Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KAJIAN KLINIK ISLAMI TENTANG KEWAJIBAN SUAMI

YANG SEDANG SAKIT JIWA TERHADAP KELUARGANYA


DALAM HUKUM ISLAM

Disusun oleh :

Subahi Juliyanto A01502004

PROGRAM STUDI DIII KEPETTRAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2017

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Perlu diketahui bahwa kehidupan rumah tangga tidak lepas dari


permasalahan, baik masalah yang sepele hingga masalah yang membutuhkan
kedewasaan berpikir agar terhindar dari pertengkaran yang berkepanjangan.
Sehingga hal ini membutuhkan saling memahami antar suami istri, perlu
mengetahui hak dan kewajiban suami terhadap isteri atau hak dan kewajiban isteri
terhadap suami.
Salah satunya adalah nafkah. Iyalah pemberian dari suami yang diberikan
kepada istri setelah adanya suatu akad pernikahan. Nafkah wajib karena adanya
akad yang sah, penyerahan diri istri kepada suami, dan memungkinkan untuk
terjadinya bersenang-senang. Syari’at mewajibkan nafkah atas suami kepada
istrinya. Nafkah hanya diwajibkan atas suami karena tuntutan akad nikah dan
karena keberlangsungan bersenang-senang sebagaimana istri wajib taat kepada
suami, selalu menyertainya, mengatur rumah tangga, mendidik anak-anaknya. Ia
tertahan untuk melaksanakan haknya, “Setiap orang yang tertahan untuk hak
orang lain dan manfaatnya, maka nafkahnya atas orang yang menahan
karenanya”.
Kedudukan suami dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga. Yang
mana suami wajib memberikan nafkah baik rumah, sandang, maupun pangan.
Dan istri berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengatur keuangan dalam
rumah tangga yang diperoleh dari nafkah yang diberikan oleh suami kepada istri.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 79 Kompilasi Hukum Islam (KHI) berbunyi :
“(1) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga; (2) Hak dan
kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dengan masyarakat.”
Apabila hak dan kewajiban antara suami dan istri tidak dilakukan dengan
baik, maka dapat berakibat putusnya perkawinan. Allah SWT sangat membenci

1
perceraian. Dewasa ini banyak kasus perceraian yang terjadi di kalangan
masyarakat, apapun alasannya mengapa kalangan masyarakat sering terjadi kasus
perceraian, mungkin mereka belum banyak memahami hak dan kewajiban suami
terhadap istri atau sebaliknya.
Salah satu kasus dimana suami sedang dalam kondisi sakit baik fisik
maupun jiwa menyebabkan kewajibanya tidak bisa terpenuhi sehingga meraka
yang sedang sakit merasakan dosa dan penyesalan. Akan tetapi kondisi terseebut
bisa menjadi hikmah untuk memperbaikai kedepannya atau sebagai awal retaknya
hubungan suami istri.

1.2 Masalah

Apa hukumnya seorang suami meninggalkan kewajiabannnya karena sakit


jiwa?

1.3 Tujuan Umum

- Mengetahui dan menjelaskan hak dan kewajiban suami istri

1.4 Tujuan Khusus

- Mengetahui dan menjelaskan hukum mengenai hak dan kewajiban suami


istri.
- Mengetahui dan menjelaskan tentang hukum suami meninggalkan
kewajibannya karena sakit
- Melihat sikap seorang istri dalam menangggapi kasus kewajiban suami
yang sakit.
- .

BAB 2

2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Hak Dan Kewajiban


A. Menurut Hukum Islam
1) Hak dan kewajiban suami istri bersama
a. Halal saling bergaul (Q.S.4:23).
b. Hak saling mewaris(Q.S.4:12).
c. Sah menasabkan anak kepada suami.
d. Pergaulan suami istri yang baik,tenteram, cinta
e. mencintai dan santun menyantuni (Q.S.4:19) dan
f. (Q.S.30:21)
g. Saling menjaga rahasia masing-masing (Q.S.4:31)
2) Hak isteri kepada suami
Hak yang bersifat kebendaan:
a. Hak menerima mahar (Q.S. 4:4)
b. Hak atas nafkah (Q.S.2:233; Q.S.65:7)
c. Hak atas tempat kediaman (Q.S.56:6)
Hak yang bersifat bukan kebendaan (ruhiyah)
a. Agar suami menggauli isterinya dengan baik (Q.S.4:19)
b. Agar suami menjaga dan memelihara isterinya (Q.S.66:6)
c. Apabila suami mempunyai isteri lebih dari seorang , maka
hendaknya ia berlaku adil terhadap para isterinya (Q.S4:3)
3) Hak Suami terhadap isteri
a. Taat dan patuh (Q.S.4:34)
b. Mengurus dan mengatur rumah tangga dengan baik termasuk
memelihara dan mendidik anak (Q.S.4:34)

B. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)


1. Hak dan Kewajiban Suami Isteri, (Psl 77 dan 78).
Pasal 77:
a. Suami isteri memikul kewajiban menegakkan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah,
b. Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati,
setia dan saling memberi bantuan,

3
c. Suami isteri wajib mengasuh dan memelihara anak-anak, mengenai
pertumbuhan jasmani, ruhani, pendidikan agama,
d. Suami isteri wajib memlihara kehormatan
e. Jika suami isteri melalaikan kewajiban dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Agama
2. Kewajiban Suami (Psl.80).
a. Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya,
mengenai urusan rumah tangga yang penting diputuskan oleh
suami isteri bersama.
b. Suami wajib melindungi isteri dan memberi segala keperluan
hidup berumah tangga sesuai kemampuan
c. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada isteri, memberi
kesempatan belajar pengetahuan, dst.
d. Sesuai dgn penghasilan suami menanggung:
1) Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri.
2) Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan
bagi isteri dan anak.
3) Biaya pendidikan bagi anak.
e. Kewajiban suami pada ayat (4) huruf a dan b mulai berlaku
sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
f. Isteri dapat membebaskan suami dari kewajiban sebagaimana
tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
g. Kewajiban tersebut gugur apabila isteri nusyuz.

2.2 Kewajiban Suami Dalam Keluarga dalam Alquran Dan Hadist


1. Membayar Mahar atau Mas kawin
“Dan berikanlah mahar kepada wanita-yang kamu nikahi-sebagai
pemberian yang penuh kerelaan”. (QS. AnNisa’: 4)
Adapun besarnya Mahar yang baik adalah tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil seberti sabda Rasullullah SAW :
“Kebanyakan perempuan yang berkat perkawinannya ialah yang mudah
( rendah ) tentang perbelanjaan (mahar).Riwayat Ahmad dan al-Hakim.
2. Memberi Nafkah, Tempat tinggal, dan Pakaian yang layak

4
Suami wajib memberi nafkah yang halal kepada isteri sesuai
dengan kemampuan dengan tidak memaksakan diri untuk mendapatkan
harta yang tidak halal. Meskipun demikian suami wajib berusaha
mendapatkan nafkah lebih yang halal agar membawa kehidupan bahagia
dunia akhirat.
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka
untuk menyempitkan (hati) mereka. (QS.Ath-Thalaq : 6)
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan member kelapangan sesudah
kesempitan. QS. Ath-Thalaq : 7)
Isteri wajib mensyukuri pemberian suami meskipun belum cukup
karena dengan bersyukur Allah akan memberi lebih kepada keluarga tsb.
Abdullah bin Amr berkata, Rasulullah saw bersabda: “Allah tidak akan
memperhatikan seorang isteri yang tidak pernah mensyukuri pemberian
suaminya , juga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diberikan
suaminya kepadanya” (HR. Nasai).

Suami wajib memberi nafkah keluarga dari harta yang halal.


Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-
baik yang kami berikan kepadamu (QS. AlBaqarah: 172)
“Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka Neraka lebih pantas
baginya.”( Hadits riwayat AthThabrani dalam Al-Kabir, 19/136;
Shahihul Jami’, 3594.)
Selain daripada itu jika suami mempunyai kelebihan harta berikanlah
harta itu kepada isteri dan anak jika tetap berlebih berikanlah kepada
orang tuanya sendiri/isteri , saudara kandung, kerabat keluarga sendiri /
isteri baru kemudian diberikan ke tetangga baru orang lain. . Satu dinar
yang anda infakkan di jalan Allah, satu dinar yang anda sedekahkan
kepada budak, satu dinar yang anda sedekahkan untuk orang miskin,

5
satu dinar yang anda sedekahkan kepada keluargamu, maka sedekah
yang anda berikan kepada keluargamulah yang jauh lebih besar
pahalanya” (HR. Muslim).
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir meka hendaklah ia
memuliakan tetangganya (HR. Musklim)
Tidaklah kamu menginfakkan satu nafkah pun dengan maksud untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kecuali kamu akan mendapatkan
pahalanya, sampai apa yang kamu berikan untuk makan isteri kamu“
(HR. Bukhari)
3. Menjadi pemimpin / imam bagi isterinya dan mendidik isteri agar
menjadi lebih baik.
Sebagai pemimpin /imam laki – laki harus bisa menjadi contoh dan
panutan isteri dan anak-anaknya. seperti kewajiban sholat berjamaah di
masjid bagi suami saja dan sholat berjamaah bersama isteri dan anaknya
dirumah kemudian memberikan nasehat agama bagi keluarganya.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar. (QS. An-Nisa 34)

6
BAB 3
PEMBAHASAN
2.3 Temuan Kasus
Dijumpai dibangsal rumah sakit jiwa dimana pasien sering mengeluh ingin
pulang karena ingin kerja dan menafkahi keluarganya, klien mengatakan
merasa berdosa karena meninggalkan keluarganya (anak dan istrinya). Klien
mengatakan sudah sehat namun belum ada advise dokter untuk pulang atau
masih perlu perawatan. Hal yang paling ditakutkan adalah perceraian yang
mungkin saja bisa terjadi.

3.2 Hukum Meninggalkan Kewajiban Bagi Suami Yang Sedang Sakit Jiwa
Islam menganggap dosa besar bagi seorang suami yang mengabaikan
kewajiban ini, sebagaimana disebutkan didalam riwayat Abu Daud dari
Abdullah bin 'Amr, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

7
"Cukuplah dosa bagi seseorang dengan ia menyia-nyiakan orang yang
menjadi tanggungannya." Didalam sabdanya saw yang lain yang
diriwayatkan oleh Muslim disebutkan : "Cukuplah seseorang itu dikatakan
berdosa orang-orang yang menahan makan (upah dan sebagainya) orang
yang menjadi tanggungannya."
Islam tidaklah menuntut besar kecilnya penghasilan atau rezeki yang didapat
seseorang akan tetapi yang dituntut darinya hanyalah berusaha semaksimal
mungkin untuk bisa mendapatkan rezekinya itu, sebagaimana diriwayatkan
oleh Bukhori dari Az Zubair bin Al 'Awam dari Nabi saw bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang dari kalian
yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa
dengan punggungnya kemudian dia menjualnya lalu Allah mencukupkannya
dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada
manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya".
Suami adalah sandaran sebuah keluarga, karena memang untuk yang
demikianlah ia diciptakan.
‫قواممممون علمممى النسممماء بمممما فضمممل اممم بعضمممهم علمممى بعمممض و بمممما انفقممموا ممممن امممموالهم‬
‫قواممممون علمممى النسممماء بمممما فضمممل اممم بعضمممهم علمممى بعمممض و بمممما انفقممموا ممممن امممموالهم‬
٣٤ ‫فالصمممممممممالحات قانتمممممممممات حافظمممممممممات للغيمممممممممب بمممممممممما حفمممممممممظ اممممممممم النسممممممممماء‬
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita,karena Allah telah
melebikan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Qs. An-Nisa :34.
Tetapi jika terjadi mereka tidak mampu memberikan sesuatu untuk
keluarganya seperti nafkah lantaran ia cacat, sakit, dsb, maka ini adalah suatu
ilat pengecualian.
Hal ini juga telah terjadi dalam kisah Nabi Ayub As. yang perlu diingat bagi
para wanita tatkala ia bekerja menggantikan posisi suami adalah senantiasa
meminta ridhonya dan jaganlah memandang hina dia,.
‫كان جميع ما في الراض ذهبا و فضة و حملته امراة الي بيت زوجها ثم فخرت عليه الياام بقولهمما مممن‬
‫انممممممت انممممممما المممممممال لممممممي ول مممممممال لممممممك احبممممممط امممممم عملهمممممما و لممممممو كممممممان كممممممثيرا‬
"Sekiranya semua yang ada di bumi ini berupa emas dan perak, lalu dibawa

8
oleh wanita ke rumah suaminya, kemudian dia berbangga diri terhadapnya
pada suatu hari dengan mengatakan : kau,sesungguhnya harta ini punyaku
sedang kamu tidak berharta", maka Allah akan membatalkan
amalnya,sekalipun banyak. Abdurrahman As-syafi'i.

Kasus lain atau tanggungan suami jika istri sakit


Apabila si siteri tidak mentaati suaminya, maka isteri tersebut dipandang telah
berbuat nusyuz (menentang). jika isteri telah berbuat nusyuz, maka suami
tidak wajib memberikan nafkah kepadanya. Apabila si isteri bekerja di luar
rumah baik bekerja di kantor, di pabrik atau di tempat lainnya, dan si suami
ridha, rela dan mengijinkannya maka si suami tetap wajib memberikannya
nafkah. Namun, apabila si isteri bekerja di luar rumah sementara si suami
tidak mengijinkannya dan kondisi ekonominya lumayan mapan sekalipun si
isteri tidak bekerja di luar rumah, maka si suami tidak berkewajiban
memberikan nafkah kepadanya.
Para ulama dalam masalah ini berbeda pendapat dalam hal apakah
yang menjadi ukuran dalam nafkah ini adalah kondisi dan kemampuan si
suami ataukah isteri atau keduanya. Namun, apabila kita perhatikan nash
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa nafkah adalah
kewajiban suami dan karenanya yang menjadi ukurannyapun adalah
suami. Bagi suami yang kemampuannya pas-pasan, tentu ia
berkewajiban memberikan nafkah menurut kemampuannya. Ia tidak
boleh memaksakan diri untuk memberikan sesuatu di luar
kemampuannya.
Demikian juga, bagi suami yang berkelapangan, lebih besar nafkah
yang diberikannya tentu lebih baik dan lebih besar pahalanya. Banyak
ulama berbeda pendapat mengenai kewajiban suami saat isteri sakit
apakah kewajiban suami untuk memberi nafkah untuk berobat atau
bukan kewajiban suami . Perdebatan tentang hal ini dilihat ini di kitab
Ibn Abidin (II/889), Mugni Muhtaj (III/431) dan Hasyiyah adDasuqi
(II/511) (Kitab Ibn ‘Abidin: II/891).

9
Serial Fiqh Munkahat V Hak dan kewajiban Suami Isteri oleh Aep
Saefulloh.
Ada yang berpendapat bahwa isteri sakit bukan kewajiban suami
berdasarkan pada QS. Athalaq ayat 7 :
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya
dst…
Tidak wajib karena dikhawatirkan isteri yang sakit meminta nafkah
lebih dari kemampuan suami untuk berobat yang sebenarnya suami tidak
mampu memberikannya sedangkan dimungkinkan ada cara lain yang
bias digunakan untuk berobat yang sesuai dengan kemampuan nafkah
suami )
Tapi ada juga ulama yang berpendapat itu adalah kewajiban suami
karena keadaan isteri tergantung pada suami sehingga saat sehat atau
tidak sehat tanggung jawab suami. Untuk itu penulis berpendapat
tergantung kondisinya isteri sakit bisa menjadi tanggung suami dan bisa
juga tidak menjadi tanggung jawab suami. Wanita muslimah yang
menginginkan seorang lelaki kaya berhati-hatilah sebelum tahu benar-
benar dari mana harta itu berasal. Apakah didapatkan dengan jalan halal
atau haram dengan mengandalkan kekuasaan / menyalahgunakan
wewenang karena nantinya harta tsb yang akan menjerumuskan ke
neraka sesuai dengan ayat At Takasur diatas. Tidak banyak tapi berkah
karena didapatkan dengan jalan yang baik .. lebih baik lagi harta halal
banyak dan membawa berkah
“Ambillah apa yang mencukupi untuk kamu dan untuk anak kamu
dengan jalan yang baik” (HR. Bukhari Muslim).
Janganlah kamu merasa bahwa rizqimu telat datangnya, karena
sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang
kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka
tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan
mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” (Riwayat Ibnu
Majah, Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishohihkan oleh
Al Albani)

10
4.1 Sikap Istri Jika Suami Tidak Mampu Menafkahi
a. Istri boleh menafkai keluarganya
Dalam keluarga terkadang kewajiaban wanita setelah menikah juga
diharuskan untuk membantu perekonomian suaminya yang masih belum
mampu mencukupi untuk menghidupkan keluarga.
Jika suami tidak bisa memberikan harta karena dalam kesusahan atau
kemiskinan, maka istri dianjurkan untuk ridha sekaligus bersabar dengan
itu, dan sebaiknya istri membantu untuk mencari nafkah keluarga.
“kedua wanita itu menjawab,’ kami tidak dapat memberi minum ternak
kami sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternakny,
sedang bapak kami termasuk orang yang tua yang lanjut umurnya.
Surat al Qashash:23
Apabila istri mempunyai pekerjaan dan cukup biaya untuk menafkahi
keluarga, dan pengobatan suaminya. Hal tersebut menjadi boleh asalkan
ada keridhoan dan kerelaannya. Bila ia telah memeberikan sebagian yang
ia miliki atau semuanya maka boleh saja menjadi halal bagi suaminya
Allah SWT bersabda :
“Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita ( yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh keralaan. Kemudian jika mereka
menyerakhkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang
hati, maka makanlah (ambbillah) pemberian itu ( sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya.” An nisa 4:4
Istri yang bekerja dan mempunyai penghasilan, jika ia memberikan
penghasilannya untuk membantu keperluan keluarga, maka itu hanya
sebagai sedekah saja, dan itu tetap menjadi penghasilan dan harta istri, tak
ada kewajiban (sebenarnya) dalam membantu keluarga dengan uang atau
harta tersebut, hingga suami sebenarnya sama sekali tidak boleh
menguasai harta atau mengambil harta istrinya tanpa izin istrinya.
Hal ini diperkuat dengan dalilnya: hadis dari Abu Said Al- Khudri, bahwa
suatu ketika, Zainab (istri Ibnu Mas’ud) hendak membayar zakat perhiasan
yang dia miliki. Kemudian beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Bolehkah istri memberikan zakatnya kepada suaminya dan
anak yatim dalam asuhannya? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

11
bersabda,“Ya, silakan. Dia mendapat dua pahala: pahala menjaga
hubungan kekerabatan dan pahala bersedekah.” (HR. Bukhari 1466)
Dalam hal ini tersirat jika kondisi diatas menandakan jika istri Ibnu
Mas’ud sangat kaya raya, dan suaminya adalah orang miskin. Ini
menunjukkan jika Ibnu Mas’ud sama sekali tidak menguasai harta istrinya,
meski dia adalah seorang yang miskin. Dan Istrinya juga memiliki
dedikasi baik, terbukti untuk memberikan sebagian hartanya sebagai zakat
maal untuk suaminya itu. Jadi sangat jelas kewajiban nafkah itu
sebenarnya ada di pundak suami.
Dari uraian di atas tersebut jelaslah jika kebutuhan nafkah itu memang
kewajiban suami, melalaikan kewajiban itu adalah sesuatu yang zalim.
Jika istri bekerja, itu memang melakukan tugas untuk membantu
memenuhi kebutuhan rumah tangga atau untuk menerapkan ilmunya dan
membantu sesamanya. Penghasilan istri adalah mutlak milik istrinya. Jika
ia membagi penghasilan itu untuk keluarga, itu sebagai sedekah baik
untuknya, suami dilarang mengotak-atik harta istri tanpa ridhanya, bahkan
sebaliknya istri tak perlu membutuhkan ridha suami saat suami melalaikan
nafkah keluarga dan istri saat ia berpunya, atau mampu menafkahi dengan
layak, dengan catatan harus dengan ma’ruf, mengambil sesuai dengan
kebutuhan.

b. Perpisahan
Jika suami tidak mampu menafkahi istrinya maka para ulama berbeda
pendapat tentang boleh dan tidaknya istri menuntut perpisahan dengan
suaminya;
Pendapat pertama: istri tidak berhak menuntut perpisahan dengan
suaminya, tetapi harus bersabar dan suami harus berusaha semaksimal
mungkin walaupun harus berhutang. Hal ini didasari oleh firman Allah;
‘’Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan.’’ (QS.Al-Baqarah 280)
Pendapat ke dua: istri berhak memilih antara bersabar dan menunggu
usaha suaminya, atau menuntut perpisahan dengan suaminya, hal ini
didasari oleh firman Allah; ‘’(Seorang Suami) boleh menahan/ rujuk

12
dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan (istrinya) dengan cara yang
baik’’. (QS.al-Baqarah 229)
Ayat di atas menjelaskan bahwa wanita boleh ditahan (tidak dicerai), atau
boleh juga dicerai tetapi keduanya harus dengan cara yang patut/baik,
sedangkan menahan istri dalam keadaan kurang nafkah atau tidak ada
nafkahnya, bukan termasuk menahan istri dengan cara yang patut,
sehingga boleh bagisang istri memilih.
Pendapat yang kuat:
Pendapat kedua ini yang lebih mendekati kebenaran, dan dikuatkan oleh
beberapa hal:
- Ada sebuah hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata Rasulullah
bersabda tentang kewajiban suami menafkahi istrinya;
‘’Mulailah (memberi nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu,
(kalau tidak) maka istrimu akan mengatakan, nafkahilah aku atau
ceraikan aku.’’ (HR.Bukhori 4936)
- Berkata Ibnul Mundzir,’’Telah sah bahwa Umar bin Khotob
memerintahkan para tentara (yang bepergian) untuk tetap memberi
nafkah, kalau tidak maka harus menceraikan istrinya.

13
BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dan pembahasan yang telah diuraikan


sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, dosa besar jika seorang
suami meninggalkan kewajiabnnya terhadap kelurganya, dan jika terjadi
suami tidak mampu memberikan sesuatu untuk keluarganya seperti nafkah
lantaran sakit fisik atau jiwa maka ini adalah suatu ilat pengecualian. Dan
sudah harus disikapi oleh istri manakala melihat kondisi suami sedang sakit
dengan sikap sabar menunggu suami, atau menafkahi keluarganya karena
kerelaannya, dan atau perpisahan.

SARAN-SARAN
1. Bagi seorang perawat penting untuk bisa menjelaskan bagaimana hukum
suami (pasien sakit jiwa ) yang sudah menikah dalam kewajibannya dan
mengarahkan untuk kesembuhannya.
2. Bagi perawat motivasi sangat penting namun melihat status pendidikan
agara apa yang disampaikan tersampaikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu.2012Majalah Al Furqoon No 120 Edisi 6 Th Ke 11 Al Muharram


Dalam Rubrik Fiqh Islam Hal 34-38

Andi.2016.Jika Suami Tidak Menafkai


Istrinya.www.berbagitips9.blogspot.com Diakses Pada Tanggal 21
November 2017

Fath.2010. Kewajiban Suami. www.fath102.wordpress.com Diakses Pada


Tanggal 21 November 2017

Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Perkawinan Menurut Hukum


Islam, Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Piss.2012.Jika Suami Sakit Dan Tidak Menafkai Istrinya. www.pis-ktb.com


Diakses Pada Tanggal 21 November 2017

15

Anda mungkin juga menyukai