Anda di halaman 1dari 4

2009

HATI-HATI MEMILIH SUAMI

AHMAD FAJAR SHOLAHUDDIN

Suami bagi wanita adalah pemimpin rumah tangga yang harus


dicintai serta ditaati. Ketaatan seorang istri pada suaminya bisa
menjadi pintu syurga baginya. Karena itu, hendaknya seorang
wanita berhati-hati dalam memilih calon suami. Perhatikanlah,
kepada siapa engkau menyerahkan diri.

www.afisena.wordpress.com
1
HATI
HATI-HATI MEMILIH SUAMI

Suami bagi wanita adalah pemimpin rumah tangga yang harus


dicintai serta ditaati. Ketaatan seorang istri pada suaminya bisa
menjadi pintu syurga baginya. Karena itu, hendaknya seorang
wanita berhati
berhati-hati
hati dalam memilih calon suami. Perhatikanlah,
kepada siapa engkau menyerahkan diri.

AGAMA, KRITERIA UTAMA.

Kehati-hatian
hatian dalam memilih calon suami, bukanlah harus melalui syarat yang njelimet.
Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Kalau ada seorang lelaki yang engkau sukai karena
agama
ma dan akhlaknya bagus melamar putrimu, maka nikahkanlah dengan putrimu itu. Kalau
ini. (Riwayat At-Tirmidzi).
tidak, akan terjadi bencana di muka bumi ini

Dengan memahami hadist di atas jelaslah bahwa kualitas agama menjadi kriteria utama
dan pertama untuk memilih
milih jodoh. Sebagaimana lelaki yang diperintahkan untuk mencari
istri yang baik agamanya, maka demikian pula wanita. Salah satu tolok ukur mendasar
mendas
kenaikan agama seorang lelaki adalah penjagaannya terhadap shalat wajib berjamaah
di masjid.

Selain itu, kualitas


alitas agama juga mencakup kebagusan akhlak, karena sebaik-baik
sebaik lelaki
adalah yang paling baik terhadap istrinya. Lelaki yang berakhlak mulia, akan bersikap
lemah lembut dan sabar terhadap istrinya. Jika tidak suka, ia tidak akan mencelanya, dan
jika marah ia tidak akan menamparnya.
amparnya. Lelaki seperti inilah yang dapat mengantarkan istri
pada kebahagiaan berumah tangga.

Apabila wali atau wanita itu hanya memperhatikan sisi harta, kedudukan, dan pekerjaan
calon suaminya, serta berbagai status dan ukuran
ukuran-ukuran lain yang njelimet (misalnya bibit,
bebet, dan bobot—Jawa)
Jawa) tetapi justru mengabaikn sisi agamanya, itu jelas kekeliruan yang
besar.

PENTINGNYA KECOCOKAN FISIK

Setelah kualitas agama, faktor penting yang tak boleh diabaikan adalah kecocokan
fisik. Sebelum menikah,
enikah, hendaknya seorang wanita juga diberi kesempatan untuk menilai
fisik dan penampilan calon suaminya, sebgaimana seorang lelaku dianjurkan untuk
unt nazhar
(melihat calon pasangan). Bila ada kecocokan, process beikutnya bisa segera
dilangsungkan.
Orang tua tidak boleh memaksa putrinya untuk menikah dengan pria yang tidak
disukainya. Jadi, wanita juga berhak menolak seorang lelaki jika ia tidak menyukainya.
Adanya kecocokan secara fisik dan karakter, akan lebih mudah menumbuhkan cinta di hati
mereka setelah menikah.

KEMANDIRIAN EKONOMI

Faktor lain yang layak dijadikan bahan pertimbangan saat memilih calon suami adalah
kemandirian ekonomi. Seorang laki-laki ketika menikah, mempunyai kewajiban untuk
member nafkah istrinya, termasuk makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal dengan cara
yang baik. Setelah menikah, orang tua tidak mempunyai kewajiban memberi nafkah
terhadap anak perempuannya, karena ia sudah dalam tanggunan suami.

Karena itu, seoranglaki-laki hendaknya berusaha mandiri. Apalagi ketika ia telah


memiliki niat untuk menikah, bahkan telah meminang. Berusaha memeuhi kebutuhan
ekonomi diri sendiri dan keluarga adalah kehormatan, sehingga lebih bisa menegakkan
kepala ketika ada sesuatu yang harus disikapi. Ketergantungan secara ekonomi kepada
keluarga bisa melahirkan tekanan psikis dan konflik-konflik yang pelik manakala telah
menikah.

Kemandirian ekonomi bisa diperoleh dengan cara bekerja. Bekerja dalam hal ini
adalah melakukan apa pun yang secara hala dapat menghasilkan masyi’ah (pendapatan)
bagi kehidupan kita sehari-hari, tidak harus memiliki suatu profesi di instansi atau
perusahaan tertentu.

KEMATANGAN EMOSI.

Selain kemandirian ekonomi, membangun rumah tangga baru juga memerlukan


kemandirian sikap mental atau kematangan emosi. Adalakanya sebuah keluarga memiliki
kemandirian sikap mental. Mereka sangat tergantung secara psikis kepada orang tua, dan
selalu melibatkan orang tua dalam mengambil keputusan, meskipun untuk masalah-masalah
yang sederhana.

Selain itu, cara suami mempergauli istri juga memerlukan sikap mental yang matang.
Bila istri salah atau khilaf, ia tidak boleh tergesa-gesa memarahi atau memukulnya, tetapi
harus menasehati dengan sabar. Seorang yang memiliki kematangan emosi akan sadar bila
semua butuh proses, dan proses memerlukan waktu.

Jadi, bagi Saudariku, sebisa mungkin pilihlah calon suami yang selain baik agamanya juga
memilki kemandirian ekonomi dan kematangan emosi.

JANGAN TERGESA-
TERGESA-GESA

Untuk mengetahui apakah beberapa hal di atas dimiliki oleh seorang calon suami atau
tidak, tentu harus dilakukan penelitian. Sebisa mungkin galilah informasi yang objektif
tentang calon suami kepada orang yang mengenalnya atau mengerti kesehariannya.
Misalnya kawan akrab calon suami atau keluarganya.

Jangan tergesa-gesa melanjutkan proses bila masih banyak hal yang belum jelas
tentang dirinya. Menikah lebih cepat bukan berarti tergesa-gesa. Semua perlu kejelasan
dan persiapan matang. Jangan sampai Anda menyesal di kemudian hari, hanya karena
tergesa-gesa memburu sesuatu yang tampak indah. Ingat, wanita itu mudah tergoda. Karena
itu, hati-hatilah menjaga hati saat proses menuju pernikahan berlangsung.

Ada baiknya bila selama prose situ Anda lebih mendekatkan diri pada-Nya. Jangan
sampai lupa untuk shalat istikharah. Bila memang dia adalah jodoh Anda, insyaAllah Allah
akan melancarkan segalanya.Bila memang belum jodoh yakinlah bahwa Allah akan
mengganti dengan yang lebih baik.

Bagi yang sedang menanti calon suami, teruslah berdoa agar Allah menganugerahkan
seorang suami yang salih. Persiapkan diri Anda menjadi istri shalihah dambaan suami, yang
bisa membahagiakan suami lahir dan batin.

Disarikan dari Majalah Nikah Vol. 4, No.10, Zulhijjah 1426.

www.afisena.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai