negatif berupa penyakit venereal, yaitu penyakit yang dijangkiti melalui hubungan
seksual yang berganti-ganti. Sebab poliandri identik dengan pelacur. Pada dasarnya
Islam membolehkan poligami, di mana seorang suami boleh menikah dengan
beberapa istri, dan melarang poliandri, di mana seorang istri haram menikah dengan
beberapa suami, hal ini sebagaimana firman Allah :
ْ ُوافَ ٰ َو ِح َدةًأَ ۡو َما َملَ َك ۡتأ َ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡ ٰ َذلِ َكأ َ ۡدن َٰىٓأَاَّل تَعُول
وا ْ ُُوا َماطَابَلَ ُكم ِّمنَٱلنِّ َسٓا ِء َم ۡثن َٰى َوثُ ٰلَثَ َو ُر ٰبَ َعفَإ ِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل ت َۡع ِدل
ْ ىٱليَ ٰتَ َم ٰىفَٱن ِكح
ۡ ِواف
ْ َُوإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل تُ ۡق ِسط
Artinya :
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain)
9
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya."
Para ulama fikih sepakat bahwa hukum poliandri adalah haram, hal ini berdasarkan
firman Allah.
Artinya :
"dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki"
Ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu kategori wanita yang haram
dinikah oleh laki-laki adalah wanita yang sudah bersuami yang dalam hal ini disebut
al-Muhshanat. Allah menamakan mereka dengan al-Muhshanat karena mereka
menjaga farji-farji(kemaluan) mereka dengan menikah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Imam Syafi’i yang menyatakan bahwa kata al-Muhshanat yang dimaksud
dalam ayat tersebut bukanlah bermakna wanita merdeka tetapi wanita yang bersuami.
Untuk itu jelas bahwa wanita yang bersuami haram dinikahi oleh laki-laki lain.
Dengan kata lain bahwa ayat di atas merupakan dalil Alquran atas haramnya
poliandri. Adapun dalil al-Sunnah yang melarang poliandri adalah hadis Rasulullah
yang berbunyi:
“Siapa saja wanita yang dinikahkan oleh kedua orang wali, maka (pernikahan yang
sah) wanita itu adalah bagi (wali) yang pertama dari keduanya”
Hadis tersebut di atas secara tersirat menunjukkan bahwa jika dua orang wali
menikahkan seorang wanita dengan dua orang laki-laki secara berurutan, maka yang
dianggap sah adalah akad nikah yang dilakukan wali yang pertama, dengan kata lain
hadis tersebut menunjukkan bahwa tidaklah sah pernikahan seorang wanita kecuali
dengan satu orang suami saja. Dengan demikian jelaslah bahwa poliandri haram
hukumnya atas wanita muslimah, baik berdasarkan dalil Al-Qur’an maupun dalil al-
Sunnah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Yang harus menjadi acuan kita adalah bahwa semua ketentuan hukum Allah (hukum
Islam) adalah untuk kemaslahatan umat manusia. Dari sinilah jelas bahwa disyariatkannya
poligami juga demi kemaslahatan manusia. Karena itu, siapa pun boleh melakukan poligami
selama kemaslahatan itu bisa diwujudkan. Namun, jika kemaslahatan itu tidak bisa terwujud
ketika orang melakukan poligami, maka poligami tidak boleh dilakukan. Persyaratan yang
ditentukan oleh al-Quran (seperti keharusan berlaku adil) dan juga berbagai ketentuan yang
ditetapkan oleh para ulama tentang poligami harus kita pahami sebagai upaya untuk
mewujudkan kemaslahatan dalam pelaksanaan poligami. Penulis tidak setuju dengan praktik
poligami yang hanya sekedar untuk kesenangan belaka atau untuk mempermainkan
perempuan, seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kita. Dan dapat difahami bahwa
poliandri adalah bentuk perkawinan di mana seorang isri menikah dengan beberapa suami.
Dalam perspektif filosofis bahwa poliandri merupakan bentuk perkawinan yang dilarang,
karena pada dasarnya bertentangan dengan fitrah/kodrat sebagai wanita. Sementara dalam
perspektif normatif bahwa poliandri hukumnya haram, hal ini berdasarkan dalil Alquran surat
al-Nisa [4]: 24, dan al-Sunnah.
B. SARAN
Bagi lelaki yang ingin melakukan poligami, lalu merasa berat dan tidak sanggup
untuk melaksanakan syarat yang telah ditetapkan Syari’at Islam, maka hendaklah
mengurungkan niatnya untuk berpoligami dan cukup dengan satu orang istri saja. Dan
sebaik-baik istri yang bisa menjaga rumah tangganya pasti dia tidak akan pernahmelakukan
poliandri dikarenakan suatu alasan tertentuataupun tidak kecocokan dalam mengarumi hidup
bersama suaminya. Lebih baik jangan melakukan poliandri karna jelas-jelas dilarang oleh
agama.
11
DAFTAR PUSTAKA
Attahir, Abdul Nasir Taufik. (2015) Poligami Ditinjau dari Segi Agama, social dan Undang-
undang. Jakarta: Bulan Bintang. ( E-BOOK )
Ja'far. 2012. Larangan Muslimah Poliandri: Kajian Filosofis, Normatif Yuridis, Psikologis,
dan Sosiologis. Al-'Adalah. Vol.10 No.3: (325-330)
Jurnal dampak negatip dan positif pernikahan poligami oleh m.martiani2012 (E-JOURNAL)
Nasution, Khairuddin. 1996. Riba & Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad
Abduh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
12