Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH AGAMA

MAKALAH
KEWAJIBAN SEORANG ISTRI KEPADA SUAMI
Dosen : La Ode Wahidin

Disusun Oleh :
Nama : Cindy Agriningsih Haruna
NIM : F1C1 19 064

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
K4NDARI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasullulah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya, saya
mampu menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
mata kuliah wajib Agama.
Dengan ini penulia berterima kasih kepada Bapak La Ode Wahidin yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Saya juga
menyampaikan kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya demi perbaikan
makalah ini. Mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini masih ada
kekurangan dari isi yang terkandung didalam makalah ini. Namun, saya berharap
semoga makalah ini dapat dijadikan pedoman dan sumber informasi untuk kita
semua. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kelancaran dan kesukksesan
kepada kita semua.
Wassalamualaikum wrarrahmatullahi wabarakatuh

Kendari, 14 Oktober 2019


Penulis

Cindy Agriningsih Haruna


DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………….......................
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..
1.3 Tujuan …………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kewajiban
2.2 Kewajiban Seorang Istri Terhadap Suami
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam hubungan suami istri dalam hubunga rumah tangga, membina
rumah tangga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan sekedar
diawali pesta pora pernikahan saja melainkan dibutuhkan pengertian kasih
saying kedua pasangan, apabila salah satu dominan mengatur rumah tangga,
maka akan terjadi perang dingin memicu perselingkuhan berujuang
perceraian, akibatnya anak-anknya menjadi korban.
Kehidupan berumah tangga Muhammad dan Khadijah dapat menjadi
contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari meski manusia sekarang tidak
mampu menyamai setidaknya bercermin pada mkisah beliau.
Pada dasasrnya suami mempunyai hak dan istriupun mempunyai hak. Di
balik itu, suami mempunyai kewajiban dan istripun mempunyai kewajiban.
Kewajiban istri merupakan hak bagi suami.
Untuk itu, di perlukan kajian mengenai kewajiban seorang istri terhadap
suami yang merupakan hak suami. Berawal dari sinilah penyususn membuat
makalah ini, dengan tujuan dapat memahami kewajiban seorang istri terhadap
suaminya dalam berumah tangga.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Kewajiban Istri?
2. Bagaimana kewajiban seorang istri terhadap Suami dan dalilnya?

1.3. Tujuan
Mengetahui dan memahami kewajiban seorang istri terhadap suami
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kewajiban Istri


Kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan
untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu
yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu
yang harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang
dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak istri. Demikain
juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak
suami, sebagaimana yang di jelaskan Rasulullah SAW :
‫ﻟﮝﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺴﺎﺋﮝﻢ ﺣﻗﺎ ﻮﻟﻨﺴﺎﺋﮝﻢﻋﻠﻴﮑﻢ ﺣﻗﺎ إن اﻻ‬
Artinya : “ketahuilah, sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus
(wajib) ditunaikan oleh isteri kalian dan kalianpun memiliki hak yang harus
(wajib) kalian tunaikan” (HR; Shahil ibnu Majh no.1501, Tirmidzi II 315
no.1173 den Ibnu Majah I 594 no.1815).

2.2 Kewajiban Seorang Istri terhadap Suami dan dalilnya


Seperti yang sudah dipaparkan diatas, maka kewajiban seorang istri
terhadap suami adalah sebsgai berikut:
1. Mentaati perintah suami
Taat kepada suami. Maka, bagi seorang istri wajib mentaati suami yang
sudah menjadi kepala rumah tangganya. Karena keluarga adalah replika
kecil dari masyarakat yang diharuskan ada seorang pemimpin dan
penanggung jawab di dalamnya.
Allah Swt pun telah menyiapkan kelebihan baik dari jasmani maupun
akal kepada laki-laki untuk dapat mengatur rumah tangga yang dibangunnya
dan mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Allah Swt
berfirman “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka
telah memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. Annisa/34). Oleh karena
suami adalah kepala keluarga, maka sudah semestinya harus ditaati oleh
anggota keluarganya, khususnya istri dengan selalu berbuat baik kepada
keluarga suami dan menjaga harta suami.
Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang
yang membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata :
‫ظ َر َوت ُ ِطيعُهُ ِإذَا أ َ َم َر‬ ُ َ ‫اء َخي ٌْر قَا َل الهتِي ت‬
َ ‫س ُّرهُ إِذَا َن‬ ِ ‫س‬ ُّ َ ‫سله َم أ‬
َ ِ‫ي الن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬‫صلهى ه‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫سو ِل ه‬ ُ ‫قِي َل ِل َر‬
ُ‫َو ََل تُخَا ِلفُهُ فِي نَ ْف ِس َها َو َما ِل َها بِ َما يَ ْك َره‬

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


“Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling
menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan
tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami
benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih) .Begitu pula tempat seorang
wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari sikapnya terhadap
suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.

2. Berdiam di rumah dan tidaklah keluar kecuali dengan izin suami


Bahkan menurut syafiiyyah dan Hanabilah, tidak boleh bagi seorang
istri keluar untuk mengunjungi ayahnya yang sakit kecuali dengan izin
suami. Ibnu Umar berkata, Nabi Saw. bersabda: “Apabila istri kalian
meminta izin kepada kalian untuk berangkat ke masjid malam hari maka
izinkanlah……” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Allah Ta’ala berfirman,
‫َوقَ ْرنَ فِي بُيُوتِ ُك هن َو ََل تَبَ هرجْ نَ تَبَ ُّر َج ْال َجا ِه ِليه ِة ْاْلُولَى‬

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias


dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al
Ahzab: 33).Seorang istri tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan
izin suaminya. Baik si istri keluar untuk mengunjungi kedua orangtuanya
ataupun untuk kebutuhan yang lain, sampaipun untuk keperluan shalat di
masjid.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak
halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.”
Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya
berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’
Al-Fatawa, 32: 281)

3. Melayani suami yang ingin bersenang-senang (istimta’) atau


berhubungan badan dengannya
Dan seorang istri akan dianggap berdosa jika ia tidak mau menerima
ajakan suami untuk berhubungan badan kecuali ada udzur syar’i seperti ia
masih haid, puasa fardlu, sakit atau suami menghendaki berhubungan
badan lewat dubur, maka istri boleh menolaknya, bahkan harus
menolaknya karena hal itu diharamkan oleh agama.
Adapun dalil istri harus siap melayani suami adalah hadis dari Abu
Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda:
‫عا ِإذَا‬
َ َ‫الر ُج ُل د‬ ْ ‫َحتَّى ْال َمالَئِ َكةُ لَ َعنَتْ َها ت َِجى َء أ َ ْن فَأ َ َب‬
َّ ُ‫ت فِ َرا ِش ِه ِإ َلى ْام َرأَتَه‬
ْ ُ‫ت‬
‫صبِ َح‬
“Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur lalu ia tidak
mau (memenuhi ajakannya) kemudian ia marah maka seorang istri itu
akan dilaknat malaikat sampai pagi harinya.” (HR. Albukhari dan
Muslim).
Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafazh,

‫اء‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫عو ْام َرأَتَهُ ِإلَى ِف َرا ِش َها فَت َأ ْ َبى‬
‫علَ ْي ِه ِإَله َكانَ الهذِي ِفي ال ه‬ ُ ‫َوالهذِي نَ ْفسِي بِ َي ِد ِه َما ِم ْن َر ُج ٍل َي ْد‬
‫ع ْن َها‬ َ ‫علَ ْي َها َحتهى َي ْر‬
َ ‫ضى‬ َ ‫طا‬ ً ‫اخ‬
ِ ‫س‬ َ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang
suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak ajakan
suaminya melainkan yang di langit (penduduk langit) murka pada istri
tersebut sampai suaminya ridha kepadanya.” (HR. Muslim no. 1436)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ini adalah dalil haramnya
wanita enggan mendatangi ranjang jika tidak ada uzur. Termasuk haid
bukanlah uzur karena suami masih bisa menikmati istri di atas
kemaluannya” (Syarh Shahih Muslim, 10: 7). Namun jika istri ada
halangan, seperti sakit atau kecapekan, maka itu termasuk uzur dan suami
harus memaklumi hal ini.

4. Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin


suami
Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada haji Wada’,
‫علَ ْي ِه هن أ َ ْن‬ ‫َّللاِ َوا ْستَحْ لَ ْلت ُ ْم فُ ُرو َج ُه هن بِ َك ِل َم ِة ه‬
َ ‫َّللاِ َولَ ُك ْم‬ ‫ان ه‬ ِ ‫اء فَإِنه ُك ْم أ َ َخ ْذت ُ ُمو ُه هن بِأ َ َم‬
ِ ‫س‬ ‫فَاتهقُوا ه‬
َ ِ‫َّللاَ فِى الن‬
ُ‫ش ُك ْم أ َ َحدًا ت َ ْك َر ُهونَه‬
َ ‫ُوطئْنَ فُ ُر‬
ِ ‫َلَ ي‬

“Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita (istri-istri kalian),


karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari
Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah.
Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang
pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian” (HR.
Muslim no. 1218)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ َ‫ َو َما أ َ ْنفَق‬، ‫ َوَلَ ت َأْذَنَ فِى بَ ْيتِ ِه إَِله بِإ ِ ْذنِ ِه‬،‫وم َوزَ ْو ُج َها شَا ِهدٌ إَِله بِإ ِ ْذنِ ِه‬
‫ت ِم ْن‬ َ ‫ص‬ ُ َ ‫َلَ يَ ِح ُّل ِل ْل َم ْرأَةِ أ َ ْن ت‬
ْ ‫غي ِْر أ َ ْم ِر ِه فَإِنههُ ي َُؤدهى إِلَ ْي ِه ش‬
‫َط ُره‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫نَفَقَ ٍة‬

“Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan


suaminya ada kecuali dengan izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan
orang lain masuk rumah suami tanpa ijin darinya. Dan jika ia
menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami
mendapat setengah pahalanya”. (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no.
1026)
Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan hadits dari Abu Hurairah,
ِ ‫َلَ ت َأْذَ ُن ال َم ْرأَة ُ فِي بَ ْي‬
‫ت زَ ْو ِج َها َو ُه َو شَا ِهدُ ِإَله ِبإ ِ ْذ ِن ِه‬
“Tidak boleh seorang wanita mengizinkan seorang pun untuk masuk
di rumah suaminya sedangkan suaminya ada melainkan dengan izin
suaminya.” (HR. Ibnu Hibban 9: 476. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth
bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Hadits di atas dipahami jika tidak diketahui ridho suami ketika ada
orang lain yang masuk. Adapun jika seandainya suami ridho dan asalnya
membolehkan orang lain itu masuk, maka tidaklah masalah. (Lihat
Shahih Fiqh Sunnah, 3: 193).

5. Tidak berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami


Maka, bagi seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah, sedangkan
suaminya sedang ada di rumah kecuali ia telah mengizinkannya. Abu
Hurairah ra.berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak halal bagi wanita
untuk puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya, dan istri tidak boleh
mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya kecuali dengan izin
suaminya. (HR. Albukhari dan Muslim).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di
atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita,
merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh
orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang
sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua
ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang
harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi
dalam perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan
Kewajiban seorang istri terhadap suami meliputi Ketaatan pada suami,
berdiam dirumah dan tidak mengizinkan orang lain masuk ke rumah tanpa
izin suami, melayani suami serta tidak berpuasa sunnah kecuali dengan izin
suami.
3.2. Saran
Bagi pembaca, sebelum melangkah untuk menikah (berhubungan suami
istri) ada baiknya mengetahui dan mempelajari semua ketentuan atau
kewajiban dalam membangun rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA

http://kuantannet.blogspot.com/2018/04/makalah-hak-dan-kewajiban-suami-
istri.html
https://www.academia.edu/30679546/MAKALAH_FIQH_MUNAKAHAT_HAK
_DAN_KEWAJIBAN_SUAMI_ISTRI
https://rumaysho.com/2205-kewajiban-istri-1.html
https://bincangsyariah.com/kalam/kewajiban-istri-kepada-suami/

Anda mungkin juga menyukai