Anda di halaman 1dari 19

Bismillahirrahmaaniraahiim…

Hidup Baru itu dipersiapkannya di Hidup yang Lama. Untuk siap berkeluarga itu mulainya di belajar di
keluarga yang ada saat ini, keluarga kita sendiri.

Anda yang belum menikah saat ini sedang berada di hidup lama ini. Oleh karena itu Anda sedang berada
di tempat dan waktu yang tepat untuk belajar dan mempersiapkan diri.

Untuk memahami ukuran kesiapan berumah tangga, sebelumnya kita perlu paham dulu apa itu
pernikahan dan rumah tangga. Bukan apa definisi umumnya, tapi apa esensi mendasarnya.
Apakah pernikahan dan rumah tangga itu, dilihat dari esensi dasarnya ?
Pernikahan adalah ritual agama.

Keluarga adalah konstruksi agama.

Ya, jadi pernikahan bukan sekedar tentang bersatunya dia manusia dalam ikatan suci, tapi tentang ritual
ibadah seperti halnya sholat, dll. Ada makna Ilahiah dalam pernikahan.

Rumah tangga juga bukan sekedar kelompok dengan komposisi suami istri dan anak yang sibuk mengisi
hari dengan kerja, sekolah, dan runititas hidup lainnya. Rumah tangga adalah ibadah terpanjang yang
memungkinkan semua ekspresi beragama Islam terwujudkan sempurna. Islam bisa dijalankan utuh dan
sempurna dalam kerangka keluarga, bukan dalam kerangka lajang.

Memang ada orang lain di luar sana yang menikah tanpa melihatnya sebagai ritual agama, pun juga ada
yang membangun keluarga tanpa mengikuti konstruksi agama.

Lalu mengapa konstruksi agama menjadi penting sebagai esensi dari keluarga ?
Karena bentuk bentuk terbaik dari keluarga didapati dari keluarga yang religius dan penuh
kasih sayang, berkelimpahan kebahagiaan, terus membangkitkan kemanfaatan dan inspirasi
pada dunia. Kompasnya menentukan arah yang terentang jauh sampai akhirat.

Inilah tujuan kita bersama dalam pernikahan. Rumah tangga seperti inilah yang ingin kita bangun.
Apa yang ada dalam rumah tangga yang seperti gambaran tadi ?

Sikap apa yang ditampilkan laki laki dan perempuan dalam rumah tangga seperti
ini ?
Sikap yang sama dengan sikap hamba Allah SWT yang baik.

Sebelum anda adalah istri, Anda adalah hamba Allah. Maka langkah pertama, jadilah hamba Allah yang
baik. Pastikan diri adalah pribadi yang beragama sepenuh hati, beriman dan berserah diri pada Allah SWT.
Hanya dengan menjadi hamba Tuhan yang baik, seorang manusia bisa memiliki pengalaman yang tepat
dan akurat untuk :

 Percaya
 Patuh
 Yakin
 Penuh harap
 Setia

5 hal tadi diatas adalah persis komposisi yang dibutuhkan untuk membangun pernikahan dan keluarga
yang baik. Dengan menjaga komposisi ini tetap ada, cinta akan tumbuh bersemi seterusnya.

Hanya orang menjadi hamba Tuhan yang baik yang pernah merasakan indahnya percaya, damainya rasa
karena patuh dan yakin.

Hamba Allah yang baik merasakan “saya patuh kepada Allah, dan kepada Allah lah saya berharap”. Iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’in, Hanya KepadaMu kami mengabdi (menjadi hamba), dan Hanya kepadaMu
kami memohon pertolongan.

Hamba Allah yang baik akan merasakan bahwa sikap percaya dan patuh seperti ini ternyata berbuah
kebahagiaan. Kita merasakan semakin kita patuh pada Allah, harapan kita terpenuhi.

Jika kita percaya pada Allah, beriman pada Allah, kita bisa merasakan keyakinan bahwa tidak akan
dikhianati atau dikecewakan. Ini memberikan kedamaian tersendiri.
Kalau orang tidak punya pengalaman seperti ini, maka akan mudah merasa tidak aman, merasa selalu
ragu, merasa harus mengejar rezeki, dll.

Oleh karena itu aqidah yang sama menjadi penting karena dua insan dengan aqidah berbeda
tak akan bisa menyatu menjadi larutan, yang selalu terjadi adalah menjadi suspensi, tampak
sejiwa padahal terpisah.

Larutan itu seperti air teh, kita akan sulit memisahkan air dengan tehnya karena sudah jadi larutan.
Sementara suspensi itu seperti kopi tubruk, kita aduk berkali kali pun, tetap nantinya akan memisah
antara cairan dengan ampas kopi, karena sejak awal mereka memang tidak bisa disatukan.

Dengan demikian jadi terlihat bahwa base line dalam pernikahan yang baik adalah aqidah yang sama.

Hati hati bahkan kadang dalam agama yang sama sekalipun, belum tentu aqidah atau keyakinannya sama.
Misalnya istri ingin di fokus mengasuh anak di rumah, tapi suami karena keyakinannya yang tidak tepat
tentang rezeki, menyuruh istrinya bekerja mengejar karir, karena merasa pemasukan dari dirinya sendiri
tidak akan cukup menunjang hidup sekeluarga.

Aqidah adalah tentang yakin dan percaya, jika yakin dan percaya pada Allah saja belum bisa,
maka akan repot begitu masuk hidup baru pernikahan.

Itulah juga sebabnya yang boleh menikah adalah orang yang aqil, bukan sekedar baligh. Karena agama
mendasari tata perilaku yang akan mengisi dunia pernikahan dan rumah tangga. Bahkan apa itu keluarga,
hanya agama yang bisa mendefinisikan dan mendeskripsikan jelas apa isinya.

Umumnya orang mengira pernikahan dan rumah tangga itu adalah semata bangunan cinta saja. Seperti
halnya cerita klise Disney ketika menikah adalah awal dari happilly ever after.Pernikahan itu isinya bukan
melulu tentang cinta.

Sayangnya, justru kisah kisah romantis di luar sana umumnya tidak menggambarkan kepatuhan sebagai
bagian dari rumah tangga. Mereka membuang semuanya dan menyisakan hanya cinta saja yang mengisi
pernikahan.
Padahal cinta sejati dalam rumah tangga, justru tumbuh subur karena kepatuhan juga. Suami
yang patuh pada Allah SWT, dan istri yang patuh pada Allah SWT dan pada suami.

Menurut Anda, bagaimana mungkin Habibie Ainun mengukir kisah cinta puluhan tahun yang
begitu produktif, sehingga Habibie berperan besar bagi bangsa, jika Ainun tak pernah jadi istri
yang patuh ?

Bagaimana Habibie bisa jadi suami yang baik jika Habibie tidak patuh pada Allah SWT dan karena
didorong kepatuhan itu konsisten menjaga dan mencintai istri ?

Kalaulah Habibie Ainun hanya mengisi pernikahan dengan cinta saja, apakah kisah cinta mereka
bisa seheroik itu ?

Bukankah butuh istri yang sedemikian percaya, yakin, penuh harap dan setia, serta mampu
mendampingi dengan kepatuhan, yang bisa membuat suami all out untuk umat dengan semua
potensi yang Allah titipkan ?

Bukankah butuh suami yang percaya, yakin, penuh harap dan setia, serta mampu mendampingi
istri dengan kepatuhan pada Allah SWT, yang bisa membuat istri mencapai kebermanfaatan yang
tertinggi bagi umat ?

Ibu Ainun yang begitu perhatian dengan kesehatan sehingga Habibie membangun beberapa
rumah sakit atas nama beliau. Ibu Ainun yang bisa mengoptimalkan semua ilmu dan
pemahamannya tentang dunia medis untuk mengawal kesehatan keluarga serta mendidik
masyarakat lebih sehat dan berdaya.

Cinta kita melukiskan sejarah …

Menggelarkan cerita penuh suka cita …

Sehingga siapa pun insan Tuhan, pasti tahu …

Cinta kita sejati …


1. Sudah punya disiplin diri yang baik.
Beribadah wajib rutin dan tertib. Peka terhadap kebersihan dan kesucian diri, pakaian, dan
tempat. Mampu menjaga kesehatan diri dan mengatur kebutuhan diri.

2. Kenal diri, prinsip diri, sifat, keunikan, kebutuhan. Bisa menjelaskannya pada orang lain,
sehingga bisa membantu orang lain memahami dirinya, dan memandu orang lain bagaimana
memperlakukan dirinya sehingga self worth terjaga dan tumbuh subur.

3. Bisa berinteraksi dengan orang lain dalam interaksi yang dekat dan dalam interaksi itu punya
pengalaman saling menghormati, memaafkan, saling percaya. Di dalamnya termasuk pernah
berpengalaman menyelesaikan konflik dan kembali saling percaya.

4. Punya kebiasaan melakukan sesuatu inside out. Giver Minded, bukan Taker Minded. Melakukan
sesuatu karena ingin memberikan sesuatu bukan karena ingin mendapatkan sesuatu. “Saya
melakukan sesuatu karena saya peduli sama orang/karena ingin memberi manfaat/karena ingin
ngasih”, dll. Juga sudah punya pengalaman nyata melakukan hal seperti itu.

5. Berperan aktif dan peduli di dalam interaksi keluarga. Jadi tidak tepat ketika menikah
justrukaren aingin lari dari masalah keluarga. Di sisi lain, juga leboh baik

Mengapa perlu mengenal diri sebelum menikah ?


Kita sudah dilahirkan dengan pola karakter tertentu yang membuat pola berpikir, pola merasa, pola
berperilaku kita menjadi unik. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan bakat sifat, bakat terkait
kepribadian.

Bakat sifat ini adalah bawaan ruh, sejak lahir sudah demikian adanya bakat sifat kita (Q.S : Al-Israa 84).
Ekspresi bakat akan berkembang atau meredup seiring pertumbuhan kita sejak kecil sampai dewasa. Di
dalamnya termasuk pengaruh dari pengasuhan yang kita terima, skema yang kita pelajari, naik turun self
worth, serta lingkungan yang ada di sekitar tumbuh kembang kita.

Jika suami dan istri saling memahami keunikan kepribadian masing-masing, tentu akan
memudahkan dalam komunikasi. Tapi jika tidak saling memahami keunikan kepribadian
masing-masing, maka cenderung untuk menilai pasangannya dengan pola pikirnya sendiri.

Saya ambil contoh pasangan yang saya kenal baik. Dalam konteks bakat dengan alat ukur Talents Mapping,
suaminya memiliki bakat terkuat Harmony, sementara istrinya memiliki bakat terkuat Command. Bukan
istilahnya yang penting, tapi apa makna dari istilah itu.
Mari kita simak makna dari istilah talents tersebut, dan kita bayangkan karakternya.

Deskripsi singkat bakat Harmony : Seorang pribadi yang senang berinteraksi secara selaras di dalam
kelompok. Selalu ingin menciptakan kesepahaman. Mereka tidak nyaman dengan konflik, dan akan selalu
meminimalisir gesekan. Akan mengalah jika perlu. Cenderung menghindar dari konflik yang besar.

Deskripsi singkat bakat Command : Seorang pribadi yang hadir sepenuhnya, mampu mengendalikan
situasi dan mengambil keputusan. Siap menghadapi konflik. Cenderung tegas dan mengarahkan.

Dari deskripsi di atas, dapat dilihat bahwa ketika berhadapan dengan konflik, sang istri akan cenderung
menghadapi konflik dan mencari kejelasan dengan ketegasannya, tidak ragu untuk mengkonfrontasi
orang yang terlibat dalam konflik. Sementara suaminya akan mengupayakan keselarasan antar semua
pihak, dan cenderung menghindari konfliknya, lebih mengedepankan perdamaian dan akur daripada
konfrontasi.

Ketika mereka tidak cukup kenal bakat masing-masing, istri sering menilai suami melalui tolok ukurnya,
begitu pun suami menilai istri dari tolok ukurnya. Ujungnya jadi masalah yang berulang, dan tidak ketemu
solusi. Setiap ketemu konflik, istri cenderung menuntut dan mencecar, sementara suami cenderung cari
damai dan menghindar. Pemandangan umum dari dua respon berbeda dari suami istri, yang jika tidak
dikenali dengan baik, karena sejak awal tidak mengenal diri, maka akan memicu konflik lebih parah.

Bagaimana mungkin kita bisa hidup bersama dengan selaras dalam keluarga, jika sejak awal
kita tidak mengenal baik diri pasangan kita, tidak paham kebutuhan emosional sesuai karakter
masing-masing, dan bahkan menyamaratakan perlakuan pada semua orang ? Bahkan menilai
orang lain dari tolok ukur pikiran dan sudut pandang sendiri.

Mengenal diri adalah kebutuhan mendasar dan hak dasar semua orang. Dari sinilah Anda bisa
menjelaskan siapa sebenarnya diri Anda, bagaimana cara Anda berfungsi normal bahkan optimal sebagai
manusia, apa modal kekuatan yang Allah berikan untuk Anda, dan apa jalan amal yang paling cocok bagi
Anda untuk Anda meraih tiket surganya Allah SWT.
Jika tak kenal diri, tak kunjung dewasa, kekanak-kanakan, maka hati hati …
Jangan jangan sebenarnya kita sedang terjebak Sindrom Peter Pan dan Cinderella
Complex
Salah satu yang merusak rumah tangga adalah sikap tidak dewasa. Usia sudah dewasa, tapi pikiran dan
kualitas diri masih mentok di kualitasnya anak anak. Kesulitan menyikapi setiap situasi dengan sikap
sebagai orang dewasa, dan malah cenderung menghadapi dengan sikap kekanak-kanakan.

Namun sikap ini juga bisa tampil lebih parah karena adanya sindrom yang lebih mendasar masalahnya.
Disebut sindrom karena sikap ini bukan hanya seklai dua kali, tapi berlangsung terus menerus, seolah
menetap. Yang paling sering terjadi adalah Peter Pan Syndrome dan Cinderella Complex. Inilah resep
paduan jitu untuk perceraian, laki laki dengan Peter Pan Syndrome dan perempuan dengan Cinderella
Complex.

Peter Pan Syndrome pertama kali dicetuskan oleh Dan Kiley tahun 1983 dalam buku Peter Pan Syndrome
: Men Who Have Never Grown Up. “Peter Pan syndrome is an inability to grow up or to engage in
behaviour usually associated with adulthood. The term comes from the fictional children's character Peter
Pan, who never ages.”

Cinderella Complex pertama kali dicetuskan oleh Collette Dowling tahun 1981 dalam buku Cinderella
Complex, Women’s Hidden Fear of Independence. “The Cinderella complex is an unconscious desire to be
taken care of by others. It’s a hidden fear of independence. The complex is said to become more apparent
as a person grows older. The complex is named after the fairy tale character Cinderella.”

Sikap diri yang tak kunjung dewasa ini, umumnya adalah bentukan pengasuhan masa lalu dari orang
tuanya atau lingkungan pengasuhannya. Pengasuhannya dulu cenderung mengambil alih solusi dari
semua masalah anak dan tidak mendidik anak untuk mandiri dan tangguh menghadapi tantangan
hidupnya.

Laki laki dengan Peter Pan syndrome biasanya cenderung suka menentang, pemberontak, susah punya
komitmen, pemarah (marah jika kemauannya tidak terpenuhi), tidak bisa menerima kritikan, mudah sakit
hati, terlalu cinta pada diri sendiri, senang memanipulasi dan menolak hubungan dengan lawan jenis.
Akibatnya mereka tidak tahan terhadap invasi kekuasaan dari lingkungan, mereka tidak mampu berpikir
tentang dirinya dan apalagi menangani problem yang ada di hadapannya.

Cinderella Complex biasanya menimpa perempuan yang selalu dilindungi atau yang hidupnya dalam
keadaan tertekan. Ia selalu berharap ada figur yang dapat menyelamatkannya di setiap masalah yang
dihadapi. Tanpa berusaha untuk berjuang dengan mengerahkan segenap kemampuan dirinya. Dia
meyakini solusi penyelamat itu adanya pada orang lain, dan tidak kunjung memberdayakan dirinya.
Terbuai dengan romantisme kisah dan kemanjaan, namun tak juga mampu membangun rumah tangga
yang baik.
Kita tentu ingin terhindar dari sikap seperti ini, maka mengenal bagaimana kondisi diri kita sebelum
menikah, itu menjadi penting.

Jika kita mengenal diri dengan baik dan fokus pada potensi kita, sesuai karakter unik kita, maka kita
akan sibuk dengan proses mengasah potensi. Ini mendidik ketangguhan berjuang dan kedewasaan
berpikir.

Maka jika kita merasa gambaran diri kita mirip seperti gambaran Peter Pan Syndrome dan Cinderella
Complex di atas, segera berkaca dan kenali diri paling dalam Anda. Kembali review bagaimana dulu
Anda diasuh. Terjunkan diri Anda dalam berbagai aktivitas yang menantang ketangguhan diri Anda.

Kenali diri Anda, dan perjelas apa yang Anda akan bawa ke dunia pernikahan.

Perjelas apa yang bisa diandalkan dari diri Anda.

Perjelas apa yang akan Anda bangun dalam rumah tangga Anda.

Declare It …
5 Mindset Penting Sebelum Menikah
Kunci sukses mengarungi hidup berumah tangga adalah berkomitmen terhadap
Allah SWT dan misi bersama yang Allah mandatkan.
Kombinasi orang-orang di keluarga ini menjadi unik, karena masing-masing orang punya bakat uniknya
sendiri. Begitu pun diri kita dan pasangan kita. Setiap bakat itu Allah install sebagai modal berkarya sesuai
jalan tugas yang akan Allah mandatkan.

Keunikan diri ini adalah modal untuk sebuah misi spesifik di kehidupan kita. Masing-masing orang
diberikan jalan suksesnya sendiri-sendiri, tidak ada jalan sukses yang sama persis. Oleh karena itu, penting
untuk mengenali karakter dan keunikan diri satu sama lain, sehingga paham bagaimana cara memfasilitasi
perkembangan setiap anggota keluarga di rumah.

Dengan upaya selama bertahun-tahun mengamati perjalanan kehidupan keluarga kami, baik sebagai
suami istri juga melihat bagaimana karakter anak anak kami, ditunjang pemahaman tentang bakat kami
melalui tools Talents Mapping, inilah misi yang kami temukan sebagai tugas yang Allah tampakkan kepada
kami :
Mari bersama kita menengok kembali hidup kita ke belakang, sejarah panjang yang telah membentuk diri
kita masing-masing, dan kehidupan bersama yang telah kita lalui bersama sebagai keluarga. Baca berbagai
petunjuk dan pertanda dari Allah SWT dan temukan apa pesan besar yang Allah titipkan padamu sebagai
sebuah misi yang perlu kita tunaikan dalam hidup kita.

“Untuk mengetahui kemana masa depanmu, tengoklah dan amati masa lalumu”

“We are human being, so ‘being’ is something we are doing continuously.”

(Muhammad Firman)

Alhamdulillahirabbil’aalamiin
Waalahu alam bish shawab

Elma Fitria
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai