Anda di halaman 1dari 9

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTERI MENURUT IMAM MAZHAB

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Munakahat
Perbandingan

Dosen Pengampu : Muchimah S.H.I, M.H

Disusun Oleh :

Alfiyah Nur Andirani 2017304006

Tohirin 20173040

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2022
A. Pendahuluan
Hubungan suami isteri pada dasarnya tidak terlepas dari hak dan
kewajiban. Hak ialah sesuatu yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh suami atau
isteri yang di perolehnya dari hasil perkawinan. Hak dapat dihapus apabila yang
berhak mendapatkan hak tersebut rela, jika haknya tidak dipenuhi atau dibayar
oleh pihak lain. Sedangkan kewajiban adalah hal-hal yang wajib dilakukan oleh
seorang suami dan isteri untuk memenuhi hak dari pihak lain. Dalam keadaan
tertentu hubungan suami isteri tidak selamanya berjalan mulus, karena tidak dapat
saling berpartisipasi antara keduanya hal tersebut yang mengakibatkan tidak
berjalannya aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt. Dalam kehidupan suami isteri
bentuk hak dan kewajiban yang semestinya harus dipenuhi oleh kedua belah
pihak, sehingga menghindari sebuah perceraian. Dalam hal ini Islam tidak
membenarkan putusnya perkawinan.

Jadi sangat diperlukan cinta lahir bathin antara pasangan suami isteri agar
hubungan rumah tangga tentram dan nyaman. Mengapa perceraian sering terjadi,
karena salah satu dari suami isteri atau keduanya tidak menunaikan kewajiban
tapi hanya menuntut hak. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya suatu masalah
dalam rumah tangga yang mana bila tidak di selesaikan maka perceraian akan
terjadi. Oleh karena itu sebagai suami isteri yang baik harus menjalankan hak
serta kewajibanya masing-masing agar tidak ada masalah-masalah yang memicu
terjadinya perceraian. Kedurhakaan itu dapat berbentuk perkataan atau perbuatan
dan dapat datang dari pihak suami ataupun pihak isteri. Salah satu bentuk
kedurhakaan perkataan isteri yaitu menjawab secara tidak sopan pembicaraan
suami yang lembut, sedangkan dari pihak suami adalah memaki-maki dan
menghina isterinya. Lalu bentuk kedurhakaan perbuatan isteri, seperti tidak mau
pindah ke rumah yang telah di siapkan oleh suaminya, tidak melakukan apa yang
diperintahkan suami, dan keluar tanpa seizin suami, sedangkan dari pihak suami
adalah mengabaikan hak isteri atas dirinya, bersenang-senang dengan perempuan
lain dan menganggap rendah terhadap isterinya.

Kedurhakaaan isteri ditegaskan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 34


yaitu Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka
perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi menjaga diri ketika
suaminya tidak ada oleh karena Allah telah menjaga mereka. Sebagai seorang istri
yang baik apabila suami sedang tidak ada di rumah maka ia harus menjaga
semuanya dengan baik, mulai dari harta benda dan juga nafsu.

B. Hak dan Kewajiban Isteri


Menunaikan hak seorang isteri adalah termasuk bertakwa kepada kepada
Allah. Nabi bersabda bertakwalah kepada ku dalam urusan wanita atau dalm hak
hak para wanita. Dan harus di ingat bawasannya isteri adalah amanah dari Allah
SWT. Diantara hak hak isteri yang berkaitan dengan al- maliyah ( materi ) dan
hak-hak yang tidak berkaitan dengan al-maliyah (materi) :

1. Hak hak isteri yang berkaitan dengan al-maliah (materi)


Diantara hak isteri yang harus ditunaikan adalah mahar. Mahar
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh calon suami dalam
melangsungkan sebuah pernikahan. Allah berfirman berikan kepada wanita
mahar mereka. Yang selanjutnya yaitu hak nafkah, bawasannya lelaki wajib
untuk nafkahi seorang isteri. Seseorasng yang mempumyai kelapangan harta
maka ia berikan sesuai kelapangannya. Lalu hak seorsng isteri berupa nafkah
yaitu sandang, pangan, papan.

2. Hak hak isteri yang berkaitan dengan non al-maliah (bukan materi)
Ada beberapa hak isteri yang harus di tunaikan oleh suami yaitu yang
pertama menggauli isteri dengan baik. Wajib bagi suami bersikap baik dalam
bersikap dengan isterinya serta memberikan sesuatu yang dapat
menyenangkan hatinya. Dalam Q..S An-Nisa ayat 19 yang berbunyi “ dan
bergaullah dengan mereka secara patut “. Yang kedua yaitu bersikap adil. Jika
seorang suami memiliki beberapa isteri (poligami) maka termasuk hak isteri
adalah bersikap adil dalam giliran di antara para isterinya, dalam hal
bermalam, pakaian dan nakah.

Kewajiban isteri terhadap suaminya yang merupakan hak suami dari


istrinya tidak ada yang berbentuk materi secara langsung. Yang ada adalah
kewajiban dalam bentuk nonmateri. Kewajiban yang bersifat nonmateri itu
adalah :

a. Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kodratnya. Hal ini dapat
dipahami dari ayat yang menuntut suami yang menggauli istrinya dengan
baik, karena perintah untuk menggauli itu berlaku untuk timbal balik.
b. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-
batas yang berada dalam kemampuannya.
c. Taat dan patuh kepada suaminya selama suaminya tidak menyuruhnya
untuk melakukan perbuatan maksiat.
d. Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya bila suaminya sedang tidak
berada dirumah
e. Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi
oleh suaminya.
f. Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak
dipandang dan suara yang tidak enak didengar.
C. Hak dan Kewajiban Suami
Adapun pembahasan tentang hak-hak suami atas istrinya yaitu, menyusui,
melayani urusan rumah tangga, berdasarkan perbedaan pendapat di antara ulama
dalam hal ini:

1. Sekelompok ulama mewajibkan kepada istri untuk menyusui secara mutlak


2. Sekelompok ulama lain tidak mewajibkan hal itu secara mutlak.
3. Sekelompok ulama lain juga mewajibkan hal itu kepada wanita biasa dan
tidak mewajibkannya kepada wanita bangsawan, kecuali jika bayinya hanya
menerima puting ibunya, ini ada pendapat Malik yang masyhur.

Sebab perbedaan pendapat: Apakah ayat tentang susuan mencakup tentang


hukum menyusui (maksudnya, kewajiban untuk menyusui) atau mencakup
perintah saja?

Ulama yang mengatakan hanya perintah saja, mereka berpendapat tidak


wajib untuk menyusui, karena di sini tidak ada dalil yang menunjukkan wajib.
Sedangkan ulama yang mengatakan mengandung perintah dan kewajiban untuk
menyusui dan ayat itu termasuk di antara berita yang pengertiannya adalah
perintah, mereka berpendapat wajib menyusui. Adapun ulama yang membedakan
antara wanita biasa dengan wanita bangsawan, hal itu berdasarkan adat dan
kebiasaan. Adapun wanita yang telah diceraikan, rnaka tidak wajib
menyusui,kecuali jika bayinya tidak mau menerima selain putingnya, maka
diwajib menyusuinya dan suami wajib membayar upah menyusui. Ini adalah ijma'
berdasarkan firman ,\llah Ta'ala: "Jika mereka (istri-istri) menyusukan (anak-
anak)mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya." (Qs. Ath-Thalaaq
[65]: 6).
Hak Suami Terhadap Istrinya Yang Paling Pokok

1. Di taati dalam hal-hal yang tidak maksiat


2. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami
3. Tidak bermuka masam di hadapan suami
4. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak di senangi suami.

Kewajiban suami terhadap isteri yaitu1 :

1. Nafkah
Pendapat Imam Syafi'i nafkah istri di tentukan oleh ukuran syara'
dan tidak ada ijtihad di dalamnya yang di pertimbangkan menurut keadaan
suami saja. Oleh karena itu suami wajib memberikan nafkah 2 mud sehari,
suami yang pertengahan wajib memberikan nafkah 1,5 mud sehari,
sedangkan suami yang miskin wajib memberikan 1 mud sehari. Pendapat
Hanafi, Maliki, Hambali dan Az Zhahiri : di ikur menurut keadaan suami
istri.

2. Memberi pelayanan
Pendapat para mazhab sepakat atas wajibnya suami memenuhinya,
jika istri memerlukan pelayan. Namun pada mazhab berbeda pendapat
apabila pelayan lebih dari satu. Pendapat Hanafi, Hambali dan Az -Zhahiri
tidak wajib memenuhinya kecuali satu orang saja, walaupun di perlukan
banyak pelayan. Pendapat Maliki yaitu jika memerlukan dua, tiga pelayan
maka semuanya wajib di penuhi.

3. Nafkah bersetubuh
Pendapat para imam mazhab berbeda pendapat pada nafkah istri
yang masih kecil, yang belum dapat di setubuhi dengan suami. Pendapat
Hanafi, Maliki, Az-Zhahiri yaitu tidak berhak nafkah. Pendapat Syafi'i
1
Anwar, S., Tinggi, S., Islam, A., Kamal, A., & Rembang, S. (1974). Hak Dan Kewajiban Suami Istri.
1, 82–98
mempunyai 2 pendapat dan paling sahih yaitu tidak berhak nafkah apabila
istri sudah besar dan suami masih kecil dan belum bisa bersengama, maka
iya tetap wajib memberikan nafkah. Demikian pendapat Hanafi, Az-Zhari
dan Maliki.

4. Memberi Pakaian
Apabila suami tidak sanggup memberi nafkah pakaian, apakah istri
berhak membatalkan berkawin ? Pendapat Maliki, Syafi'i Hambali, dan
Az-Zahiri yaitu benar iya berhak meminta membatalkan perkawinan
lantaran suaminya tidak sanggup memberikan nafkah, pakaian, dan tempat
tinggal.

5. Bergaul dan bertutur kata yang lembut


Maksutnya sebagai seorang suami haah lembut saat bersama isteri
selalu berkumunikasi dengan lemah lembut dan santun. Kerena sejatinya
seorang isteri hatinya seperti benang sutra yang mudah putus ketika
dimarahi ataupun di sakiti. Sebagai suami yang baik hendaknya selalu
memberikan kesan yang romantis saat bersama isteri.

6. Menunjukkan kasih sayang


Salah satu kewajiban suami terhadap isteri yaitu menunjukan rasa
kasih sayang dan perhattian kepada isteri kerena hal tersebut dapat
membuat isteri menjagi senang dan merasa bahagia. Jangan sekali kali
menyakiti hati seorang isteri, kerena malaikat akan mengutuk seorang laki
laki yang menyakiti hati seoarang wanita.

7. Bersikap lapang disaat sendiri


Seorang suami juga harus mandiri ketika tidak bersamanya .
sebagai seorang suami harus dapat menjadi panutan bagi anak anaknya.
Maka sebagai seorang suami harus bersikap mandiri dalam menjalankan
yang biasa dilakukan seorang isteri dan jangan mengeluh atau merasa
berat hati.

8. Memaafkan isteri ketika berbuat salah


Dalam ajaran islam memaafkan kesalahan seseorang sangat di
anjurkan. Sebagai seorang suami yang baik harus bisa memafkan
kesalahan isteri dan dapat menyelesaikan masalah dengan
bermusyawarah.

9. Menjaga harta isteri


Harta isteri yaitu seperti mahar dari suami atau harta hasil berkerja
sendiri itu merupakan harta isteri. Menjaga harta isteri maksudnya tidak
mengakui bahwa harta terssebut muluk kita. Jika seorang suami akan
menggunakan harta tersebut maka harus meminta izin terlebih dahulu
pada sang isteri. Jika isteri ridho maka boleh memakai harta tersebut.

10. Selalu bersemangat terhadap isteri


Semangat menjalankan keluarga yang bahgia, damai, dan tentram.
Dalam hal apapun ketika bersama harus mempunyai semangat agar isteri
juga semangat dalam menjalankan hubungan keluarga yang baik.

D. Kesimpulan
Jadi kesimpulanya yaitu dalam hubungan suami isteri pada dasarnya tidak
terlepas dari hak dan kewajiban. Hak ialah sesuatu yang dapat dimiliki atau
dikuasai oleh suami atau isteri yang di perolehnya dari hasil perkawinan. Hak
dapat dihapus apabila yang berhak mendapatkan hak tersebut rela, jika haknya
tidak dipenuhi atau dibayar oleh pihak lain. Sedangkan kewajiban adalah hal-hal
yang wajib dilakukan oleh seorang suami dan isteri untuk memenuhi hak dari
pihak lain. Dalam hubungan rumah tangga terdapat hak dan kewajiban terhadap
suami dan isteri. Kewajiban seorang isteri terhadap suami yaitu Taat dan patuh
terhadap suami. Kewajiban seorang suami terhadap isteri yaitu member nafkah
secara lahir maupun batin. Hak seoang isteri adalah di beri mahar, nafkah yaitu
sandang, pangan, papan. Dan hak seorang suami yaitu di taati, isteri menjaga
harta dan dirinya, tidak cemburuan, tidak menunjukan keadaan yang tidak senang
pada suami.

E. Daftar Pustaka
Anwar, S., Tinggi, S., Islam, A., Kamal, A., & Rembang, S. (1974). Hak Dan
Kewajiban Suami Istri. 1, 82–98

Amir Syarufuddin : Hukum Perkawinan Islam di Indonesia hal 162-163

Anda mungkin juga menyukai