Anda di halaman 1dari 10

Tugas Ringkasan Buku

Program Studi : Teologi (Akademik) S3


Nama Mahasiswa : Munanda Bernhard
Nomor Induk Mahasiswa : 77001 18 011
Dosen Pengampu : Dr.Ir. Jarot Wijanarko, M.Pd

I. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Menjadi Seorang Suami
Editor : Dr. Ir. Jarot Wijanarko, M.Pd
Penerbit : Keluarga Indonesia Bahagia, Jakarta
Halaman : 228 hal
Isi Buku : 17 BAB

II. RINGKASAN BUKU


A. Tantangan Suami Milenialis
Mewujudkan tujuan pernikahan dalam keluarga Kristen tidaklah mudah karena
memiliki tantangan yang unik di jaman milenialis ini sehingga perlu stamina yang besar
dalam menerapkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan. Janji pernikahan yang berkata :
hanya maut saja yang memisahkan merupakan tantangan untuk dilakukan bukan
sekedar diucapkan. Ini merupakan suatu perjalanan panjang yang menantang dan harus
dilewati dengan segala suka dan dukanya. Tantangan itu adalah perbedaan-perbedaan
antara suami dan isteri (temperamen, kecenderungan perilaku, foto karakter, latar
belakang dan lain sebagainya) yang merupakan fakta yang tidak bisa ditolak tetapi
harus diterima, ditangani bahkan dinikmati.
Tantangan lainya adalah perubahan-perubahan dalam diri pasangan sehingga
diperlukan komitmen untuk mengenal dan menyesuaikannya seumur hidup. Suami dan
isteri di era milenialis ini bisa berada dalam keberhasilan atau kemunduran yang jika
terjadi harus disikapi dengan bijaksana sehingga tidak ada yang merasa tidak dihormati.
Waktu untuk berduaan, makan bersama, berbicara ringan sebelum tidur, pergi bersama-
sama ke gereja dapat terabaikan karena sibuk bekerja untuk menghasilkan uang ataupun
sibuk melayani alias kehilangan momen yang seharusnya terus dibangun. Menjadi
suami yang selalu menentukan arah dan bertanggung jawab merupakan wujud dari
kewibawaan seorang suami. Tidak kalah penting mengingat Tuhan sebagai sumber
kekuatan, pengharapan dan sukacita dalam pernikahan dan keluarga.
B. Suami Imam Keluarga
Yesus menjadi imam atas jemaat sehingga suami pun harus menjadi imam bagi
isteri dan anak-anaknya dengan menjadi teladan dalam semua aspek untuk rumah
tangganya. Sebagai imam maka tugas suami adalah menguduskan isterinya, mencintai
pasangan, takut Tuhan, menguasai diri, menjaga dan mengejar kekudusan dan
mengendalikan fantasi seks, meninggalkan kebiasaan onani. Di samping itu, tugas
suami juga adalah harus bergaul dengan Tuhan melalui mengajarkan firman kepada
isteri, membangun kehidupan doa dengan selalu berbicara kepada Tuhan serta menjaga
hadirat Tuhan senantiasa termanifestasikan di dalam kehidupan keluarga yang dibangun
bersama isterinya. Menguduskan pasangan dengan mengampuni dosanya, memenuhi
kebutuhannya dan membawanya kepada Kristus serta mendengarkan pasangannya
merupakan bagian yang juga tidak boleh diabaikan oleh suami yang adalah imam bagi
isteri dan keluarganya.

C. Suami Kepala Keluarga


Suami adalah kepala yang hanya bisa memerintah tubuh (isteri) untuk bergerak
sesuai dengan keinginannya yang diisi oleh firman Tuhan sehingga peranan masing-
masing dapat terwujud. Sebagai kepala suami harus memiliki tujuan yang bersifat
teologis (untuk apa hidup dan perlu mencapai apa) dan tujan yang bersifat praktis.
Mengambil keputusan dengan memperhatikan masukan, pendapat, dan pertimbangan
dari isteri tidak boleh diabaikan sekalipun mungkin suami adalah pribadi yang introvert.
Suami yang adalah pria yang diciptakan Tuhan menjadi kepala yang bertugas untuk
mengambil tanggung jawab sekalipun isteri mengambil keputusan yang salah. Juga
memiliki tugas untuk menghidupi keluarga, mencukupi kebutuhan ekonomi, kebutuhan
makan isteri dan anak dan mencukupi kebutuhan sekolah anak. Suami juga adalah
pemimpin yang memberi teladan dan melindungi hati isteri sehingga memberikan rasa
aman dan merasa dikasihi.

D. Suami Bahagia
Pasangan yang bahagia ketika rumah tangga berada dalam suasana senang, tentram,
dan menguntungkan kedua pihak (lahir dan batin). Kebahagiaan suami akan menjauh
dan hilang ketika ia fokus kepada kekurangan isteri, banyak komplain, dan tidak
menjadi produktif sehingga perlu dicarikan solusinya. Suami bahagia akan fokus kepada
sang pemberi bahagia yaitu Yesus Kristus yang telah menjadikannya sebagai ciptaan
yang baru, menepatkan pekerjaan yang baik. Fokus berikutnya adalah memberi dengan
pikiran baru, perasaan baru dan tindakan yang baru.

E. Suami Membahagiakan Isteri


Setiap wanita menyukai hal-hal yang romantis sebagai bentuk relasi atau hubungan
yang intim berbeda dengan laki-laki yang tertarik kepada wanita hanya sekedar
kebutuhan biologis (seks) semata. Suami harus membahagiakan isteri dengan
menyatakan tindakan-tindakan yang penuh cinta sepeti menyatakan : I love you,
berpamitan saat pergi dan lain sebagainya. Rajin bekerja juga merupakan hal yang akan
membahagiakan isteri, bukan sekedar bekerja di luar rumah tetapi ikut juga
mengerjakan hal-hal di dalam rumah sehingga terjadi suatu atmosfer yang saling tolong
menolong di dalam keluarga. Selanjutnya kejujuran dan keterbukaan dalam segala hal
baik hal keuangan dalam keluarga akan membuat isteri bahagia. Jujur dan terbuka
memanglah tidak mudah, namun ketika komitmennya adalah tetap bersatu, mencari
solusi, kemauan untuk menjadi teman hidup yang lebih baik, maka lambat laun akan
membuat hubungan semakin kuat. Yang lainnya, agar isteri bahagia adalah kemauan
untuk berubah, artinya menyadari akan ketidaksempurnaan dari diri sehingga menjadi
pribadi yang bertumbuh lebih baik.

F. Suami disayang isteri


Membangun pernikahan yang sehat dan langgeng tidaklah mudah, diperlukan
inisiatif mendekat terhadap pasangan, melakukan segala sesuatu dalam kebersamaan,
memprioritaskan hal-hal yang utama dibandingkan kehendak dan keinginan sendiri.
Berikut adalah hal-hal yang menjadikan suami dikasihi oleh isterinya yaitu bertanggung
jawab sebagai penyedia secara jasmani dengan memberikan penghasilan yang didapat
dengan cara yang benar, juga menjadi penyedia kebutuhan rohani dengan menjadi imam
dalam keluarga. Suami pun harus menjadi pemimpin yang melayani isteri dengan
mendahulukan kepentingan isteri, peka dengan kondisi emosionalnya, fokus dengan diri
isteri saat berkomunikasi, dan menghargai pendapat isteri.
Di jaman ini kesetiaan menjadi suatu barang yang langka. Menjadi suami yang setia
akan menjadikan isteri semakin mengasihi suami. Hal-hal yang harus dilakukan oleh
suami yang setia adalah menjauhi pornografi dan menghentikan perselingkuhan.
Kesetiaan juga merupakan bentuk kongkrit dari tindakan menghormati pernikahan.
Suami juga perlu untuk terlibat dalam mengurus anak-anak dan membantu melakukan
pekerjaan rumah tangga sebagai perwujudan nyata dalam mengasihi isteri dan sebagai
wujud dalam melakukan perintah Tuhan serta memberikan dampak positif bagi kondisi
pernikahannya sehingga layak diwariskan pada generasi berikutnya.

G. Bahasa Cinta
Cinta dapat diungkapkan melalui kata-kata yang memberikan rasa bahagia dan
bangga pada pasangan melalui kata-kata peneguhan / pujian secara singkat atau
langsung dan melalui pemberian semangat. Cinta juga dapat diungkapkan melalui
tindakan melayani pasangan (isteri) sebagai obyek secara langsung karena terkadang
isteri mengharapkan suami juga ikut membantu mereka dalam melayani pekerjaannya
yang dilakukannya dalam rumah tangga. Cinta dapat diungkapkan juga melalui hadiah /
pemberian sebagai suatu pengungkapan kasih dan pengabdian. Banyak isteri yang
merasa dicintai oleh pasangannya, bila sering menerima hadiah istimewa yang tentunya
tidak harus mahal dari pasangannya. Bahkan terkadang kehadiran suami di saat-saat
yang penting merupakan hadiah yang tidak ternilai harganya.
Suami juga harus mempelajari suatu sentuhan fisik yang disukai oleh pasangannya
karena banyak pasangan merasa paling dicintai saat disentuh. Sentuhan fisik atau
kemesraan terhadap pasangan adalah cara yang efektif dalam mengkomunikasikan
cinta. Kemesraan yang dimaksud firman Tuhan adalah sentuhan fisik berdasarkan kasih
bukan nafsu. Itu sebabnya jangan ragu-ragu memegang tangan pasangan saat berdoa
atau memberikan pelukan kepada pasangan. Suami juga harus memberikan waktu yang
berkualitas terhadap pasangannya yaitu memfokuskan seluruh tenaga pada
pasangannya. Tidak menonton TV saat isteri mengajak bicara tetapi memberikan
nasihat sebagai bentuk respon dari pembicaraan yang dilakukan. Bisa juga melakukan
kegiatan yang disukai isteri secara bersama-sama sehingga isteri merasa dihargai dan
didukung.
Untuk memahami semua bentuk dari bahasa cinta terhadap pasangannya maka
diperlukan komitmen untuk mengetahuinya dengan mengajak isteri berbicara.
Pernikahan adalah upaya untuk terus mengenal dan menyesuaikan apa yang dinginkan
pasangan yang berlangsung seumur hidup. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan
pendekatan Temperamen Dasar, Foto Karakter, Kepribadian MBTI maupun
kecenderungan perilaku (DISC).

H. Suami Gembala Isteri


Suami harus bertumbuh dewasa menuju keserupaan seperti Kristus yang adalah
Gembala Agung yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengajak pergi domba (isteri)
agar mendapat makanan sehingga isteri selalu mengikuti ke mana suami pergi. Suami
harus menjadi gembala bagi isterinya dengan mengasuh isterinya agar bertumbuh
menjadi pribadi yang dewasa dan bahagia dan mampu berperan sebagai ibu yang dapat
mengasuh anak-anak. Suami juga harus dapat merawat isteri bukan melukai dengan
penuh kasih, tekun, sabar dan teliti seperti seorang suster yang merawat pasiennya.
Suami harus merawat moral dan iman isteri sehingga kerohaniannya semakin
bertumbuh. Mengasuh, merawat dan menumbuhkan, dengan cara memberi makan,
bukan hanya makanan jasmani, tetapi makanan untuk roh dan jiwa isteri, dimana
makanan roh yaitu firman, makanan pikiran yaitu pengetahuan dan makanan perasaan
adalah kasih sayang.

I. Suami Menghormati Isteri


Wanita adalah “kaum yang lebih lemah” tetap tidak berarti secara mental, moral,
rohani atau fisik lemah. Di dalam beberapa hal wanita lebih kuat dari pria, wanita lebih
tekun dan kuat sehingga mampu berperan sebagai penolong. Kelemahan wanita adalah
perasaannya karena kebutuhan dasarnya ingin merasa aman, diterima, dan dicintai. Itu
sebabnya suami harus menghormati isteri dengan bersikap bijaksana terhadap perilaku-
perilaku isteri. Suami yang bijaksana, membuat isterinya memiliki mood yang baik dan
akan menolong dengan penuh antusias, ceria, membawa suasana rumah penuh sukacita.
Isteri adalah teman pewaris dari kasih karunia, oleh karenanya suami harus
menghormati isteri. Suami adalah kepala keluarga namun bukan berarti memposisikan
isteri di bawah dia tetapi bersama-sama menjalani kehidupan keluarga. Dalam
memutuskan sesuatu suami dapat meminta pendapat dari isteri dan senantiasa menjagai
perasaannya. Jika pendapat isteri tidak sesuai dengan pendapat suami, jangan pernah
mempermalukannya di depan umum tetapi bersabar untuk menyampaikannya dalam
komunikasi empat mata.

J. Suami Setia
Standar kesetiaan bukan sekedar berkomitmen tidak menceraikan isteri tetapi
dengan bebas menyalurkan kebutuhan biologis dengan yang lain dan merasa telah
menghidupi keluarga. Kesetiaan suami adalah sungguh-sungguh dapat dipercaya. Suami
seperti apakah yang dapat dipercaya yaitu suami yang setia kepada satu isteri sehingga
diberkati Tuhan, suami yang tidak berselingkuh (memberi hati dan tubuhnya) hanya
untuk isterinya alias menjaga kekudusan pernikahan. Belajar dari Yusuf tdan Ishak
tentang menjaga kekudusan adalah dengan mencintai Tuhan dan pasangan. Suami yang
mencintai Tuhan akan menangkap isi hati Tuhan yang setia dan mengasihi orang-orang
yang setia. Suami yang mencintai pasangannya akan menjaga cintanya kepada isterinya
agar tidak kosong sehingga tidak memberi celah kepada pihak ketiga untuk
memuluskan perselingkuhan.

K. Suami Perhatian
Suami yang perhatian adalah suami yang selalu mewujudkan kasihnya yang
merupakan dasar dari kehidupan keluarga Kristen. Terhadap isterinya, suami tidak
boleh cuek dan harus intim dengannya. Isteri adalah prbadi yang lemah dalam perasaan
dan sangat membutuhkan keintiman karena memberi rasa aman. Suami cuek sama saja
dengan menolak isterinya dan merusak komunikasi sehingga diperlukan suatu inisatif
untuk memberi perhatian agar kasih terbangun.
Penyebab suami cuek adalah penolakan dan pengabaian di masa lalu sehingga saat
suami cuek sesungguhnya hanya karena balasan dendam dan ini dapat merusak
pernikahan dan keluarga. Di samping itu juga adanya pelecehan yang pernah dialami
sehingga menimbulkan trauma dan ketakutan untuk terluka yang kedua kali atau
pelarian karena tidak mau mengingat sakit dari masa lalu. Diperlukan sikap untuk
mengampuni saat suami terluka dengan memohon pengampunan dari Tuhan terlebih
dahulu sehingga dimampukan untuk melayani, menghormati dan mengasihi dengan
kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Fokus pada hal yang lain dan kesendirian juga
menjadi penyebab suami cuek. Tuhan mengajarkan pentingnya saling memperhatikan
kepentingan orang lain (isteri) maka sikap cuek sesungguhnya tidak akan mendatangkan
kebaikan, sebaliknya perhatian adalah wujud dari tindakan nyata dalam memenuhi
hukum Kristus sehingga ada kebahagiaan dan pemulihan.

L. Suami Romantis
Suami yang romantis adalah pribadi yang selalu membahagiakan roh, jiwa dan
tubuh isterinya. Pusat kehidupan wanita adalah hati atau perasaannya dan pintu masuk
kehatinya melalui telinga, mulut, dompet, kepuasan seksual dan membangun sikap
romantis. Telinga isteri perlu mendengar pujian atau apresiasi, kata-kata dorongan,
penerimaan dan pembicaraan yang berkualitas bukan bentakan dengan kata-kata
penghinaan, kata-kata kotor. Mulut wanita kuat sehingga ia akan mudah berbicara dari
satu tema kepada tema lain, tanpa memperdulikan ada hubungan atau tidak terhadap
hal-hal yang dibicarakan. Intim bagi wanita adalah berbicara dan suami yang romantis
jika bisa diajak berbicara.
Suami yang romantis adalah suami yang tidak pelit dan murah hati untuk
memenuhi dompet sang isteri (saat pegang uang merasa aman / bukan materialistik)
karena tahu anak-anaknya akan makan cukup tiap bulannya dan uang sekolah akan
tercukupi tiap tahunnya. Suami yang romantis adalah suami memahami pribadi seorang
wanita dan memperlakukannya dengan cinta kasih termasuk dalam hal kepuasan seks
sebagai kenikmatan dan rekreasi bersama yang menyenangkan. Suami yang romantis
adalah menunjukkan gaya hidup mesra (DNA & kepribadian) dengan melatih kebiasaan
secara terus menerus untuk romantis terhadap isteri di setiap kesempatan.

M. Suami Dewasa
Laki-laki menikah karena ketertarikan biologis sedangkan wanita karena
ketertarikan psikologis untuk mendapat rasa aman dan perlindungan. Ada tuntutan yang
perlu diperhatikan oleh suami yaitu menjadi suami dewasa dengan rela untuk berkoban
dan tidak bersifat kekanak-kanakan. Kerelaan berkorban mungkin tidak bersifat heroik
bisa saja dilakukan dengan mengesampingkan kesibukan untuk bercengkrama dengan
isteri, mengesampingkan kesenangan untuk meringankan beban isteri dan
mengesampingkan keinginan dengan menyisihkan uang untuk membelikan hadiah yang
berkesan kepada isteri.
Sifat kekanak-kanakan suami nampak dari sifat egois, tidak bisa mengalah, selalu
merepotkan, tidak berani mengambil keputusan, tidak bertanggung jawab dan lain-
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena luka masa lalu yang diakibatkan kurangnya
perhatian orang tuanya dan juga karena ingin mengendalikan isterinya dengan
menunjukkan kemarahan. Di sini diperlukan jalan pemulihan di hati suami dengan
memohon hati yang diperbaharui dan perilaku yang baru.

N. Suami Lemah Lembut


Suami yang lemah lembut adalah pribadi yang tidak berprilaku kasar terhadap
isterinya yaitu melalui perkataan yang bernada tinggi, memarahi dan mengatakan
kejelekan isteri di depan umum, menghina dan berbicara dengan isteri tetapi melakukan
aktifitas lain. Perilaku kasar dalam bentuk fisik adalah memukul isteri dan dalam
perlakuan sosial suami tidak menggandeng isterinya dan cenderung ‘mengurung’ isteri
di rumah saja. Hal yang lainnya adalah perilaku seksual yang memaksa isteri
berhubungan ketika tidak berminat, bahkan isteri tidak menikmatinya. Ketidakpedulian
akan keuangan dalam bentuk memberi sejumlah uang untuk keperluan rumah tangga
tanpa peduli cukup atau tidak merupakan perilaku yang kasar juga. Suami yang tidak
kasar adalah suami yang harus berusaha mengendalikan emosi dan meluapkannya
secara bijaksana terhadap isterinya; suami yang harus berusaha mengampuni isterinya
dan mengupayakan perdamaian dengannya, dan suami yang harus memperhatikan
tanggung jawabnya dan mempergunakan wewenangnya secara bijaksana.

O. Mengasihi Walau Sakit


Suami harus tetap mengasihi sekalipun isteri dalam keadaan sakit (misalnya : ada
kemungkinan tidak memiliki anak), siap melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh
isteri dan rela untuk merawat dan menjadi isterinya. Kehadiran suami saat pasangan
sakit akan memberikan kebahagiaan kepada isteri. Cinta dapat pudar saat isteri
mengalami sakit yang tak kunjung sembuh tetapi komitmen untuk setia menjaga dan
merawatnya membuat cinta tidak pudar.

P. Suami Tidak Cinta Uang


Uang bukanlah segala-galanya tetapi tanpa uang tidak bisa pergi kemana-mana dan
tidak bisa membeli apa-apa. Keuangan yang disikapi dengan salah akan membawa
konflik dalam rumah tangga. Suami hendaknya tidak cinta uang, ia akan mengajak
isterinya untuk menyatukan keuangan sekalipun isterinya memiliki penghasilan dengan
demikian beban keuangan keluarga akan menjadi ringan. Suami hendaknya tidak cinta
uang, ia akan sepakat mengelola keuangan dengan isterinya dengan demikian berkat
Tuhan tercurah dalam keluarga. Suami hendaknya tidak cinta uang, ia akan sepakat
dengan Tuhan dalam memberikan persembahan baik persepuluhan, khusus dan
persembahan sulung. Suami hendaknya tidak cinta uang, ia akan menciptakan kesehatan
dalam keuangan, artinya pengeluaran tidak melebihi pendapatan sehingga keuangan
tetap stabil sekalipun ada goncangan.

Q. Suami Nahkoda Bahtera Keluarga


Perjalanan dalam bahtera keluarga tidak akan bebas dari masalah dan rintanngan
serta tidak semuanya akan berjalan mulus tetapi percayalah Tuhan akan terus
mengawasinya. Isteri bisa putusasa jika diperhadapkan dengan keadaan dimana anak
yang baru dilahirkan meninggal. Demikian pula dengan suami, sebagai nahkoda suami
harus menunjukkan ketegaran kepada isteri bisa membangkitkan semangat. Sebagai
nahkoda, suami harus menjadikan dirinya dan isterinya sebagai super-team yang saling
menguatkan sambil menatap masa depan yang lebih baik.
Terkadang masalah sepertinya dapat mengkandaskan bahtera rumah tangga. Hal ini
dikisahkan oleh Ps. Lukas dan isterinya yang telah memiliki dua anak dan ternyata
meninggal. Di kematian anaknya yang pertama isterinya yang lemah dan suaminya
menguatkan. Di kematian anaknya yang kedua suaminya yang lemah dan isterinya yang
menguatkan. Akan kandaskah bahtera rumah tangga mereka ? Mereka tetap berharap
kepada Tuhan sehingga isterinya kembali mengandung, tetapi isterinya kembali
mengalami keguguran. Persoalan yang sungguh berat dan sangat menyedihkan dalam
membangun sebuah bahtera rumah tangga. Sampai mereka menuliskan dalam buku ini
pencobaan apa lagi ? Mereka mulai menjalani kehidupan normal dan membuang
kesedihan dan sebagai suami bersepakat dengan isteri untuk menjalani kehidupan dan
menyerahkan soal anak pada Tuhan. Sebagai nahkoda suami harus tegar di dalam
menghadapi persoalan sampai akhirnya Tuhan memberi mereka anak yang saat ini
sudah berusia 10 tahun. Terpujilah nama Tuhan.

III. TANGGAPAN BUKU


Berikut adalah tanggapan atas isi buku yang saya baca :
1. Secara keseluruhan uraian dari isi buku sungguh memberikan masukan yang sangat
padat karena disajikan bukan hanya secara teologis, teoritis tetapi juga ada aplikasi
yang sangat relevan melalui kesaksian hidup dari setiap kontributor sesuai dengan
pokok atau topik pembahasannya.
2. Di halaman 33 paragraf ke-4, penulis menyatakan bahwa : Jadi daripada berdosa
karena berfantasi dengan orang lain, kenapa tidak berfantasi saja dengan istri (ketika
dipicu melihat perempuan) dan jadikan ini sebagai dorongan untuk membangun
relasi yang baik dengan istri sehingga fantasi bisa direalisasi.
Saran ini bagi saya agak sedikit memaksakan keinginan suami dalam fantasi untuk
dipenuhi, iya kalau istrinya mau kalau tidak tentu menjadi persoalan. Ketika
melakukan hubungan dengan istri, tetapi tidak menutup kemungkinan pikiran suami
ada kepada perempuan lain sehingga hubungan seks dengan istrinya benar tetapi
motivasinya bukan karena menikmati dan rekreasi untuk kesenangan bersama.
Bukankah menjadi berdosa juga sekalipun dikomunikasikan. Suami harus membuang
setiap fantasi seks yang melintas di depan mata, suami melakukan seks dengan istri
karena cinta kepada pasangannya yang sesuai dengan bahasa cinta masing-masing
(hal 173, paragraf ke-3).
3. Di halaman 181 bab N. Suami Lemah Lembut pada Poin 1. Tindakan-tindakan kasar
suami bagian perkataan : berkata dengan nada tinggi akan melukai istri. Saya setuju,
tetapi di dalam realitanya karena faktor budaya yang sudah mengakar pasti cukup
memakan waktu yang lama untuk suami merubahnya bahkan bisa jatuh lagi. Situasi
ini perlu diberikan tips praktisnya dalam buku ini. Saya pernah melihat satu situasi
kehidupan berumah tangga seperti ini :
Keluarga yang pertama adalah keluarga Kristen tradisi yaitu terlahir sebagai Kristen
tetapi hidupnya tidak sesuai dengan firman Tuhan. Suami berkata-kata kasar kepada
istrinya, terkadang di depan umum tetapi istrinya dihidupi secara jasmani. Suami
kerja dan kebutuhan anak terpenuhi dalam segala hal.
Keluarga yang kedua, awalnya Kristen tradisi kemudian suami dikenal sebagai orang
yang suka memberikan kesaksian firman Tuhan tetapi yang menjadi tulang
punggung keluarga dilakukan istri dan kebutuhan anak agak sulit untuk terpenuhi.
Timbul pertanyaan : jika disuruh memilih mana suami yang “lebih baik” ?
Di kasus keluarga pertama dan kedua : isteri-isteri tidak pernah meminta cerai
alias tetap setia.
Jika kasus di atas dikaitkan dengan suami yang berkata kasar tetapi menghidupi
keluarga padahal tidak mengerti firman dan terlahir dengan budaya dengan nada
tinggi bagaimana merubah perkataan menjadi lembut ?
Sebaliknya suami berkata lembut dan memperkatakan dan mengerti firman tetapi
tidak menghidupi keluarganya apakah ini tidak melukai istri juga ?
Mungkin bisa dipertajam dalam buku ini terkait tips merubah perkataan kasar
menjadi lembut dalam kontek budaya suami yang bernada tinggi yang sudah
mengakar.

Anda mungkin juga menyukai