Anda di halaman 1dari 23

Hak dan Kewajiban Suami Istri dan

UU RI No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

1.
2.
3.
4.
5.

Disusun Oleh:
Kelompok 1 XII MIA C
Anggraeni Windi Rosari / 03
Desi Nur Oktavia / 05
Hakim Subekti / 12
Puspita Ayu APN. / 23
Zidane Afkarusyawwala P. / 32

Hak dan Kewajiban Suami


Istri
1. Hak Bersama Suami Istri
Suami Istri hendaknya saling menumbuhkan suasana
mawaddah dan rahmah.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir. (Ar-Rum:21)
Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat
masing-masing. (An-Nisa:19 Al-Hujaraat:10)
Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang
harmonis. (An-Nisa: 19)

2. Adab Suami kepada Istri


Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam
menjalankan agama (At-Taubah: 24)
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan
Rasul-Nya. (At-Taghabun:14)
Hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah meminta istri yang
sholehah (Al-Furqan:74)
Di antara kewajiban suami terhadap istri, ialah : Membaya mahar,
memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), menggaulinya
dengan baik, berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (Al-Ghazali)
Jika istri berbuat Nusyuz, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut
ini secara berurutan: (a) Memberi nasihat, (b) pisah kamar, (c) memukul
dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa : 34). Nusyuz
adalah: kedurkahaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada
Allah.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmidzi).
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya (Ath-Thalaq:7)
Suami dilarang berkata kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga.
Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka,
ada keberkahan. (Baihaqi, umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)

Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya.


(Abu Yala)
Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh
kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa:19)
Suami wajib memberi makan apa yang ia makan, memberinya
pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak
berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud)
Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada
istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan RasulNya. (Al-Ahzab: 34, At-Tahrim:6, Muttafaqun Alaih)
Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll). (Al-Ghazali)
Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa : 3)
Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun (Nasai)
Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka
suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan,
walaupun secara paksa (Al-Ghazali)
Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat
terlebih dahulu kepada istrinya. (Al-Baqarah: 40)

3. Adab Istri Kepada Suami


Hendaknya istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa
kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita. (Ani-Nisa: 34)
Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat
lebih tinggi daripada istri (Al-Baqarah: 228)
Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan (An-Nisa:
39)
Diantara kewajiban istri terhadap suaminya ialah:
a. Menyerahkan dirinya,
b. Mentaati suami,
c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami,
e. Menggauli suami dengan baik(Al-Ghazali)
.Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya,
walaupun sedang dalam kesibukan (Nasai, Muttafaqun Alaih)
.Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk
menggaulinya, lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit
akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)

Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah SWT
mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya
daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)
Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal
dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga (Ibnu Majah, Tirmidzi)
Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disebabkan oleh Nabi Saw :
Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan
perintahkan istri bersujud kepada suaminya (Tirmidzi)
Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan
suami (Thabrani)
Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di
belakangnya(saat suami tidak di rumah). (An-Nisa: 34)
Ada empat cobaan berat dalam pernikahan yaitu: (1) Banyak anak, (2)
sedikit harta, (3) Tetangga yang buruk, (4) Istri yang berkhianat. (Hasan
Al-Bashri)
Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya
selama empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)
Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan
menjaga kemaluannya. (An-Nur:30-31)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN

BAB I
DASAR PERKAWINAN
Mengatur tentang dasar perkawinan.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing kepercayaannya. Tiap
perkawinan dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pengadilan memberi izin kepada seorang suami untuk
beristeri lebih dari seorang apabila dikendaki oleh
pihak-pihak yang bersangkutan.
Syarat-syarat permohonan izin ke pengadilan antara
lain persetujuan istri-istri, jaminan keadilan dan

BAB II
SYARAT-SYARAT PERKAWINAN
Mengatur tentang syarat-syarat perkawinan,
seperti : umur minimum mempelai pria dan
wanita yang boleh menikah, serta siapa
sajakah
orang-orang
yang
termasuk
mahram kita sehingga kita dilarang menikah
dengannya. Perkawinan hanya diizinkan bila
pihak pria berumur 19 tahun dan wanita 16
tahun.

BAB III
PENCEGAHAN PERKAWINAN
Perkawinan dapat dicegah, para keluarga dalam garis
keturunan lurus keatas dan kebawah, saudara, wali nikah, wali,
pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak
yang berkepentingan, apabila ada pihak yang tidak memenuhi
syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.
Pencegahan perkawinan diajukan kepada Pengadilan dalam
daerah hukum dimana perkawinan akan dilangsungkan dengan
memberitahukan juga kepada pegawai pencatat perkawinan.
Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan putusan
Pengadilan atau dengan menarik kembali permohonan
pencegahan pada Pengadilan oleh yang mencegah.
Pegawai pencatat perkawinan tidak diperbolehkan
melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan
bila ia mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan dalam
Pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 12
Undang-undang ini meskipun tidak ada pencegahan

BAB IV
BATALNYA PERKAWINAN
Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi
syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.
Yang dapat mengajukan Pembatalan perkawinan yaitu:
a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami
atau isteri.
b. Suami atau isteri.
c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum
diputuskan.
d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) Pasal 16 Undangundang ini dan setiap orang mempunyai kepentingan hukum
secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya
setelah perkawinan itu putus. Permihonan pembatalan
perkawinan diajukan kepada Pengadilan dalam daerah hukum
dimana perkawinan dilangsungkan ditempat tinggal kedua suami
isteri, suami atau isteri.

BAB V
PERJANJIAN PERKAWINAN
(1) Pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan
bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis
yang disahkan oleh Pegawai pencatat
perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
tersebut berlangsung
(2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan
bilamana melanggar batas-batas hukum, agama
dan kesusilaan

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI
Mengatur hak dan kewajiban suami istri. Hak dan
kedudukan suami istri adalah seimbang. Suamiisteri harus mempunyai tempat kediaman yang
tetap. Suami isteri wajib saling saling cinta
mencintai,
hormat
menghormati,
setia
dan
memberi bantuan lahir bathin.
Suami-isteri memikul kewajibannya masing-masing
untuk menegakkan rumah tangga. Jika suami atau
isteri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.

BAB VII
HARTA BENDA DALAM PERKAWINAN
Mengatur tentang harta benda dalam
perkawinan. Harta benda yang diperoleh
selama perkawinan menjadi harta bersama.
Apabila terjadi perceraian, harta benda akan
diatur lebih lanjut dalam Pengadilan Agama.

BAB VIII
PUTUSNYA PERKAWINAN SERTA AKIBATNYA
Perkawinan dapat putus karena :
a. kematian,
b. perceraian dan
c. atas keputusan Pengadilan.
Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan
yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan.

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :


a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anakanaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan
mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya;
b. Bapak yang bertanggung-jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak
dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu
ikut memikul biaya tersebut;
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.

BAB IX
KEDUDUKAN ANAK
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau
sebagai akibat perkawinan yang sah.
(1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya.
(2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya
akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang
dilahirkan oleh isterinya, bilamana ia dapat membuktikan
bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari
perzinaan tersebut.
(4) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya
anak atas permintaan pihak yang berkepentingan.

BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA ORANG TUA
DAN ANAK
Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik
anak-anaknya. Kewajiban ini berlaku terus
meskipun perkawinan antara kedua orang tua
putus.
Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati
kehendak mereka yang baik. Jika anak telah
dewasa, ia wajib memelihara menurut
kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam
garis lurus ke atas bnila mereka itu memerlukan
bantuannya.

BAB XI
PERWAKILAN
Mengatur tentang perwakilan / wali. Wali sedapat-dapatnya
diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang
sudah dewasa, berpikiran sehatt, adil, jujur dan berkelakuan
baik.
Apabila seorang perempuan tidak memiliki wali, ia dapat
menggunakan wali hakim.
Wali dapat dikenai tuntutan apabila ia terbukti telah
menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang
dibawah kekuasaanya dan diwajibkan untuk mengganti
kerugian tersebut.

BAB XII
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Pembuktian asal-usul anak
Asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan
akte kelahiran yang autentik, yang dikeluarkan oleh Pejabat
yang berwenang.

Perkawinan diluar Indonesia


Perkawinan yang dilangsungkan diluar Indonesia antara
dua orang warganegara Indonesia atau seorang warganegara
Indonesia dengan warganegara Asing adalah sah bilamana
dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara dimana
perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warganegara
Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan Undangundang ini.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang
tejadi sebelum Undang-undang ini berlaku yang dijalankan menurut peraturanperaturan lama, adalah sah.
(1) Dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang baik berdasarkan hukum
lama maupun berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini maka berlakulah
ketentuan-ketentuan berikut:
a. Suami wajib memberikan jaminan hidup yang sama kepada semua isteri dan
anaknya;
b. Isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama yang
telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau berikutnya itu terjadi;
c. Semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang terjadi sejak
perkawinannya masing-masing.
Jika Pengadilan yang memberi izin untuk beristeri lebih dari seorang menurut
Undang-undang ini tidak menentukan lain, maka berlakulah ketentuan-ketentuan
ayat pasal ini.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas
UU ini, maka dengan berlakunya UU ini ketentuan
yang diatur dalam Kitab UU Hukum Perdata
UU ini mulai berlaku pada tanggal diundangkannya
yang pelaksanaannya secara efektif lebih lanjut akan
diatur dengan Peraturn Pemerintah
Hal-hal dalam UU ini yang memerlukan pengaturan
pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang


Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta,
pada tanggal 2 Januari 1974
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SOEHARTO
JENDERAL TNI.
Diundangkan di Jakarta,
pada tanggal 2 Januari 1974
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA R.I
SUDHARMONO, SH.
MAYOR JENDERAL TNI.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1974 NOMOR 1

Terima Kasih
Wassalamualai
kum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai