Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah ”Hukum Keluarga Dalam Islam”
Oleh:
Jumhari Romadhon (19110042)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TAMANSISWA PALEMBANG
KOTA PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah merupakan suatu perjanjian perikatan antara suami-istri,
yang sudah tentu akan mengakibatkan timbulnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban
bagi kedua belah pihak.
Yang dimaksud dengan hak adalah suatu yang merupakan milik atau dapat
dimiliki oleh suami atau isteri yang diperolehnya dari hasil perkawinannya. Hak ini
juga dapat dihapus apabila yang berhak rela haknya tidak dipenuhi atau dibayar oleh
pihak lain. Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ialah hal-hal yang wajb
dilakukan atau diadakan oleh salah seorang dari suami istri untuk memenuhi hak dari
pihak lain.
Apabila akad nikah telah berlangsung dan memenuhi syarat rukunnya,
maka menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akad tersebut menimbulkan hak
serta kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga, yang meliputi:hak suami istri
secara bersama, hak suami atas istri, dan hak istri suami.
Dari sisi hak dan kewajiban, perempuan dan laki-laki juga sama-sama
merupakan pelaku yang bertanggung jawab dan bebas, dan yang akan diminta untuk
mentaati hukum dan mempertanggungjawabkannya di hari kemudian. Allah swt.
berfirman:
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan (dengan firman):
”Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara
kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari
sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung
halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh,
pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan
mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di
sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (Q.S An-Nisa: 1)
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Kewajiban Suami terhadap Istri..?
2. Apa saja Kewajiban Istri terhadap Suami..?
3. Apa saja Hak Bersama antara Suami-Istri..?
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 31:
1
Ny. Soemiyati,SH. Hukum perkawinan islam dan Undang-undang perkawinan.Liberty (Yogyakarta,2007)Hal 90
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
Pasal 32:
1. suami istri harus mempunyai kediaman yang tepat.
2. rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini ditentukan oleh
suami istri bersama.
Pasal 33: suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
Pasal 34:
1. suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
rumah tanggasesuai dengan kemampuannya.
2. istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3. jika suami atau istri melakukan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada pengadilan.2.
Dalam Undang-undang Yordania kewajiban suami terhadap isteri ada empat:
1. Suami wajib membuat hubungan baik dengan isteri dalam kehidupan keluarga dan
mempergauli isteri dengan baik, dan isteri tidak disuruh patuh kepada suami
dalam hal-hal yang tidak benar atu tidak halal.
2. Suami poligami harus berlaku adil terhadap isteri-isteri dan memperlakukan
mereka sejajar, dan mereka tidak tinggal dalam satu rumah, kecuali atas izin
mereka.
3. Kalau akad nikah sudah selesai, mahar dan nafkah harus sudah ditunaikan suami,
dan hak saling mewarisi sudah mulai berlaku.
4. Suami harus menyediakan rumah dan perlengkapannya sesuai dengan kemampuan
suami, kebiasaan (adat), dan kondisi tempat kerja.3
Dalam Kewajiban materi dari Suami terhadap Istri dibagi menjadi 2 yaitu :
2
Ny.Soemiyati, SH. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.cetakan keenam.oktober :
2007.liberty.Yogyakarta.hal 147.
3
khoirudin nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013 Hal 284
1. Kewajiban materi berupa kebendaan
Kewajiban taat kepada suami hanya dalam hal-hal yang dibenarkan agama,
bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah SWT. Jika suami memerintahkan
istriuntuk berbuat maksiat, maka ia harus menolaknya. Di antara ketaatan istri
kepada suami adalah tidak keluar rumah kecuali dengan izin.4
Sesuai dengan penghasilannya, suami mempunyai kewajiban terhadap isteri:
a. Memberi nafkah, kiswah dan tempat tinggal
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan
anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak5.
Dua kewajiban paling depan diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin yaitu
isteri mematuhi suami, khususnya ketika suami ingin
menggaulinya.Disamping itu, nafkah bisa gugur apabila isteri nusuz.6
Selain itu adanya Kewajiban secara timbal balik yang bersifat kebendaan yaitu:
a. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
b. Istri wajib mengatur rumah tangga dengan sebaik-baiknya7.
Jika suami dan isteri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati sehingga
sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah,
mawaddah, dan warahmah.8
2. Kewjiban non-materi yang bukan berupa kebendaan
Beberapa kewajiban suami terhadap isteri yang bukan berupa kebendaan,
antara lain:
a. Berlaku sopan terhadap isteri, menghormatinya serta memperlakukannya
dengan wajar, berdasarkan an-Nisa:19
b. Memberi perhatian penuh kepada isteri.
c. Setia kepada isteri dengan menjaga kesucian nikah dimana saja berada.
4
Slamet Abidin;H.Aminudin.fikih munakahat 1 : Untuk Fakultas Syari’ah komponen MKDK. Pustaka Setia.
Bandung:1999 hal 160
5
Ibidhal 162
6
H.M.A.Tihami;Sohari Sahrani.Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.Rajawali Pers. Jakarta : 2010 Hal
161
7
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 98
8
Slamet Abidin;H.Aminudin. fikih munakahat 1: Untuk Fakultas Syari’ah komponen MKDK. Pustaka Setia.
Bandung:1999 hal 157
d. Berusaha mempertinggi keimanan, ibadah, dan kecerdasan isteri.
e. Membimbing isteri sebaik-baiknya.
f. Memberi kemerdekaan kepada isteri untuk berbuat, bergaul ditengah-tengah
masyarakat.
g. Suami hendaknya menerima kekurangan isteri.
h. Tidak memaksa bekerja keras untuk urusan rumah tangga.
i. Selalu bersikap jujur terhadap isteri.
j. Melindungi isteri dan memberikan semua keperluan hidup rumah tangga
sesuai dengan kemampuannya.9
Kemudian adanya Kewajiban secara timbal balik yang bersifat bukan kebendaan
yaitu:
a. Antara keduanya harus saling cinta mencintai. Hal ini sesuai dengan
pengertian perkawinan itu sendiri, bahwa perkawinan itu tidak hanya
merupakan ikatan lahir antara seorang pria dan wanita tetapi juga ikatan lahir
antara seorang pria dan wanita tetapi juga ikatan batin antara keduanya. Ikatan
batin ini diwujudkan dengan adanya saling mencintai di antara kedua belah
pihak.
b. Harus saling hormat menghormati. Keharusan saling hormat menghormati
antara suami istri adalah sesuatu yang wajar.
c. Wajib setia diantara suami istri. Yang di maksud dengan setia di sini adalah
erat hubungannya dengan menjaga kesucian rumah tangga.
d. Kewajiban bantu membantu di antara suami istri. Bantu membantu antara
suami istri ini berarti antara keduanya harus dapat bekerja sama serta
salingmenasehati dalam mengelola rumah tangga supaya tujuan perkawinan
dapat tercapai.10
3. Kewajiban Suami terhadap Isteri menurut Pandangan Fuqaha
a. Mazhab Maliki
Kewajiban suami terhadap isteri yang pertama, suami terhadap isteri adalah
membayar mahar. Kedua, berlaku adil kepada isteri-isteri (suami yang
poligami). Ketiga, mencukupi nafkah keluarga.11
b. Mazhab Hanafi
9
Ibid hal 171
10
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 97
11
khoirudin nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013 Hal 254
Menurut Abu Hanifah, mahar adalah kewajiban tambahan dalam akad
nikah sama dengan nafkah. Menurut Abu Hanifah, akad nikah harus diganti
dengan mahar. Sedangkan kewajiban akad nikah adalah tuntutan shari’at
berdasarkan al-ahzab (33):50, didukung dengan hadis dari Abu Sa’id al-
khudri. Sejalan dengan itu, seorang suami yang mentalak isteri sebelum
melakukan hubungan (dukhul) tidak wajib membayar mahar, sebab dengan
talak tersebut berarti suami menghilangkan transaksi pokok. Talak sebelum
dukhul, abu yusuf awalnya berpendapa, wajib setengah mahar, tetapi
kemudian berubah pendirian dan sependapaat dengan abu hanifah dan
muhammad al-saibani, wanita tersebut berhak mendapat mut’ah. Adapun
jumlah mut’ah brdasarkan al-baqarah (2)236, ada 5 dirham separoh dari
jumlah mahar minimal.
Kedua, mencukupi nafkah isteri berdasarkan al-baqarah (2):233, an-Nisa’
(4):34, dan at-talaq (65):6. Awal mulanya seorang suami wajib membayar
nafkah adalah sejak terjadi transaksi (akad nikah). Kewajiban nafkah sangat
erat kaitannya dengan hak bersenang-senang (istimta’) suami. Ketiga, wajib
menjaga isteri, sebab wanita (isteri) berada dibawah kepemimpinan laki-laki
(suami). Keempat, khususnya yang poligami adalah suami wajib berlaku adil,
berdasarkan an-Nisa’ (4):3. 12
c. Mazhab al-Syafi’i
Pertama, mendapat mahar, an-Nisa’ (4):25 suruhan mendapat mahar yang
patut, an-Nisa’ (4)24, suruhan melunasi mahar bagi suami yang telah
mencampuri isterinya, an-Nisa’ (4):19, larangan menyusahkan isteri dengan
jalan mengambil kembali mahar yang telah diberikan kepadanya, an-Nisa’
(4):34, dan an-Nur (24):32, bahwa Allah memampukan orang-orang yang
miskin dengan karuniaNya.
Kedua, isteri berhak mendapat bagian (giliran) malam, karena malam itu
memang untuk beristirahat (bersenang-senang), berdasarkan Yunus (10):67,
al-Mu’min (40):61, dan al-Rum (30):21, yakni suruhan istirahat pada malam
hari dan bersenang-senang dengan pasangan.13
d. Mazhab Hambali
12
IbidHal 261
13
IbidHal 268
Dari Mazhab Hanbali, membagi hak dan kewajiban suami dan isteri
menjadi tiga jenis, yakni: 1. Hak dan kewajiban bersama, 2. Hak isteri yang
menjadi kewajiban suami , dan 3. Hak suami yang menjadi kewajiban isteri.
Adapun hak isteri yang menjadi kewajiban suami, pertama, suami wajib
membayar mahar. Kedua, suami wajib membayar (memenuhi) nafkah isteri,
berdasarkan at-Talaq (65):7, al-Isra’ (17):30, dan al-Ahzab (17):30, dan al-
Ahzab (33):50.14
17
Slamet Abidin;H.Aminudin.fikih munakahat 1 : Untuk Fakultas Syari’ah komponen MKDK. Pustaka Setia.
Bandung:1999 hal 166
18
Ibidhal 162
19
khoirudin nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013 Hal 283
sebaliknya ketika melakukan akad nikah. Sebaliknya, jika isteri tidak patuh kepada
suami, nafkah hilang dengan sendirinya.20
20
Ibid Hal 285
21
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 99
suaminya. Mengadakan kenikmatanhubungan merupakan hak bagi suami isteri
yang dilakukan secara bersamaan.
b. Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun isteri tidak boleh
melakukan pernikahan dengan saudaranya masing-masing.
c. Dengan adanya ikatan pernikahan, kedua belah pihak saling mewarisi apabila
salah seorang di antara keduanya telah meninggal meskipun belum
bersentuhan.
d. Anak mempunyai nasab yang jelas.
e. Kedua pihak wajib bertingkah laku dengan baik sehingga dapat melahirkan
kemesraan dalam kedamaian hidup.22
Berdasarkan surat an-Nisa ayat:19
.............Dan bergaullah dengan mereka (isteri) secara patut......
22
H.M.A.Tihami;Sohari Sahrani.Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.Rajawali Pers. Jakarta : 2010 Hal
154
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan:
Undang-undang adalah undang-undang Nomer 1tahun 1974 tentang perkawinan.
a. Pengadilan adalah Pengadilan agama bagi mereka yang beragama islam dan
pengadilan negri bagi yang lainnya.
b. Pengadilan negri adalah pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
c. Pegawai pencatat adalah pegawai pencatat perkawinan dan perceraian.
Kewajiban suami terhadap istri mencakup kewajiban materi berupa kebendaan
dan kewajiban nonmateri yang bukan berupa kebendaan.
Yang bertanggung jawab dalam mengurus rumah tangga adalah kewajiban
seorang istri, termasuk dalam hal belanja, biaya rumah tangga yang diusahakan oleh
suaminya dengan cara yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.Jika suami
sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah
ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup rumah
tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan
tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah, dan warahmah.
DAFTAR PUSTAKA