SISTEM INTEGUMEN
DIII KEPERAWATAN/ 2A
Disusun Oleh:
1. Anisa Nurrohmah
(A10401857)
(A01401955)
3. Bibit Sufriyani
(A01502001)
4. Charis
(A01502002)
5. Septiyana
(A01502003)
6.Subahi Juliyanto
(A01502004)
7. Acep Sudibyo
(A01502005)
8. fahmi
PRODI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada kita,sehingga makalah ini dapat tersusun rapi dan selesai.Tidak lupa pula
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami
untuk melancarkan karya makalah ini baik materi maupun pikiran.
Kami juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Kepada Alloh SWT yang sudah memberikan kelancaran dalam pembuatan artikel
ini.
2. Kedua Orang Tua yang sudah mendukung dan membantu
3. Dosen pembimbing Penulisan Ilmiah yang sudah membimbing dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini.
Semoga harapan kami makalah
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Cover ........................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 1
Bab 2 Pembahasan ...................................................................................... 2
2.1 Definisi Eksim ....................................................................................... 2
2.2 Pengobatan Eksim ................................................................................. 3
2.3 Steroid Topikal ..................................................................................... 3
2.4 Jenis Steroid Topikal.............................................................................. 4
2.5 Penggunaan Kortikosteroid Topikal pada Dermatitis Atopik Anak....... 5
2.6 Krim Permethrin 5% untuk Pengobatan Scabies .. 12
2.7 Penatalaksanaan Terapi Penyakit Impetigo .......................................... 16
2.8 Penggunaan Triamcinolon Topikal Dalam Terapi Dermatitis Atopik.... 11
2.9 Penggunaan Triamcinolon Topikal ....................................................... 20
2.10 Penggunaan Tacrolimus pada Atopic Dermatitis................................. 24
Bab 3 Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 27
Daftar Pustaka ............................................................................................. 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada
prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan dengan
mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian
tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis
obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang
biasanya dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis misalnya gatal-gatal ,
kulit kering, infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes
(instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk
untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum.
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan
memahami prinsip enam benar agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam
memberikan obat, namun ada baiknya kita mengetahui peran masing-masing profesi
yang terkait dengan upaya pengobatan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam macam farmakologi pada system integumen
2. Untuk mengetahui sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-indikasi obat
topical pada system integumen
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat topical system Integumen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Eksim
Eksim merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak terjadi di Indonesia.
Eksim yang sering dijumpai di masyarakat antara lain eksim atopik (eksim bawaan),
iritan, dan alergi. Eksim atopik ini merupakan kondisi bawaan, biasanya berhubungan
dengan asma, alergi, dan demam. Eksim iritan disebabkan oleh bahan-bahan yang
mampu mengelupas lemak alami di kulit, seperti sabun, deterjen, dan disinfektan.
Sedangkan eksim karena alergi disebabkan oleh reaksi imun terhadap bahan yang
mengenai kulit dan baru muncul pada pemaparan kedua dan berikutnya. Pada eksim,
kulit menjadi sangat kering dan keras/berkerak karena ketidakmampuan kulit
menahan air di dalam sel-sel kulit, maka dapat dikatakan juga kemampuan kulit
sebagai barier kimia, fisik, dan biologik menurun karena keabnormalan dinding sel di
epidermis.
Tahap-tahap eksim dimulai dari kemerahan kulit yang bisa dipicu oleh iritan atau
alergen atau faktor-faktor lainnya. Saat kemerahan, mediator inflamasi dilepaskan di
kulit sehingga menyebabkan inflamasi/peradangan, sangat gatal, terasa perih, kering
dan terkadang hingga melepuh lalu pecah. Berikut adalah ciri-ciri pada eksim akut:
kemerahan dan membengkak, timbul papula berupa sebuah gelembung yang
melepuh, eksudasi, lapisan kulit menjadi keras permukaannya (kerak), dan bersisik.
Sedangkan pada eksim kronis, permukaan kulit lebih keras dan berkerak, lebih
berpigmen/gelap, lebih tebal (karena digosok dan digaruk terus menerus), eksudat
sudah berkurang tetapi justru berkembang hingga ke jaringan dalam kulit (lapisan
dermis).
Bagi sebagian pasien, dengan menggaruk dapat menghilangkan rasa gatal padahal
itu adalah gejala yang paling buruk. Dengan menggaruk justru turut meningkatkan
pelepasan mediator inflamasi di kulit dan memperparah rasa gatal dan juga akan
semakin membengkak. Ini juga membuat kulit semakin mudah dimasuki iritan
2
ataupun alergen sehingga membuat kulit kering, semakin meradang, dan juga gatal.
Begitulah siklus yang terjadi sehingga beberapa pengobatan dimaksudkan untuk
memecah siklus ini.
2.2 Pengobatan Eksim
Pengobatan eksim dapat dilakukan dengan beberapa cara. Sasaran terapi eksim
adalah bagian kulit yang terkena eksim. Menurut Clark (2002), ada tiga tujuan utama
terapi eksim, yaitu: mengobati kulit dan menjaganya tetap sehat, mencegah flare-up,
dan mengobati gejala yang muncul sesegera mungkin. Strategi terapi dapat digunakan
melalui strategi non farmakologis dan farmakologis. Terapi non-farmakologis dapat
dilakukan melalui pemakaian emollient (krim, losion, salep, minyak) yang dapat
melembabkan kulit, menghindari faktor pemicu (iritan/alergen, stress, makanan), dan
juga menghilangkan kebiasaan menggaruk. Pada tahun 1999, sebuah studi
menunjukkan bahwa pemakaian emollient mampu menurunkan keparahan eksim
atopik pada 89% anak-anak (Chambers and Roberts, 2003). Sedangkan terapi
farmakologis yang banyak digunakan adalah pemakaian steroid topikal tetapi
terkadang digunakan juga antihistamin, oral streroid, antibiotik, pimecrolimus, dan
tacrolimus.
2.3 Steroid Topikal
Topikal berarti dioleskan pada kulit, bisa berupa krim, salep, atau losion. Steroid
topikal digunakan untuk mengatasi inflamasi/peradangan yang terjadi dan efektif
untuk mengontrol flare-up yang membuat rasa gatal dan kering. Steroid bekerja
dengan mencegah pelepasan fosfolipid dari membran sel kemudian mencegah
perubahannya
menjadi
prostaglandin
dan
mediator
inflamasi
lainnya.
Steroid topikal ini sebaiknya digunakan saat gejala muncul pertama kali karena luka
selanjutnya akan lebih sulit untuk diobati. Berikut adalah beberapa kunci pemakaian
steroid topikal pada eksim:
1. Mulailah pengobatan pada saat gejala muncul pertama kali.
2. Pilih jenis steroid dengan potensi cocok.
3
3. Pakai produk dengan hemat (tidak terlalu banyak dan terlalu sering).
4. Untuk mendapat efek yang diinginkan cukup gunakan dalam jangka waktu singkat;
jangka waktu yang lama digunakan untuk eksim akut sedangkan untuk eksim kronis
membutuhkan pengawasan dari dokter.
5. gunakan emollient (pelembab) pada waktu yang berbeda dengan penggunaan
steroid.
Steroid sebaiknya digunakan 30 menit setelah topikal emollient atau setelah
mandi dengan bath oil atau pengganti sabun untuk menghilangkan sel-sel mati yang
dapat mengganggu absorpsi. Steroid topikal mampu menembus kulit sehingga
beberapa dapat ditemukan di dalam darah. Apabila sejumlah besar ditemukan di
dalam darah, efek samping akan muncul, antara lain penipisan kulit. Hal ini bisa
disebabkan pemakaian yang tidak tepat maka pemakaian steroid topikal jangan
sampai ke kulit normal. Dengan pemakaian yang tepat, steroid topikal aman dan
efektif untuk eksim.
2.4 Jenis Steroid Topikal
Steroid topikal tersedia pada banyak kekuatan, sebaiknya dipilih yang
kekuatannya paling lemah dahulu. Para lansia dan anak-anak mempunyai kulit yang
lebih tipis sehingga steroid yang lebih lemah kekuatannya yang digunakan. Steroid
topikal mempunyai 4 macam kekuatan, yaitu lemah, sedikit kuat, kuat, dan sangat
kuat. Berikut adalah beberapa obat pilihannya:
1. Hidrokortison (potensi: lemah)
Nama Generik : hydrocortisone krim 1% dan 2,5%
Nama Dagang : Steroderm (Medikon) krim 1%;
Cortaid (Upjohn Indonesia) salep 0,5%;
Hufacort (Gratia Husada) krim 1% dan 2,5%.
Indikasi : radang kulit ringan seperti eksim, ruam popok
Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak diobati; jerawat
rosacea perioral dermatitis; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim dan salep.
4
Dosis dan aturan pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari (kulit harus bersih dan kering)
Efek samping : jarang menimbulkan efek samping,
Resiko khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak
(maksimal seminggu), penggunaan jangka panjang pada wajah, bayi di bawah 1
tahun.
2. Ester betametason (potensi: kuat)
Nama Generik : bethametasone
Nama Dagang : Betason (Kimia Farma) krim 0,1%;
Corsaderm (Corsa) krim 0,1%;
Diprosone-Ov
(Schering
Plough
Indonesia)
salep
dan
krim
0,05%.
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak menunjukkan respons
pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis.
Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak diobati; jerawat
rosacea perioral dermatitis; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim dan salep.
Dosis dan aturan pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari, untuk lebih dari 13 tahun:
gunakan jumlah paling minim dalam jangka waktu yang pendek (tidak lebih dari 2
minggu).
Efek samping : penekanan pituitary-adrenalaxis, sindrom Cushing, dan efek samping
lokal (penipisan kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral, depigmentasi ringan).
Pemberian lebih dari 100 g/minggu dari sediaan 0,1% menimbulkan penekanan
adrenal.
Resiko khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak
(maksimal seminggu), bayi di bawah 1 tahun, anak-anak di bawah 12 tahun,
penggunaan pada wajah dan kunci paha.
2.5 Penggunaan Kortikosteroid Topikal pada Dermatitis Atopik Anak
Dermatitis merupakan masalah kulit yang kerap dijumpai dalam kehidupan sehari
hari. Salah satu dermatitis yang sering mendapat perhatian khusus adalah dermatitis
atopi, mengingat angka kejadiannya yang cenderung terus meningkat dan dampaknya
yang berakibat pada kualitas hidup pasien maupun keluarganya. Seperti ditulis
Barnetson RSC dan Rogers M dalam British Medical Journal, kejadian dermatitis
atopi pada anak di negara maju adalah satu berbanding sepuluh dan angka ini terus
meningkat. Peningkatan disebabkan diantaranya oleh tingginya tingkat polusi udara,
maraknya binatang peliharaan, usia tua saat hamil, dan banyaknya jenis makanan
yang beredar. Disamping itu dermatitis atopi juga sangat jelas faktor herediternya.
Lima puluh persen kasus penderita dermatitis atopi pada anak dapat menghilang
saat remaja, namun dapat juga menetap atau bahkan baru terjadi pada usia dewasa.
Kehadiran dermatitis atopi terkadang juga menyebabkan masalah psikologis yang
cukup besar. Bahkan apabila gejala yang muncul cukup parah dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Gejala umum dermatitis atopi yang sering dijumpai adalah rasa gatal yang hebat.
Padahal dengan menggaruk justru akan menambah gambaran klinis bahkan dapat
memperparah keadaan dengan kemungkinan timbulnya infeksi sekunder. Selain itu
juga kulit menjadi kering dan menebal (likenifikasi), disertai inflamasi dan eksudasi
yang dapat kambuh sewaktu waktu.
Berbagai faktor dapat memicu dematitis atopi, antara lain alergen makanan,
alergen hirup, berbagai bahan iritan, dan stress, akan tetapi seberapa besar peran
alergen makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial. Meski pada pasien
dermatitis atopi kerap dijumpai peningkatan IgE spesifik terhadap kedua jenis alergen
ini, tetapi tidak selalu dijumpai korelasi dengan kondisi klinisnya. Hasil tes positif
terhadap suatu alergen, tidak selalu menyatakan alergen tersebut sebagai pemicu
dermatitis atopi, tetapi lebih menggambarkan bahwa pasien telah tersensitasi
terhadapnya. Secara umum, alergen makanan lebih berperan pada dermatitis atopi
usia dini. Patogenesis dermatitis atopi sampai saat ini belum diketahui secara pasti
sehingga belum ada pengobatan yang dapat memberikan kesembuhan total pada
6
steroid topikal ini juga hanya ditekankan pada daerah lesi dermatitis atopi saja
sedangkan pada kulit yang tidak terlibat, cukup dengan emolient untuk menghindari
kulit kering dan proses inflamasi.
Terdapat 7 golongan kortikosteroid berdasarkan potensinya yang tentunya juga
mempunyai potensi efek samping yang berbeda pada penggunaannya, terutama jika
digunakan dalam jangka panjang. Untuk potensi obat yang sangat kuat maka hanya
untuk digunakan dalam waktu yang sangat singkat dan hanya pada lokasi yang
mengalami penebalan (likenifikasi) berat, tidak untuk wajah dan daerah lipatan.
Steroid potensi sedang dapat digunakan untuk periode yang lebih lama dan ditujukan
penggunaannya untuk lesi di badan dan ekstremitas.
dan
Bentuk
Sediaan
Dosis
kulit kepala
1 2 x/hari
Halcinonide
2 3 x/hari
0,1% krim
2 -3 x/hari
dipropionate
0,025% krim
2 x/hari
Betamethasone
0,05%
dipropionate
Potensi Tinggi
Amcinonide
Beclometasone
krim,
salep,
cair
1 3 x/hari
Betamethasone
valerate
0,025% krim
2 3 x/hari
Betamethasone
valerate
solution
1 3 x/hari
Desoximetasone
1 3 x/hari
valerate
2x/ hari
Difluocortolone
valerate
salep
1 3 x/hari
Fluclorolone acetonide
0,025% krim
2 x/hari
Fluocinolone
acetonide
salep
1 3 x/hari
acetonide
0,2% krim
2 3 x/hari
Fluocinolone
acetonide
1 3 x/hari
Fluocinonide
2 3 x/hari
0,25%/0,25% krim
1 3 x/hari
caproate
0,25%/0.25% salep
1 3 x/hari
Fluticasone propionate
1 2 x/hari
aceponate
0,127% krim
1 2 x/hari
Methylprednisolone
1 2 x/hari
Difluocortolone
Fluocinolone
Fluocortolone/
fluocortolone caproate
Fluocortolone
pivalate/ fluocortolone
Hydrocortisone
aceponate
salep
Mometasone furoate
1 x/hari
Prednicarbate
0,25% krim
1 2 x/hari
dipropionate
2 3 x/hari
Clobetasone butyrate
Sampai 4 x/hari
Desonide
2 x/hari
Fluprednidene acetate
2 x/hari
Triamcinolone
acetonide
Potensi Sedang
Alclometasone
2 3x/hari
Potensi Rendah
0,5% krim, 1% lotion, gel,
Hydrocortisone
2 3 x/hari
2 3 x/hari
Hydrocortisone
acetate
10
lainnya yang digunakan secara bersama-sama; masa hidupnya hanya sebentar dan
pencucian biasa bisa menghancurkan tungau ini. Tungau betina membuat terowongan
di bawah lapisan kulit paling atas dan menyimpan telurnya dalam lubang. Beberapa
hari kemudian akan menetas tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan gatal-gatal
hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau.
Ciri khas dari scabies adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya semakin
memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang
dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya terdapat beruntusan kecil.
Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di
sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting
payudara wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat
pinggang dan bokong bagian bawah. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada
anak-anak dimana lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan
ini sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat
penggarukan.
Ada banyak infeksi tungau (mite) yang bukan merupakan scabies. Maka
dari itu harus dilakukan biopsy untuk memastikan infeksi disebabkan oleh apa.
Tungau scabies pada manusia (Human scabies mites) bukan merupakan sarcopic
mange mites yang mengenai hewan. Sarcopic mange mites bisa terbawa pada
manusia tetapi tidak bisa menggali kulit manusia. Jika hewan terinfeksi tungau
mange, maka meraka harus diobati secara terpisah.
Pengobatan ditujukan untuk membunuh tungau scabies dan mengkontrol
dermatitis, yang akan bertahan untuk beberapa bulan setelah pemberantasan tungau.
Selimut dan baju harus dicuci atau dibersihkan atau disingkirkan selama 14 hari
dalam kantong plastic. Apabila pyoderma lanjutan ada, maka harus diobati dengan
sistemik antibiotic. Kecuali kalau pengobatan ditujukan kepada semua anggota
keluarga yang terkena maka infestasi kembali akan terjadi.
12
13
Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit
yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel
dan akhirnya terjadi paralise parasit. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit,
hasil metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera diekskresi melalui urine.
Permethrin juga diabsorbsi setelah pengaplikasian secara topikal, tetapi kulit juga
merupakan sebuah tempat metabolisme dan konjugasi metabolit.
Pengaplikasian 5% permethrin cream biasanya cukup untuk mebuat hilang
ektoparasit dan pengurangan dari simptom (biasanya pruritus). Pengaplikasian
berusalng dibutuhkan untuk mengobati penyakit scabies diantara komunitas orang.
d. Indikasi
Permethrin cream 5% digunakan untuk terapi investasi Sarcoptes scabiei.
e. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis atau Pirethrin.
f. Cara pemakaian
Permethrin cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan Permethrin cream
merata pada seluruh permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari-jari kaki,
terutama daerah belakang telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari kaki. Lama
pemakaian selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian
dicuci pada keesokan harinya.
g. Efek samping
Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal, eritema, hipestesi
serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan akan menghilang sendiri.
h. Peringatan
Infestasi Scabies kadang diikuti dengan adanya pruritus, edema dan erythema.
Pengobatan dengan Scabimite bisa secara sementara memperburuk kondisi ini.
14
Keamanan dan keefektifan pada anak-anak berumur kurang dari 2 bulan belum
diumumkan.
j. Resiko khusus
Neonates
Tidak ada penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk pengujian keamanan
permethrin pada neonates, tetapi Wellcome mengadakan penelitian spesifik tentang
penggunaan perm,ethrin pada anak-anak berumur dibawah 12 tahun.
Ibu menyusui
Perhatian ditujukan pada ibu yang sedang menyusui apabila menggunakan permethrin
cream 5%, level dari permethrin dalam air susu setelah diaplikasikan secara topikal
diketahui sangat rendah.
Anak-anak
Permethrin telah diketahui aman dan efektif bila digunakan pada anak-anak.
Wanita hamil
Orang tua
15
: Mupirocin
Nama paten
: BACTROBAN (GlaxoSmithKline)
Brand name
: Bactoderm (Ikapharmindo)
16
Indikasi
folikulitis, furunkulosis
Kontraindikasi
Bentuk sediaan
Dosis
3x/hr, jika perlu daerah yang diobati ditutup dengan kasa, lakukan evaluasi jika tidak
ada respon klinis dalam 3-5 hari
Efek samping
Peringatan
reaksi sensitivitas
atau reaksi
digunakan
name
: Asam Fusidat
:
Afucid
(Ferron),
Fusycom
(Combiphar),
Fuladic
pembalut/kasa steril : gunakan lebih sering lama terapi kurang lebih 7 hari.
Efek samping
Peringatan
dapat meningkatkan resiko sensitisasi kulit dan resistensi bakteri. Hamil trimester
pertama. Bayi baru lahir.
17
Antibiotik per-oral
1. Eritromisin
Nama Generik : Eritromisin
Nama paten
: ERYTHROCIN (Abbott)
Brand name
: Corsatrocin (Corsa).
Indikasi
peritonsiler, faringitis, laringitis, sinusitis, infeksi sekunder pada demam dan flu,
trakeitis, bronkitis akut dan kronis, pneunomia, bronkiektaksis. Infeksi telinga: otitis
media dan eksternal, mastoiditis. Infeksi oral : gingivitis, angina vincenti. Infeksi
mata: blefaritis. Infeksi kulit dan jaringan lunak: furunkel dan karbunkel,
paronikia, abses, akne pustularis, impetigo, selulitis, erisipelas.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap eritromisin, penyakit hati.
Bentuk sediaan : tablet atau kapsul
Dosis
dosis terbagi. Anak 30-50 mg/kgBB/hr tiap 6, 8 atau 12 jam. Bayi-2tahun 125mg
4x/hr, 2-8tahun 250 mg 4x/hr atau 500 mg tiap12jam Sebelum atau pada waktu
makan.
Efek samping
Peringatan
: FLOXAPEN (GlaxoSmithKline)
Indikasi
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penisilin, bayi yang lahir dari ibu yang
hipersensitif penisilin.
Bentuk sediaan : kapsul (250 mg, 500mg)
Dosis
(tiap 8 jam)
Efek samping
sebagai
tempat
penimbunan
lemak.
Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit yang kronik, kambuhan, gatal dan
radang yang juga dikenal dengan nama atopic eczema. Dermatitis atopik sering
disebut eksim ringan. Umumnya DA menyebar pada permukaan bagian utama tubuh.
Wajah, kulit kepala dan leher. Dermatitis atopik sering disertai xerosis atau
kekeringan, terbakar, dan daerah yang tidak radang meluas ke seluruh tubuh.
Dermatitis tidak hanya menyebabkan gatal, namun perlindungan lapisan kulit
menjadi tidak normal. Mudah teririasi karena alergi. Penyebab DA adalah komplikasi
19
genetik, lingkungan, dan mekanisme imunologi yang secara lengkap tidak dapat
diketahui. Komponen turunan tertentu dari etiologi DA sangat kuat. Enam puluh
persen anak-anak dengan salah satu orangtua yang menderita DA juga mengalami
DA. Delapan puluh persen anak-anak dengan kedua orangtua mengalami DA juga
akan mengalami DA. Jika ayah terkena DA dan asma, merupakan resiko yang sangat
kuat dibandingkan dengan sejarah ibu. Hampir semua pasien dengan DA ditemukan
mengalami peningkatan eosinofil dan IgE yang umumnya ditemukan pada pasien
dengan rhinitis alergi atau asma, dan 80% anak-anak dengan DA secepatnya akan
mengalami perkembangan dari salah satu penyakit imunologi atau alergi. Anak-anak
dengan DA lebih sering mengalami asma kambuhan daripada anak-anak asma tanpa
DA. Karakteristik dari penyakit DA yaitu peningkatan pengurangan air pada
transepidermal dan penurunan fungsi barrier lapisan kulit bagian bawah.
Gatal yang terus menerus dan reaktivitas kulit adalah tanda dari penyakit DA.
Luka ruam yang akut mengalami gatal yang intens. Luka gatal ini jika digaruk akan
mengeluarkan eksudat. Luka subakut lebih tebal, lebih pucat, bersisik dan kemerahan.
Luka kronik memiliki karakteristik penebalan, noda-noda tonjolan, dan tonjolan
jaringan fibrosa.
Gejala-gejala dapat menjadi indikasi adanya AD. Peningkat IgE dan eosinofilia
ditemukan pada hampir semua pasien dengan DA. Dalam hal ini tidak dapat
dilakukan tes laboratorium tunggal. Untuk mendiagnosis DA, karena beberapa pasien
tidak menunjukkan adanya abnormalitas. Tes skin prick atau tes enzyme-linked
immunosorbent assay dapat digunakan untuk mengidentifikasi DA. Bias dilakukan
tes alergi tapi tidak cukup spesifik atau sensitif untuk mendiagnosis DA.
Pemicu imunologi dapat berpengaruh pada perkembangan DA, yaitu allergen
makanan dan aeroallergen. Macam-macam allergen menyebabkan 85% pasien DA
hasil tes serum IgE antibodinya positif. Dermatitis atopik juga biasa disebabkan
karena aeroallergen (sampah, pollen, dll). Tes alergi hewan peliharaan juga dapat
dilakukan. Alergi makanan juga dapat menjadi faktor DA. Telur, susu, kacang dan
gandum tercatat hampir 90% menjadi allergen makanan pada anak dengan DA.
20
Walaupun allergen makanan sudah dihindari namun kondisi akan tetap sampai 1-3
tahun kemudian.
Air susu ibu merupakan hipolergenik terbesar sebagai nutrisi bayi, kecuali jika
ibu menyusui berdiet khusus selama menyusui. Situasi stres karena pasien frustasi
akibat gatal sering terjadi. Namun stres sendiri tidak menyebabkan DA. Mengetahui
irritan juga diperlukan, contohnya sabun, detergen, baju, rokok, temperatur,
kelemababan dapat menjadi faktor walau sinar UV menguntungkan untuk beberapa
pasien, tapi sunscreen tetap diperlukan untuk menghindari sunburn atau terbakar sinar
matahari. Namun bahan kimia sunscreen seringkali dapat menyebabkan dermatitis.
Saat ini DA tidak dapat disembuhkan. Kondisi ini membutuhkan rencana
manajemen termasuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu luar, memelihara
kulit dan menggunakan beberapa pilihan terapetik untuk mengurangi gejala. Tetapi
harus secara individual dan pendekatan secara multipronged harus dilakukan. Tujuan
dari terapi DA adalah untuk mengurangi gejala, mencegah flares-ups dan
meningkatkan kualtas hidup tanpa penyakit atau tanpa komplikasi pengobatan.
Sedangkan
sasaran
terapi
DA
adalah
menghilangkan
gejala
DA.
formulasi, infeksi jamur sistemik, infeksi serius (kecuali septic shock dan tuberculous
meningitis), terapi utama pada keadaan asmatikus, infeksi jamur, virus atau bakteri
pada mulut dan tenggorokan.
Dosis: cream dan ionment aplikasikan lapisan tipis pada daerah dikehendaki 2
4 kali sehari; spray aplikasikan pada daerah yang dikehendaki 3 4 kali sehari.
orabase, Ketricin
23
3.Dermatitis
atopik
fase
dewasa
(usia
12-18
tahun)
Faktor pencetus
1. Penggunaan sabun atau detergen, bahan kimia yang dapat memicu rasa gatal
pada kulit
2. Pakaian dari bahan wol atau berserat kasar
3. Keringat berlebihan, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan
kelembaban tinggi atau rendah, sinar matahari.
4. Akibat tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari, karpet, dll.
5%
dari
anak-anak
berusia
kurang
dari
tahun
2. 25% punya riwayat keluarga dengan asma, hay fever, konjungtivitis atau dermatitis
dengan diastesi atopik.
3. kadar IgE serum meningkat
Sasaran
Terapi untuk penyakit dermatitis atopik ini lebih untuk mengatasi kekeringan kulit
yang timbul, menghilangkan inflamasi, mengurangi rasa gatal, mengidentifikasi dan
menghilangkan faktor pencetus.
24
Tujuan
Perawatan dan pengobatan dermatitis atopik harus dilakukan mengingat penyakit ini
kronis dan sangat mengganggu. Banyak faktor yang menyebabkan kambuh antara
lain alergen, infeksi kulit, iritasi, berkeringat, kedinginan, stress. Oleh karena itu
pengobatan pada dasarnya dengan menghindari hal-hal tersebut. Tujuan dari terapi
dermatitis atopik yaitu untuk (1) melembutkan kulit dengan emolien, (2) mengurangi
rasa gatal dengan antihistamin oral, (3) mengurangi inflamasi dengan steroid topikal
atau dengan tacrolimus topikal.
Strategi Terapi
Dermatitis atopik merupakan reaksi hipersensitivitas dan dapat kambuh hingga usia
dewasa sehingga mungkin sulit untuk diatasi. Namun terapi tetap dapat dilakukan
dengan pinsip melembabkan kulit dengan menggunakan emolien dan mengurangi
rasa gatal dengan antihistamin oral ditambah dengan penggunaan NSAID untuk
mengurangi inflamasinya. Pada terapi kali ini akan dijelaskan tentang penggunaan
tacrolimus topikal untuk pengobatan dermatitis atopik.
pembentuk
sitokin
pada
limfosit
T.
Tacrolimus
memiliki
aktivitas
Indikasi:
Salep 0.03% x 10 g
Salep 0.1% x 10 g
Dosis:
a. Dewasa : oleskan tipis (kandungan salep 0.03% 0.1%) pada daerah kulit yang
terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga gejala dan tanda dari dermatitis atopik
hilang.
b. Anak (usia kurang dari 2 tahun) : oleskan tipis (kandungan salep 0.03%) pada
daerah kulit yang terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga gejala dan tanda dari
dermatitis atopik hilang.
Efek samping:
Rasa panas terbakar, tersengat atau gatal biasanya bersifat ringan sampai sedang
dan cenderung membaik dalam waktu 1 minggu terapi.
Penglihatan kabur
Masalah liver & ginjal (Nefrotoksik)
Tremor, hipertensi, hipomagnesemia, kram, neuropathy
Meningkatnya terjadinya infeksi jamur, virus
Diare, muntah
Kurangnya nafsu makan
Insomia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat topical adalah obat yang diberikan dengan cara mengoleskan dan
memberikan efek local missal pada kulit yang bertujuan untuk memperoleh reaksi
lokal dari obat tersebut, pada mata yang yang biasa berbentuk tetes mata yang
bertujuan untuk mengobati gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada
pemeriksaan struktur internal mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada
26
pengukuran refraksi mata,untuk mencegah kekeringan pada mata dan juga pemberian
obat topical pada telinga yang bertujuan untuk memberikan effek terapi lokal
(mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal), menghilangkan nyeri.
3.2
Saran
Diharapkan kepada pembaca setelah selesai membaca makalah ini supaya
dapat memahai pengertian obat topical dan cara pemberian obat topical.
DAFTAR PUSTAKA
1. Davey, P., 2003, At a Glance MEDICINE, Erlangga, Jakarta.
2. Tatro, D. S., 2004, A to Z Drugs Facts, 5th Edition, Wolters Kluwer Health, Inc.,
USA
3. Amiruddin M D, 2005, Penatalaksanaan Dermatitis Atopik. Jurnal Med Nus Vol.
26 No. 1 Januari-Maret 2005.
4. Corwin, Elizabeth, J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, 606-607, EGC, Jakarta.
27
5. Tan, H. T., dan Rahardja, K., 2003, Obat-obat Penting, 688 690, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
28