Anda di halaman 1dari 4

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

NAMA KELOMPOK:

 Latifah Nurul Kasanah (27)  fauziah umi latifah(32)


 Hafida Rochani(28)  Yuni Diyan Dari(33)
 Laras Kinasih(29)  Risri Dewi Nuraini(34)
 Frianando Erlangga (30)  Fuad Hanafi(35)
 Frianando Erlangga(31)

A. HAK DAN KEWAJIBAN

1. Hak Istri dan Kewajiban Suami

Hak istri adalah suatu kewajiban mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang

suami. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi suami yang akan di jabarkan dalam

sub bab ini yaitu mahar, nafkah, pendidikan dan pengajaran, memimpin dan

melindungi keluarga,serta memperlakukan istri dengan baik.

a. Mahar

Islam sesungguhnya telah memuliakan wanita dengan cara mewajibkan

kepada orang yang hendak menikahinya agar memberikan maskawin (mahar)

terhadap dirinya.

b. Nafkah

Nafkah dalam bahasa Arab disebut nafaqah. Isitilah ini menurut Kamal

Mukhtar diartikan sebagai “belanja” dan “kebutuhan pokok” yakni kebutuhan

pokok bagi orang yang membutuhkannya

c. Pendidikan dan Pengajaran

Suami bertanggung jawab terhadap istrinya kelak di hadapan Allah, sebab

suami adalah pemimpin wanita (istri) dan seperti yang kita ketahui bahwa setiap

pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.

d. Memimpin dan Melindungi Keluarga


Seperti yang telah dituturkan secara singkat dalam sub bab di atas bahwa

suami bertanggung jawab terhadap istrinya kelak di hadapan Allah, karena suami

adalah pemimpin wanita (istri) dan seperti yang kita ketahui bahwa setiap

pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.

e. Memperlakukan istri dengan baik

Dalam kehidupan berumah tangga, banyak hal yang harus diperhatikan

oleh seorang suami. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan, pakaian, dan

tempat tinggal. Istri juga membutuhkan perlakuan yang baik dari seorang suami.

Hak suami dan kewajiban istri

a. Patuh dan Memperlakukannya dengan Baik

Allah swt. telah menunjuk laki-laki sebagai pilar dan pemimpin bagi

seorang wanita, sehingga kepatuhan dari seorang istri terhadap suaminya adalah

sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena dari ketaatan pada

suami akan mendatangkan kesenangan dan kepuasan dalam rumah tangga.

b. Memberikan ketenteraman pada suami

Istri wajib mencintai suaminya dengan sepenuh hati dan mengabdikan

dirinya untuk kegembiraan suaminya secara sukarela, dan berusaha semaksimal

mungkin agar suaminya selalu merasa tenteram dan nyaman saat bersamanya.

c. Berkabung untuk suaminya ketika meninggal

Sebagian dari kewajiban perempuan dari hak-haknya adalah jika suaminya

meninggal dunia maka ia harus ikut berkabung. Ia harus menepati keharusannya untuk tetap tinggal
di rumah sehingga habis masa „iddahnya, ia tidak keluar

kepada keluarganya kecuali ada urusan yang mendesak

d. Memahami posisi suami kedudukan suami sebagaimana yang telah

ditetapkan Sang Maha Pencipta di dalam kitab-Nya, yang harus di ketahui dan

dipahami oleh seorang istri sehingga ia bisa melayani suaminya dengan perilaku

yang di ridhai oleh Allah.

B. KHULUQ DAN THALAQ


Secara terminologis, khulu’ adalah perceraian antara suami-istri disertai dengan kompensasi atau
tebusan yang diberikan istri kepada suami. Dasar legalitasnya adalah ayat Al-Quran, “Jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak
ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya,” (Surat Al-
Baqarah ayat 229).

Pengertian talak menurut bahasa adalah melepaskan ikatan, meninggalkan, dan memisahkan.
Pengertian talak menurut istilah adalah putusnya tali pernikahan yang telah dijalin oleh suami istri.
Talak merupakan alternatif terakhir jika pernikahan sudah tidak mungkin dipertahankan lagi. Talak
boleh dilakukan dan halal hukumnya, tetapi perbuatan tersebut dibenci oleh Allah Swt. Sebab-Sebab
Talak

Ada beberapa penyebab talak seperti berikut.

1) Li‘an

Li‘an merupakan tuduhan melakukan zina dari seorang suami terhadap istrinya. Li‘an bisa
berbentuk tuduhan suami terhadap istri bahwa istri telah melakukan zina, sementara ia tidak bisa
mendatangkan empat orang saksi. Dapat berbentuk penolakan bahwa anak yang dikandung istri
bukan anaknya. Li‘an mengakibatkan terjadinya perceraian antara suami istri untuk selamanya. Jika
setelah bercerai tuduhan suami tidak benar, menurut jumhur ulama mereka tidak boleh menikah
untuk selamanya. (Ensiklopedi Islam 5. 1993. Halaman 60)

2) Ila‘

Ila‘ merupakan sumpah suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan menggauli istrinya selama
empat bulan atau lebih. Suami boleh menggauli kembali istrinya setelah membayar kafarat. Kafarat
ila‘ adalah memerdekakan budak. Jika tidak mampu, memberi makan sepuluh orang miskin atau
memberi pakaian mereka. Jika tidak sanggup menunaikannya, ia harus berpuasa selama tiga hari.
Menurut jumhur ulama, jika waktu empat bulan telah lewat dan istri telah meminta suaminya untuk
kembali dengan menunaikan kafarat, tetapi suami tidak mau, hakim harus memberi pilihan kepada
suami untuk kembali kepada istri atau menalaknya. Jika suami tidak mau memilih, hakim
menjatuhkan talak dan dianggap sebagai talak raj‘i. (Ensiklopedi Islam 5. 1993. Halaman 60)

Macam-Macam Talak

Talak dilihat dari segi cara menjatuhkannya dibagi menjadi dua sebagai berikut.

1) Talak Sunny

Talak sunny yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan sunnah atau syariat Islam, yaitu:

(a) menalak istri harus secara bertahap (dimulai dengan talak satu, dua, dan tiga); serta

(b) istri yang ditalak dalam keadaan suci dan belum digauli.

2) Talak Bid‘i
Talak bid‘i merupakan talak yang dijatuhkan melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan syariat
Islam, yaitu:

(a) menalak istri dengan tiga kali talak sekaligus;

(b) menalak istri dalam keadaan haid;

(c) menalak istri dalam keadaan nifas; dan

(d) menjatuhkan talak kepada istri yang dalam keadaan suci, tetapi telah digauli sebelumnya,
padahal kehamilannya belum jelas.

Talak dilihat dari segi boleh tidaknya suami istri rujuk dibagi menjadi dua sebagai berikut.

1) Talak Raj‘i

Talak raj‘i yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri sebanyak satu atau dua kali. Talak raj‘i
menyebabkan suami masih boleh rujuk kepada istrinya tanpa harus melakukan akad nikah lagi.
Rujuk dilakukan dalam masa idah. Talak raj‘i berakibat pada berkurangnya bilangan talak yang
dimiliki suami.

2) Talak Ba‘in

Talak ba‘in yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri dan suami boleh kembali kepada istri
dengan akad dan mahar baru. Talak ba‘in dibagi menjadi dua, yaitu talak ba‘in sugra dan talak ba‘in
kubra. Talak ba‘in sugra - merupakan talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang belum
disetubuhi, talak raj‘i yang telah habis masa idahnya sementara suami tidak rujuk dalam masa
tersebut, dan talak dengan tebusan (khulu’).

Talak ba‘in kubra yaitu talak yang dijatuhkan suami untuk ketiga kalinya. Seorang suami yang telah
menjatuhkan talak ba‘in kubra tidak boleh rujuk atau menikah lagi dengan mantan istrinya. Jika
suami ingin kembali kepada istri yang telah ditalak ba‘in kubra, harus terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut.

1) Mantan istri telah menikah dengan pria lain.

2) Telah dicampuri oleh suami barunya.

3) Telah diceraikan oleh suami barunya.

4) Telah habis masa idah sesudah cerai dengan suami barunya.

Anda mungkin juga menyukai