Anda di halaman 1dari 3

MEMILIH CALON ISTRI SESUAI TUNTUNAN ISLAM

Oleh : Wahyudi (Penyuluh Agama Islam Kecamatan Tlanakan)

Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
sebagai pasangan suami istri. Tujuan dari pernikahan adalah membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal, bukan saja di dunia tetapi sampai di akhirat.
Ada banyak faktor yang menjadi unsur pendukung terciptanya keluarga dan rumah tangga
yang langgeng dan bahagia. Salah satunya adalah perilaku istri sebagai pasangan hidup. Baik dan
buruknya perilaku istri memberi andil pada bahagia dan tidaknya kehidupan sebuah keluarga.
Dalam hal ini barangkali sabda Rasulullah bisa dijadikan acuan.

‫الُّد ْن َي ا َم َت اٌع َو َخ ْيُر َم َت اِع َه ا الَّز ْو ُج الَّصاِلُح‬


Artinya : Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah pasangan yang
salih. (HR Imam Thabrani).

‫ َو َخ ْيُر َم َت ا الُّد ْن َي ا اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة‬،‫الُّد ْن َي ا َم َت اٌع‬


‫ِع‬
Artinya: Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah.
(HR Imam Muslim).

Memilih seseorang untuk menjadi pendamping yang sesuai dengan kriteria pribadi masing-
masing memang tidak mudah. Banyak hal yang dipertimbangkan untuk menentukan siapa orang
yang tepat menemani sepanjang hidupnya kelak.
Namun Memang, memilih pasangan merupakan urusan perasaan, sehingga ketika
menemukan seseorang dirasa cocok, maka seseorang akan mengabaikan hal-hal yang
seharusnya menjadi kriteria wajib. Padahal kriteria ini dapat menentukan baik tidaknya
kelangsungan serta keharmonisan keluarga kelak.
Agama Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk urusan jodoh. Menurut
hadist Nabi Muhammad SAW, setidaknya ada 4 kriteria ketika seseorang ingin mencari
pendamping hidup. Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,
kecantikannya dan karena agamanya. Namun kita harus mengutamakan wanita yang mempunyai
agama. Meski Nabi juga memandang harta, nasab, dan kecantikan untuk jadi bahan
pertimbangan, namun Nabi juga sangat menekankan bahwa sebaiknya mengutamakan mereka
yang baik agamanya. Hal ini menandakan bahwa sebenarnya agama merupakan kriteria paling
utama.
Selain empat kriteria memilih pasangan sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
Hadratussyekh Hasyim Asy’ari memberikan panduan dalam memilih istri dalak karyanya Dhau'ul
Mishbah fi Bayani Ahkamin Nikah menyebutkan 6 perilaku buruk yang menjadikan seorang
perempuan tidak layak untuk dinikahi.

‫ق ال بعض العرب ال تنكحوا من النساء ستة ال أنانة وال منانة وال حنانة وال تنكحوا حداقة وال براقة‬
‫وال شداقة‬
Artinya: Sebagian orang Arab mengatakan, jangan kau nikahi 6 macam perempuan, yakni
annânah, mannânah, hannânah. Jangan pula kau nikahi perempuan yang haddâqah, barrâqah,
dan syaddâqah.
Perempuan yang annânah yakni perempuan yang banyak mengeluh, mengadu, dan sering
membalut kepalanya. Tak ada baiknya menikahi perempuan yang sakit-sakitan dan berpura-pura
sakit.
Perempuan mannânah adalah perempuan yang punya kebiasaan suka mengungkit-ungkit
suaminya. Ia berkata, “Aku sudah melakukan ini dan itu untukmu!”
Hannânah adalah perempuan yang merindukan suami yang lain atau merindukan seorang
anak dari suami yang lain. Umpamanya ia membayangkan kalau saja suaminya seperti artis fulan
atau kalau saja ia memiliki anak dari seorang laki-laki tampan yang ia idolakan. Perempuan
dengan perilaku seperti ini mesti dijauhi.
Untuk haddâqah yakni perempuan yang suka melihat-lihat segala sesuatu lalu
menginginkannya dan menuntut sang suami untuk membelinya.
Sedangkan perempuan barrâqah mengandung dua makna. Pertama, perempuan yang
sepanjang hari selalu bersolek dan merias wajahnya agar terlihat berkilau dengan dibuat-buat.
Makna kedua adalah perempuan yang suka marah karena makanan. Ia lebih suka makan
sendirian dan menganggap bagiannya dalam segala hal cuma sedikit sehingga perlu untuk
meminta tambahan.
Terakhir syaddâqah adalah perempuan yang banyak bicara alias cerewet. Perempuan
dengan keenam sifat dan perilaku tersebut tidak layak untuk dipilih sebagai pasangan hidup dan
kurang mendukung dalam terciptanya kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Perlu diketahui pula bahwa pada dasarnya berbagai sifat buruk yang semestinya tidak
dimiliki oleh seorang istri juga semestinya tidak dimiliki oleh seorang suami.
Bila Hadratussyekh Syaikh Hasyim Asy’ari menuturkan tidak layaknya seorang perempuan
yang memiliki sifat-sifat di atas dijadikan istri, maka tidak layak pula seorang laki-laki yang memiliki
sifat-sifat buruk dipilih untuk menjadi suami. Ini dikarenakan kebahagiaan rumah tangga tidak
mungkin terbangun sempurna bila salah satu pasangan hidup bersikap dan berperilaku buruk.
Dalam hal ini adanya banyak keterangan yang seakan menjadikan pihak perempuan
sebagai objek pembahasan hanyalah sebagai cerminan dari budaya masyarakat pada umumnya
di mana seorang laki-laki cenderung bersikap aktif memilih dan seorang perempuan lebih bersikap
pasif dipilih.
Lalu bagaimana bila seseorang telah terlanjur memiliki pasangan hidup yang memiliki salah
satu atau beberapa perilaku tersebut? Dalam kondisi demikian bersabar adalah sikap terbaik yang
mesti dilakukan. Karena bisa jadi pada sesuatu yang tidak disenangi Allah memberikan banyak
kebaikan. Wallahu a’lam.

WAHYUDI

Anda mungkin juga menyukai