Islam
Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam
Sebagai bahan referensi dan renungan bahkan tindakan, berikut, garis besar hak
dan kewajiban suami isteri dalam Islam yang di nukil dari buku “Petunjuk Sunnah
dan Adab Sehari-hari Lengkap” karangan H.A. Abdurrahman Ahmad.
Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-
Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih
tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:
1. Menyerahkan dirinya,
2. Mentaati suami,
3. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
4. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami
5. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
wallahu’alam bisowab…
http://www.hendra.ws/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-islam/
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2016
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Maraknya perceraian di kalangan masyarakat umumnya terjadi karena kurangnya
pemahaman masyarakat tentang arti sebuah pernikahan. Tujuan pernikahan itu sendiri adalah
untuk melangsungkan keturunan yang sakinah, mawaddah dan warahmah untuk mencapai
ridho Allah SWT.
Pentingnya mengetahui arti sebuah pernikahan memang sudah seharusnya diketahui;
karena dengan begitu, rumah tangga yang akan dibangun dapat berlangsung lama. Dalam
berumah tangga pasti ada ujian ataupun cobaan yang dapat menghambat kehidupan berumah
tangga itu sendiri. Namun jika lebih dewasa menghadapi ujian tersebut, masalah itu justru
akan membuat kelangsungan berumah tangga menjadi semakin kokoh.
Untuk itu, kami mengambil tema ini dalam penyusunan makalah kami untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sebuah pernikahan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian, dalil, tujuan dan hukum pernikahan?
2. Apa saja rukun dan syariat nikah?
3. Siapa yang dapat menjadi wali dalam sebuah pernikahan?
4. Bagaimana sighat (ijab qabul) dalam sebuah pernikahan?
5. Apa saja contoh kasus-kasus pernikahan?
6. Apa saja pokok-pokok pembinaan rumah tangga ?
7. Bagaimana perjanjian dalam pernikahan?
C. Tujuan Masalah
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian, dalil, tujuan dan hukum pernikahan.
2. Mengetahui rukun dan syariat nikah.
3. Mengetahui wali dalam sebuah pernikahan.
4. Mengetahui sighat (ijab qabul) dalam sebuah pernikahan.
5. Mengetahui kasus-kasus pernikahan.
6. Menjelaskan pokok-pokok pembinaan rumah tangga.
7. Menjelaskan perjanjian dalam pernikahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Dalil, Tujuan dan Hukum Pernikahan
Pernikahan adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin
antara laki-laki dengan perempuan, dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup
berkeluarga, yang diliputi ketentraman, kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah SWT.
Pernikahan adalah kejadian- kejadian dimana perjanjian antara dua manusia terjadi.
Perjanjian suci menurut Islam sangatlah berat, karena memerlukan tanggung jawab,
komitmen, dan kasih sayang. Pernikahan adalah hal normal yang dibutuhkan manusia, dalam
Islam, hukum pernikahan adalah sunnah. Tapi dapat menjadi wajib, makruh, atau bahkan
haram.
Dilansir dari anneahira.com, urusan dan detail-detail pernikahan mulai yang sederhana
sampai terumit sudah diatur didalam Islam secara lengkap. Pernikahan dapat menjadi jalan
bagi yang sudah tidak dapat menahan hawa nafsunya, pernikahan dapat juga berarti untuk
membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah, serta memiliki keturunan
yang dididik menjadi sebaik-baiknya manusia dan membawa nama baik keluarga.
Islam memang agama yang lengkap dengan segalanya yang telah diatur dan memiliki
ketentuan. Termasuk pernikahan yang sakral, pasangan suami istri haruslah memahami satu
sama lain. Hidup bersama berarti juga meghilangkan sifat individualis, saling membutuhkan
satu sama lain baik secara biologis maupun psikologis. Suami harus menafkahi istri dan istri
harus berbakti kepada suami, segalanya akan lebih indah jika berpedoman pada nilai-nilai
Islam.
Adapun Dalil atau Hadis Nabi yang tercantum dalam Al Quran yaitu:
1. Surat An Nisa 4:1 yang berbunyi (wahai manusia, bertakwalah kamu sekalian kepada Tuhan
yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu ia jadikan daripadanya jodohnya kemudian dia
kembangkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali).
2. Surat Yaasiin 36:36 yang berbunyi (Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari diri mereka maupun dari
apa yang mereka ketahui).
3. Surat Adz Dzariyat 51:49 yang berbunyi ( Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-
pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah).
4. Surat Ar Ruum 21 yang berbunyi (Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, diciptakan-Nya
untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu mendapat ketenangan hati, dan
dijadikan-Nya kasih sayang diantara kamu, sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-
tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berpikir).
Sedangkan untuk tujuan pernikahan itu sendiri adalah untuk memenuhi hajat naluri
manusia, sesuai petunjuk agama dalam rangka mewujudkan keluarga harmonis, sejahtera,
bahagia lahir batin, berdasar cinta kasih, dan kasih sayang. Selain itu, juga bertujuan untuk:
a. Kelangsungan keturunan.
b. Memenuhi hajat naluri untuk mendapatkan kasih sayang dan ketentraman hidup.
c. Memenuhi perintah agama.
d. Menimbulkan rasa tanggung jawab, hak dan kewajiban.
e. Membangun keluarga bahagia dan masyarakat muslim damai.
f. Sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT
g. Untuk Iffah ( menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang).
h. Menghindari fitnah bagi orang-orang yang sudah menikah adalah lebih mudah ketimbang
orang yang masih membujang, karena timbulnya fitnah adalah dari penglihatan, pendengaran
ataupun khayalan.
i. Menyempurnakan agama (apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh
agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya ).
Hukum pernikahan atau pernikahan yaitu hukum asal merupakan mubah, asalkan sudah
memenuhoi syarat. Wajib bagi yang telah mampu, telah ingin menikah, dan khawatir berzina.
Ada pula 4 asas hukum pernikahan dalam Islam tersebut :
a. Haram : melaksanakan pernikahan untuk menyakiti istri, bagi seseorang yang tidak mampu
memenuhi nafkah lahir dan batin kepada istrinya serta nafsunyapun tidak mendesak,
haramlah ia kawin. Adapun hadisnya “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
kedalam kebinasaan dengan tangan mu sendiri( QS. Al-Baqarah:195).
b. Sunnah : telah mampu lahir batin, tetapi tidak akan berbuat zina, maka sunnah lah ia kawin.
Allah bersabda” sesungguhnya Allah menggantikan cara kependetaan dengan cara yang lurus
lagi ranah(kawin)kepada kita.(Sayyid sabiq 6, 1996:23).
c. Makruh : bagi yang belum mampu ataupun makruh kawin bagi seseorang yang lemah
syahwat dan tidak mampu member belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istrinya,
karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat. Juga makruh hukumnya
jika karena lemah syahwat itu ia berhenti dari melakukan sesuatu ibadah atau menuntut suatu
ilmu.
d. Wajib : bagi orang yang sudah mampu untuk melangsungkan pernikahan, namun nafsunya
sudah mendesak dan takut terjerumus dalam tindak perzinaan wajiblah bagi dia untuk kawin.
Walimah atau pesta hukumnya sendiri sunnah. Rasullulah bersabda: adakanlah
walimah walau dengan seekor kambing”. Memenuhi undangan walimah dianjurkan, sebagian
berpendapat wajib.
B. Rukun dan Syarat Nikah
a. Rukun Nikah
Pernikahan dapat dilaksanakan apabila memenuhi unsur-unsur berikut :
1. Calon pengantin laki-laki dan wanita.
2. Wali pihak calon pengantin wanita.
3. Dua orang saksi
4. Akad nikah ( ijab Kabul nikah)
5. Di satu tempat (satu ruangan)
b. Syarat Nikah
a) Calon pengantin pria syaratnya:
1. Beragama Islam
2. Laki-laki (bukan banci)
3. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu-ragu( misalnya kembar)
4. Tidak ada larangan nikah dengan calon pengantin wanita.
5. Mengenal dan mengetahui calon istrinya.
6. Rela tidak dipaksa.
7. Tidak sedang ihram.
8. Tidak mempunyai istri yang dilarang dimadu dengan calon istrinya.
9. Tidak ada larangan lain, misalnya istrinya sudah empat orang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan menurut Islam adalah menyatukan laki-laki dan perempuan dalam rangka
mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga, yang diliputi ketentraman, kasih sayang dengan
cara yang diridhoi Allah SWT. Tujuan pernikahan itu sendiri adalah untuk memenuhi hajat
naluri manusia, sesuai petunjuk agama dalam rangka mewujudkan keluarga harmonis,
sejahtera, bahagia lahir batin, berdasar cinta kasih, dan kasih sayang. Pernikahan yang
didasari karena ingin mendapatkan keridhoan dari Allah akan menjadikan keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan warahmah.
B. Saran
Pengetahuan mengenai pernikahan sudah cukup penting untuk diketahui karena
pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan begitu saja. Pernikahan sudah
sepatutnya dipikirkan baik-baik dan direncanakan secara matang. Restu dari orang tua juga
merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah pernikahan karena orang tua tidak
mungkin memberikan sesuatu yang tidak baik bagi anaknya. Hal yang tak kalah penting
lainnya adalah persiapan mental bagi orang yang akan melangsungkan pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, 2014. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
http://www.anneahira.com.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan antar umat beragama telah lama menjadi isu yang populer di Indonesia.
Popularitas isu ini sebagai konsekuensi dari masyarakat Indonesia yang majemuk, khususnya
dari segi agama dan etnis. Karena itu, persoalan hubungan antar umat beragama ini menjadi
perhatian dari berbagai kalangan, tidak hanya pemerintah tetapi juga komponen lain dari
bangsa ini, sebut saja misalnya, LSM, lembaga keagamaan, baik Islam maupun non Islam
dan lain sebagainya.
Seringkali kita lihat di tengah masyarakat apalagi di kalangan orang berkecukupan
dan kalangan selebriti terjadi pernikahan beda agama, entah si pria yang muslim menikah
dengan wanita non muslim (nashrani, yahudi, atau agama lainnya) atau barangkali si wanita
yang muslim menikah dengan pria non muslim. Namun kadang kita hanya mengikuti
pemahaman sebagian orang yang sangat mengagungkan perbedaan agama (pemahaman
liberal). Tak sedikit yang terpengaruh dengan pemahaman liberal semacam itu, yang
mengagungkan kebebasan, yang pemahamannya benar-benar jauh dari Islam. Paham liberal
menganut keyakinan perbedaan agama dalam pernikahan tidaklah jadi masalah.
Namun bagaimana sebenarnya menurut pandangan Islam yang benar mengenai status
pernikahan beda agama? Berangkat dari permasalahan itu kami mencoba untuk menjelas
sekelumit tentang bagaimana hukumnya pernikahan beda agama, baik itu menurut UUD
1945, Kompilasi Hukum Islam, dan juga menurut agama Islam itu sendiri.
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa dasar hukum perkawinan di Indonesia yang
berlaku sekarang ada beberapa peraturan ,diantaranya adalah:
1. Buku I Kitab Undang-undang Hukum Perdata
2. UU No. 1/1974 tentang Perkawinan
3. UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama
4. PP No. 9/1975 tentang Peraturan Pelaksana UU No.1/1974
5. Intruksi Presiden No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
Daftar Pustaka
http://auliaazwani.blogspot.com/2012/03/makalah-kasus-hukum-
perdata-perkawinan.html
Al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arba’ah, Beirut, Dar-
ihya al-Turats al-‘Araby.
Vide Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuh, Vol.
II, Cairo, Al-Mathba’ah
al-Yusufiah, 1931