Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK dan

KELUARGA

Nama kelompok III :


Dian Susanti ( 201510340311074 )
Putri Wulandari ( 201510340311091 )
Mega Istiqama D. (201510340311163)

 
materi
1. Urgensi keluarga dalam masyarakat

2. Pernikahan sebagai sarana membangun


keluarga sakinah mawadah warohmah

3. Hak dan kewajiban suami istri

4. Manajemen konflik antara suami istri


1. Urgensi keluarga dalam masyarakat

Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat.


Masyarakat adalah unit yang membentuk negara. Oleh karena itu,
keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan setiap karakter
individu. Karakter merupakan kunci bagi sumber daya manusia yang
berkualitas. Sehingga, pendidikan karakter sejak usia dini merupakan
hal yang penting.

Fungsi keluarga menurut Effendi 1998  khususnya fungsi


psikologis adalah memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, memberikan pendewasaan kepribadian anggota keluarga
dan memberikan identitas keluarga. Fungsi pendidikan yaitu salah
satunya adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang dalam memenuhi peranannya dalam kehidupan
dewasa, serta fungsi sosialisasi yaitu membentuk norma tingkah
laku sesuai dengan perkembangan anak. Sebenarnya, bila keluarga
melakukan fungsinya dengan baik, maka semua masalah yang
terkait dengan krisis karakter akan terselesaikan.
2. Pernikahan sebagai sarana membangun
keluarga sakinah mawadah warohmah
Pernikahan merupakan salah satu syari’at yang dianjurkan oleh
Rasulullah. Allah mensyari’atkan pernikahan adalah untuk mengatur
hubungan laki-laki dan perempuan dalam suatu perkumpulan
kekeluargaan yang penuh kasih sayang dan berkah, yang dalam al-
Qur’an disebut dengan mawaddah warahmah. 

Sehingga pernikahan mempunyai pengaruh yang sangat baik bagi


kehidupan pelakunya, masyarakat, lingkungan dan seluruh umat
manusia. Karena itu perkawinan merupakan sesuatu yang primer bagi
manusia.

Sebagai jalan terbaik bagi manusia untuk menyalurkan naluri


seksualnya secara sah dan benar serta terhormat. Naluri seks
adalah naluri yang terkuat dalam diri manusia dewasa yang
karena kuatnya sulit dibendung dan selalu menuntut untuk
disalurkan. Apabila tidak ada jalan keluar untuk menyalurkan
naluri seksual, maka manusia akan mengalami kegoncangan dan
kekacauan serta akan menerobos jalan yang jahat atau keji
dengan berzina. 
3. Hak dan kewajiban suami istri

1.  Pengertian Hak dan Kewajiban


Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkanKewajiban adalah
sesuatu yang harus dikerjakan. Membicarakan kewajiban dan hak suami istri, terlebih
dahulu kita membicarakan apa yang dimaksud dengan kewajiaban dan apa yang dimaksud
dengan hak. Adalah Drs. H. Sidi Nazar Bakry dalam buku karangannya yaitu Kunci
Keutuhan Rumah Tangga Yang Sakinah mendefinisikan kewajiban dengan sesuatu yang
harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan hak adalah sesuatu yang harus
diterima.
Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut,dengan kata suami dan
istri, memperjelas bahwa kewajiban suami adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan
penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanan dan
lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah,sesuatu yang harus
diterima suami dari isterinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus diterima isteri dari
suaminya. Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk
memenuhi hak isteri. Demikian juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk
memenuhi hak suami,sebagaiman yang Rosulullah SAW jelasakan :

 Ketahuilah sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus (wajib) ditunaikan oleh
istri kalian,dan kalian pun memiliki hak yang harus (wajib) kalian tunaikan". (Hasan:
Shahih ibnu Majah no.1501.Tirmidzi II:315 no:1173 dan ibnu Majah I:594 no:1851).
Hak dan Kewajiban Suami terhadap terhadap Istri dan Sebaliknya
•Hak-Hak Kebendaan

Hak-Hak Kebendaan
 
 Mahar (Mas Kawin)
Q.S an-Nisa’: 24 memerintahkan, “Dan berikanlah mas kawin kepada permpuan-
perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian wajib. Apabila mereka dengan senang
hati memberikan mas kawin itu kepadamu, ambillah dia sebagai makanan yang sedap lagi
baik akibatnya.”

 Nafkah
  Yang dimaksud dengan nafkah adalah adalah mencukupkan segala keperluan istri,
meliputi makanan, pakaian tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan,
meskipun istri tergolong kaya.
 
Q.S Al-Baqarah : 233 mengajarkan, “Dan ayah berkewajiban mencukupkan kebutuhan
makanan dan pakaian untuk para ibu dan anak-anak dengan syarat yang ma’ruf.”
 
Ayat berikunya (Ath-Thalaq: 7) memerintahkan, “Orang yang mampu hendaklah
memberi nafkah menurut kemampuanya, dan orang kurang mampupun supaya memberi
nafkah dari pemberian Allah kepadanya, Allah tidak akan membebani kewajiban kepada
seseorang melebihi pemberian Allah kepadanya…”
Hak-Hak Bukan Kebendaan

 Hak-hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap istrinya, disimpulkan
dalam perintah QS an-Nisaa : 19 agar para suami menggauli istri-istrinya dengan makruf dan
bersabar terhadap hal-hal yang tidak disenangi, yang terdapat pada istri. Menggauli istri
dengan makruf dapat mencakup :

Ø Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta


meningkatkan taraf hidupnya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan
yang diperlukan.
Ø Melindungi dan menjaga nama baik istri.
Ø Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis istri

Zaman Nur, mejelaskan hak istri yang bukan kebendaan antara lain:
  Bergaul dengan perlakuan yang baik.Kewajiban suami kepada istrinya supaya
menghormati istri tersebut, bergaul kepadanya dengan cara yang baik.

  Menjaga istri dengan baik. Suami berkewajiban menjaga istriya, memelihara istri dan
segala sesuatu yang menodai kehormatanya, menjaga harga dirinya, mejunjung tinggi
kehormatan dan kemulianya, sehingga citranya menjadi baik.
 
Suami mendatangi istrinya suami wajib memberikan nafkah batin kepada istrinya
sekurang-kurangnya satu kali sebulan jika ialah mampu.
Hak dan Kewajiban Suami
 
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri hanya merupakan hak-hak bukan
kebendaan sebab menurut hukum Islam istri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang
diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan keluarga. Bahkan, lebih diutamakan istri tidak
usah ikut bekerja mencari nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban
nafkah keluarga dengan baik. 
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang
menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada istri dengan cara yang
baik dan layak dengan kedkan suami istri
Hak Ditaati
  QS an-Nisaa’: 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban
memimpin kaum perempuan (istri) karena laki-laki mempunyai kelebihan ataskaum
perempuan(dari segi kodrat kejadianya), dan adanya kewajiban laki-laki meberi nafkah
untuk keperluan keluarganya. Istri-istri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan
kepada suami-suami mereka serta memelihara harta benda dan hak-hak suami,
meskipun suami-suami mereka dalam keadaan tidak hadir, sebagai hasil pemeliharaan
Allah serta taufik-Nya kepada istri-istri itu
Istri wajib memenuhi hak suami, taat kepada perintah-perintahnya apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a)    Perintah yang dikeluarkan suami termasuk hal-hal yang ada hubunganya dengan
kehidupan rumah tangga. Dengan demikian, apabia misalnya suami memerintahkan istri
untuk membelanjakan harta milik pribadinya suami keinginan suami, istri tidak wajib taat
sebab pembelanjan harta milik pribadi istri sepenuhnya menjadi hak istri yang tidak dapat
sicampuri oleh suami.
b)   Perintah yang harus sejalan dengan ketentuan syariah. Apabila suami memerintahkan
istri untuk mejalankan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan syariah, perintah itu
tidak boleh ditaati. Hadist Nabi riwayat Bukhari, Muslom, Abu, Dawud, dan Nasai dari Ali
mengajarkan, “Tidak dibolehkan taat kepada seorangpun dalam bermaksiat kepada Allah,
taat hanyalah pada hal-hal yang Makruf.”
c)     Suami memenuhi kewajiban-kewajibannya yang menjadi hak istri, baik yang bersifat
kebendaan maupun yang bersifat bukan kebendaan
Berdiam dirumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami
 
Istri wajib berdiam dirumah dan tidak keluar kecuali dengan izin suami apbila
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a)    Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri.
b)   Larangan keluar rumah tidak memutuskan hubungan keluarga. Dengan
demikian, apabila suami melrang istri menjenguk kelurga-keluarganya, istri tidak
wajib tat. Ia boleh keluar untuk berkunjung, tetapi tidak boleh bermalam tanpa izin
suami.

4)   Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami


Hak suami agar tidak menerima masuknya seseorang tanpa izinnya, dimaksudkan agar
ketentraman hidup rumah tangga tetap terjaga. Ketentuan tersebut berlaku apabila orang
yang datang adalah mahramnya, dibenarkan menerima kehadiran mereka tanpa izin
suami.
Hak Memberi Pelajaran
 
Bagian kedua dari Ayat 34 QS An-Nisa mengajarkan, apabila terjadi kekhawatiran suami bahwa
istrinya bersikap membangkang (nusyus), hendaklah diberi nasehat secara baik-baik. Apabila
dengan nasehat, pihak istri belum juga mau taat, hendaklah suami berpisah tidur sama istri.
Apabila masih belum juga mau taat, suami dibenarkan memberi pelajaran dengan jalan
memukul (yang tidak melukai dan tidak pada bagian muka).
Manajemen konflik antara suami istri
 
Ada beberapa jenis konflik yang dialami oleh individu. Jika kita meninjau dari
sumber timbulnya konflik maka dapat dibedakan menjadi:
Konflik yang bersumber dari diri sendiri, sering disebut dengan konflik internal.
Contoh: Amir merasa bingung karena dia sudah ingin menikah tetapi dipihak lain
dia belum lulus kuliah sehingga belum bisa memberi nafkah pada keluarga
Konflik yang bersumber pada lingkungan. Lingkungan dapat dibagi menjadi
lingkungan keluarga, dan lingkungan diluar keluarga ( tetangga, sekolah, teman,
massa, tempat kerja, dll ).
Konflik suami-istri biasanya disebabkan oleh kurangnya rasa” saling” antara
keduanya,:
Kurangnya saling pengertian terhadap kelebihan dan kekurangan masing-
masing,Kurangnya saling percaya,Kurangnya saling terbuka,Kurang komunikasi yang
efektif
Banyak pasangan suami-istri yang menjalani perkawinan lebih dari 20 tahun dan
tetap harmonis mengungkapkan rahasia keharmonisan keluarganya bahwa
kuncinya adalah saling percaya dan saling pengertian serta adanya komunikasi yang
terbuka dan efektif. Para ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikator yang
baik adalah orang yang dapat menimbulkan rasa senang bagi orang
yang diaajak berkomunikasi. Banyak Pasangan yang baru menikah
pada tahun-tahun pertama mengalami apa yang disebut dengan
“wedding blues” yaitu stress pasca menikah. 
Hal tersebut muncul karena biasanya masing-masing pihak kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungan pasangan. “ Waktu belum jadi suami, mas Ali
orangnya baik, tapi setelah jadi suami wah ternyata orangnya jorok, suka marah,
seneng perintah…capek deh” demikian antara lain keluh kesah seorang isteri yang
mengalami “ wedding blues
Manajemen konflik
Strategi dalam mengelola konflik dapat dilakukan melalui beberapa tahap. Lebih baik
mencegah dari pada mengalami konflik.
Tahapan manajemen Konflik sebagai berikut:
1. Tahap primer.
Tahap ini merupakan tahap pencegahan terhadap terjadinya konflik keluarga. Upaya-
upaya yang dilakukan oleh suami-suami antara lain:
Meningkatkan derajat keharmonisan suami istri sehingga lebih intim
Mengerti terhadap pekerjaan pasangan masing-masing; berusaha membuat suami/istri
merasa senang; saling menyatakan perasaan secara terbuka; menghargai pendapat/ide
pasangan; menggunakan waktu luang bersama; saling memuaskan dalam kehidupan
seksual.
Adanya komunikasi yang efektif dan dapat menjadi pendengar yang baik bagi pasangannya.
Jika ada masalah, komunikasikan dengan pasangan agar tidak berlarut-larut.
Menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran ( rasio ). Tidak berpikir yang aneh-aneh kalau
sesuatu hal belum terjadi. Hadapi masalah dengan wajar
2.      Tahap sekunder. Tahap ini sudah terjadi konflik dan bagaimana
cara mengatasinya:
Kompromi, musyawarah untuk mencari jalan keluar terbaik. Metode
yang dipergunakan “ Win-win solution”, semua menang, tidak ada yang
dikalahkan.

Mencari alternatif pemecahan masalah berdasarkan sumber


masalahnya apa. Bila tidak dapat melakukan sendiri bisa mencari
bantuan pihak ketiga yang kompeten, konsultasi pada psikolog atau
konselor perkawinan.
Memilih cara yang terbaik ( salah satu )
Melaksanakan cara yang sudah dipilih dari kompromi diatas
Evaluasi penyeleseaian konflik. Hasilnya bagaimana, lebih harmonis
atau tidak
3.      Tahap tersier setelah konflik teratasi

Pasangan berusaha untuk mencegah dampak negatif atau


trauma psikologis akibat konflik yang pernah dialami. Berkomunikasi
dari hati ke hati, perlunya kesepakatan baru agar tidak
terjadi konflik yang sama dimasa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai