Anda di halaman 1dari 75

HUKUM Istri MENINGGALKAN SUAMI

DALAM AGAMA ISLAM


Posted On Minggu, Juni 16, 2013 // 2 comments
Sebarkan : Facebook Twitter Google+ Digg

HUKUM ISTERI/ISTRI MENINGGALKAN SUAMI/RUMAH DALAM AGAMA


ISLAM

Bismillahir Rahmanirrahiim.. Assalaamualaikum Warohmatullah.,

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang mesti ada saja hempasan ombak dan
terpaan badai, sepasang suami istri selalu butuh nasihat agar mereka selamat
membawa bahtera mereka sampai ke dermaga kebahagiaan /akhirat.

Keduanya butuh untuk selalu diingatkan dan hendaknya tak jemu-jemu


mendengarkan nasihat/peringatan walaupun sudah pernah mengetahui apa yang
dinasihatkan tersebut.

Uraian Umum:

Jika isterimu adalah seorang wanita Islam, muslimah yang taat kepada Allah dan
Rasulnya serta takut akan adzab Allah, Saya yakin Isterimu pasti akan sangat mengerti
dan paham dengan uraian dibawah ini:

Suami tidak perhatian, selingkuh, sakit hati dengan perkataan atau perbuatan suami,
penghasilan kurang, suasana rumah tidak menyenangkan biasanya dijadikan alasan
untuk melegalkan atau membenarkan tindakan seorang istri meninggalkan suaminya
dengan pergi menginap ke tempat lain (teman, saudara, kantor, ortu dll) dengan
harapan dapat menyelesaikan masalah atau hanya memberi pelajaran kepada suami
agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. Tidakan isteri meninggalkan suami ini sering
dianggap ringan atau sepele oleh sebagian wanita yang tidak mengerti hukum islam
tapi jika tindakan ini dilakukan terhadap seorang pria muslim yang paham hukum
agama akan sangat fatal dan berat akibatnya karena agama Islam melarang dengan
keras hal tersebut.
Isteri meninggalkan rumah tidak akan menyelesaikan masalah justru akan
memperberat masalah, suami akan mempunyai kesan istri lari dari tanggung jawab
kewajiban sebagai isteri, membuat suami menjadi sakit hati sehingga menjadi ringan
untuk menceraikannya serta menambah fitnah bagi diri sendiri dan suaminya. Apalagi
jika isteri pergi meninggalkan rumah karena dimarahi suami yang menasehatinya
sungguh sangat berdosa karena perbuatan isteri ini akan di laknat oleh Allah dan
malaikatpun memarahinya (lihat Hadits Riwayat Abu Dawud dibawah).

Setan selalu berusaha untuk membujuk dan mengajak manusia untuk berbuat sesuatu
yang tidak diridhoi Allah dan RasulNya. Setan bernama Dasim tugasnya membujuk
seorang isteri agar tidak taat kepada suami dan mempengaruhi seorang isteri agar
pergi meninggalkan rumah dengan berbagai alasan untuk membenarkan perbuatan
diatas meskipun sudah jelas bahwa perbuatan tersebut dilarang oleh Quran dan
Hadist. Alasan sakit hati karena perbuatan / perkataan suami, yang kadang dijadikan
alasan isteri untuk membenarkan tindakan meninggalkan rumah dan suami. Seringkali
ada Pihak ketiga (PIL) yang kadang menjadikan seorang isteri semangat meninggalkan
suami meskipun tidak semuanya demikian.

Penjelasan:

Pada Intinya seorang isteri tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin suaminya, jadi
meskipun dinasehati dan kurang diperhatikan suami saat isteri dalam keadaan sakit
bukan berarti bisa melanggar aturan Allah . Orang sakit kurang makan bukan berarti
dia boleh mencuri makanan karena mencuri adalah dosa apapun alasannya. Begitu
juga sakit yang diberikan oleh Allah kepada seorang isteri sebagai pemberi peringatan
dari Allah bukan berarti seorang istri boleh menyakiti hati suami dengan pergi
meninggalkan rumah dan meninggalkan suaminya.

Istri yang pergi dari rumah, meninggalkan suami menginap di tempat lain dan
meninggalkan suaminya dalam keadaan marah sedangkan suami tidak ridho apapun
alasannya, bagi wanita yang mengerti hukuman Allah sangat berat pasti akan sangat
menyesal dan tidak akan pernah berani satu kalipun melakukannya karena jika
seorang Isteri pergi meninggalkan rumah dan suaminya artinya :

1. Isteri tersebut bukan seorang wanita yang baik .

Isteri meninggalkan suami atau pergi tanpa izin suami bukanlah termasuk golongan
wanita yang baik karena isteri yang baik akan menghormati pemimpinnya (suaminya).
Pemimpin rumah tangga dalam Islam adalah suami bukan Isteri karena Suami
mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi dari isterinya. dan yang paling penting
adalah suami telah memberi makan maupun tempat tinggal bagi isterinya jadi sudah
sewajarnya jika isteri berkewajiban untuk taat pada suaminya selama suami menyuruh
dalam kebaikan (bukan kemaksiatan) Firman Allah dalam surat An Nisa ayat 34 dan
Al Baqoroh ayat 228:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisa 34)

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang makruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana Surat Al Baqarah ayat 228

Seorang isteri yang pergi meninggalkan rumah tanpa izin suami dengan alasan apapun
dan dalam kepergiannya tidak bermaksiatpun tetap saja termasuk wanita tidak baik
(pembangkang) apalagi jika dia pergi dengan berpakaian yang tidak sopan seperti
wanita pada jaman Jahiliyah

Dan Surat Al Ahzab ayat 33 yaitu :

Menetaplah di rumah kalian ( para wanita ), dan jangan berdandan sebagaimana


dandanan wanita-wanita jahiliyah. Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan patuhilah (
wahai para wanita) Allah dan rasul-Nya.

Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasalaam : Barangsiapa yg taat kepadaku maka ia telah
taat kepada ALLAH, dan barangsiapa yg tidak taat kepadaku maka berarti tidak taat
kepada ALLAH. Barangsiapa yg taat kepada Pimpinan (Islami) maka berarti ia telah taat
kepadaku, dan barangsiapa yg tidak taat kepada pimpinan (islami) maka berarti ia telah
tidak taat kepadaku.HR Bukhari, kitab al-Jihad, bab Yuqatilu min Warail Imam, juz-
IV, hal.61

Jika seorang suami karena suatu hal (Penghasilan kurang, PHK, Kecelakaan dll) suami
menjadi kurang / tidak dapat memberikan kewajibannya terhadap isteri bukan berarti
isteri boleh meninggalkan rumah, karena memang tidak ada hukum Islam yang
membolehkan seorang Isteri meninggalkan rumah tanpa izin karena faktor tersebut,
karena jika suami tidak dapat melakukan kewajibannya maka gugatan cerai pada
suami adalah jalan terbaik bukan malah pergi meninggalkan rumah atau suaminya
2. Isteri meninggalkan rumah tanpa izin suami akan dilaknat oleh Allah dan dimarahi
oleh para Malaikat.

Sabda Rasullullah Shalallahu alaihi wasalaam :

Hak suami terhadap isterinya adalah isteri tidak menghalangi permintaan suaminya
sekalipun semasa berada di atas punggung unta , tidak berpuasa walaupun sehari kecuali
dengan izinnya, kecuali puasa wajib. Jika dia tetap berbuat demikian, dia berdosa dan
tidak diterima puasanya. Dia tidak boleh memberi, maka pahalanya terhadap suaminya
dan dosanya untuk dirinya sendiri. Dia tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan
izin suaminya. Jika dia berbuat demikian, maka Allah akan melaknatnya dan para
malaikat memarahinya kembali , sekalipun suaminya itu adalah orang yang alim.
(Hadits riwayat Abu Daud Ath-Thayalisi daripada Abdullah Umar)

3. Isteri meninggalkan suami sama saja dengan menjerumuskan dirinya sendiri ke


neraka karena suami berperan apakah isterinya layak masuk surga atau neraka.

Isteri pergi meninggalkan suami artinya dia tidak taat kepada suaminya padahal jika
seorang isteri tahu bahwa taat pada suami bisa mengantar dia ke surga pastilah dia
akan menyesal melakukan hal itu sesuai dengan hadist Rasullullah Shallallahu alaihi
wassalaam :

Dari Husain bin Muhshain dari bibinya berkata: Saya datang menemui Rasulullah
Shallallahualaihi wasalaam. Beliau lalu bertanya: Apakah kamu mempunyai suami?
Saya menjawab: Ya. Rasulullah bertanya kembali: Apa yang kamu lakukan
terhadapnya? Saya menjawab: Saya tidak begitu mempedulikannya, kecuali untuk hal-
hal yang memang saya membutuhkannya. Rasulullah Shallallahualaihi wasalaam
bersabda kembali: Bagaimana kamu dapat berbuat seperti itu, sementara suami kamu itu
adalah yang menentukan kamu masuk ke surga atau ke neraka (HR. Imam Nasai,
Hakim, Ahmad dengan Hadits Hasan).

4. Memusuhi suami sama saja dengan memusuhi Allah.

Seorang isteri yang meninggalkan suami dan memusuhi suaminya padahal suami baik
pada isterinya. Sangatlah tidak mungkin masuk surga karena Bagaimana mungkin
seorang isteri berharap masuk surga jika Allah memusuhinya. Bahkan jika sampai
suami terluka hati / fisiknya maka Allah dan Rasullullah Shallallahu alaihi wasallaam
akan memisahkan diri dari isteri tersebut. Hal ini dijelaskan dalam Hadist Rasullullah
Shallallahualaihi wasallaam : Tidaklah istri menyakiti suami di dunia kecuali ia bicara
pada suami dengan mata yang berbinar, janganlah sakiti dia (suami), agar Allah tidak
memusuhimu, jika suamimu terluka maka dia akan segera memisahkanmu kepada Kami
(Allah dan Rasul). HR. Tirmidzi dari Muadz bin Jabal.
5. Isteri meninggalkan suami tidak ada nafkah baginya dan layak mendapat azab.

Seorang Ulama dan pemikir Islam yang sangat terkenal akan kecerdasannya dan
sangat dikagumi oleh para ulama pada waktu itu, penghafal Quran dan Ribuan Hadits,
ahli Tafsir dan Fiqh dari Harran, Turki yaitu Ibnu Taimiyah sampai berkata: Jika
isteri keluar rumah suami tanpa seijinnya maka tidak ada hak nafkah dan pakaian.
Tidak dihalalkan bagi isteri untuk keluar dari rumah suaminya kecuali dengan ijinnya
(suami),Dan apabila ia keluar dari rumah suaminya tanpa seijinnya maka ia telah berbuat
nusyuz (durhaka) bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan ia layak mendapat adzab.

Ibnu Taimiyah (1263-1328) adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak
pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu
masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan
beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan
masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah.
Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-
citaku.

6. Taat kepada suami pahalanya seperti Jihad di jalan Allah

Jika seorang isteri taat kepada suaminya serta tidak pergi meninggalkan suami maka
pahalanya sama dengan jihad di jalan Allah. Perhatikan hadist berikut: Al- Bazzar dan
At Thabrani meriwayatkan bahwa seorang wanita pernah datang kepada Rasullullah
Shallallahu alaihi wassalaam berkata : Aku adalah utusan para wanita kepada engkau
untuk menanyakan : Jihad ini telah diwajibkan Allah kepada kaum lelaki, Jika menang
mereka diberi pahala dan jika terbunuh mereka tetap diberi rezeki oleh Rabb mereka,
tetapi kami kaum wanita yang membantu mereka , pahala apa yang kami dapatkan? Nabi
Shallallahu alaihi wasallaam menjawab : Sampaikan kepada wanita yang engkau
jumpai bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya itu adalah sama dengan pahala
jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali di antara kamu yang melakukanya.

Jadi akan sangat tidak mungkin bagi seorang isteri yang mengaku mengerti hukum
agama Islam tapi pergi meninggalkan tanggung jawab sebagai isteri meninggalkan
suaminya dari rumah.

Oleh karena itulah sangatlah penting untuk memilih istri yang mengerti akan hukum
agama dan memilih isteri itu bukan karena kecantikan atau hartanya tapi dipilih
karena agamanya agar selamat tidak terjerumus kedalam panasnya Api neraka. Sabda
Rasullullah Shallallahualaihi wasallaam :Wanita itu dinikahi karena: hartanya,
kecantikannya, keturunannya dan agamanya. maka pilihlah agamanya agar kamu
selamat Hadist Shahih Bukhari.

Dunia adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan di dunia adalah isteri yang baik
(sholehah) Hadits Shahih Muslim.
Lebih mulia seorang wanita memberi nasehat atau berbicara dari hati ke hati dengan
suami bukan kepada orang lain jika terjadi ketidakadilan pada dirinya daripada
langsung pergi meninggalkan suaminya . Seorang isteri yang benci terhadap suaminya
dan memang berniat meninggalkan suami supaya di cerai dan kemudian berharap
memperoleh pasangan pengganti atau sudah ada pengganti yang lebih baik menurut
dirinya, jelas sekali wanita itu digoda setan agar wanita ini melihat lelaki lain lebih
menarik dari suaminya sehingga timbul rasa bosan, cekcok dll dan akhirnya berbuntut
pada perceraian.

Allah SWT telah mengingatkan kita agar tidak membenci atau menyukai sesuatu
padahal kita tidak tahu rahasia dibalik itu, dalam Al Baqoroh ayat 216 : Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui

Saya lanjutkan, Usaha setan bisa dikatakan sukses besar bila berhasil menjadikan
wanita itu cerai dan berpredikat janda karena wanita ini akan lebih mudah digoda
sebab tidak ada yang menjaganya (suami) . Wanita ini akan merasa bebas tidak ada
ikatan, lebih nyaman karena tidak ada yang mengontrol (suami), selanjutnya jika tidak
kuat imannya (kebanyakan tidak kuat) akan timbul banyak fitnah dan dosa bagi
wanita itu di kemudian hari. Godaan setan akan lebih kuat pada saat janda karena
faktor alami kebutuhan batin selain itu akan banyak lelaki yang merayu yang
memanfaatkan kondisi janda sehingga menyeret wanita itu dalam lembah dosa yang
tiada berkesudahan sampai wanita itu sadar jika suatu saat sakit atau sudah berumur
tidak ada yang menemani sampai meninggal. Pada umumnya Wanita yang menjanda
karena tergoda pria lain akan lebih mudah tergoda nafsunya apalagi jika dicerai pada
umur 40 tahun kebawah.

Pernikahan adalah hal yang suci melibatkan keluarga, handai taulan dan tetangga jadi
tidak sepantasnyalah jika seorang isteri meninggalkan suaminya untuk alasan emosi
pribadi dengan meninggalkan perasaan kebahagiaan keluarganya sendiri atau
keluarga pasangannya.

Atas kehendak Allah, rezeki yang lebih bisa diberikan pada isteri bukan pada suami,
jadi janganlah menjadi tinggi hati jika suatu saat rezki isteri melebihi suami, merasa
lebih bermanfaat dari suami, merasa bisa hidup sendiri dan dapat mengatasi sendiri
segala hal, tidak mau diatur sehingga tidak patuh kepada suami. Inilah tanda-tanda
kehancuran suatu kapal pernikahan karena ada 2 nahkoda yang mengendalikan kapal
dengan arah berlawanan. Kapal Pernikahan akan bisa selamat sampai tujuan (surga
dunia akhirat) jika hanya punya satu arah yang disepakati dan diusahakan bersama.
Bagaimanapun juga tujuan hidup akan lebih mudah dicapai jika ada keharmonisan
sejati yang hanya dapatdicapai dalam suatu keluarga yang lengkap ada suami.

Harta yang dibanggakan dan dikumpulkan bisa hilang dalam sekejab (kebakaran,
tsunami dll) tapi mempunyai suami atau isteri yang sholeh adalah harta tidak ternilai
yang tidak akan hilang kecuali mati. Oleh karena itulah peran isteri terhadap suami
sangat besar dalam mengarungi samudera kehidupan agar tujuan akhir bahagia dunia
akhirat dapat segera tercapai sehingga Allah pun akan memberi pahala yang besar
untuk isteri yang taat dan patuh kepada suaminya.

Banyak Hadits yang menjelaskan pahala seorang Istri yang taat pada suaminya :

Jika seorang isteri itu telah menunaikan solat lima waktu dan berpuasa pada bulan
ramadhan dan menjaga kemaluannya daripada yang haram serta taat kepada suaminya,
maka dipersilakanlah masuk ke syurga dari pintu mana sahaja kamu suka. (Hadist
Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Sesungguhnya setiap isteri yang meninggal dunia yang diridhoi oleh suaminya, maka dia
akan masuk syurga. (Hadits riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah)

Jika isteri memang tidak taat kepada suaminya, setelah dinasehati secara halus,
berpisah ranjang dan dinasihati secara keras tidak berhasil maka renungkanlah :

Surat An Nur ayat 3 yaitu :

Orang laki-laki pezina, yang dinikahinya ialah perempuan pezina pula atau perempuan
musyrik. Perempuan pezina jodohnya ialah laki-laki pezina pula atau laki-laki musyrik ,
dan diharamkan yang demikian itu atas orang yang beriman.

Pikirkanlah kembali apakah wanita ini cocok dijadikan pasangan / isteri bagi pria
beriman, dan dapat membawa kebaikan bagi diri sendiri dan keluarga, ikhlaskan saja
wanita ini jika ingin berpisah mungkin jodohnya adalah sesuai dengan apa yang di
firmankan Allah diatas.

Nasehatilah isterimu dengan sabar dan penuh cinta kasih, minta maaflah kepada isteri
jika menyakiti hati isteri, bagaimanapun juga mutiara yang kotor jika digosok tiap hari
akan menjadi berkilauan. Hasilnya mutiara ini bisa benar-benar menjadi perhiasan
dan surga dunia bagimu.

Ingatlah isterimu bukanlah Siti Khadijah yang baik, taat dan penuh cinta kasih pada
suaminya, Istrimu adalah wanita jaman sekarang yang butuh bimbingan untuk
menjadi wanita yang solehah.

NASIHAT ULAMA UNTUK SUAMI DAN ISTERI


(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah)
Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahulah, seorang
alim rabbani, dalam kitabnya yang sangat bernilai Adabuz Zifaf fis Sunnatil
Muthahharah tidak lupa memberikan nasihat kepada pasangan suami istri di
pengujung kitabnya tersebut. Sebuah nasihat yang sangat patut kita simak karena
bersandar dengan kitabullah dan Sunnah Rasul Shallallahu alaihi wasallam1

Pertama: Hendaknya sepasang suami istri taat kepada Allah Azza wajall dan saling
menasihati untuk taat, mengikuti hukum-hukum yang termaktub dalam Al-Quran dan
As-Sunnah. Keduanya jangan mengedepankan selain hukum-hukum Al-Quran dan
As-Sunnah karena taklid/membebek atau mengikuti kebiasaan yang ada di tengah
manusia, atau karena mengikuti satu mazhab tertentu. Allah Subhanahu wataala
berfirman:

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak pula bagi wanita yang
beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, mereka
memiliki pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. (Al-
Ahzab: 36)

Kedua: Masing-masing menunaikan kewajiban-kewajiban dan hak-hak terhadap yang


lain sesuai yang Allah k tetapkan atas mereka. Maka, janganlah misalnya si istri
menuntut persamaan dengan lelaki/suaminya dalam segala haknya. Sebaliknya,
janganlah si lelaki/suami merasa tinggi/bersikap melampaui batas karena apa yang
Allah k utamakan kepadanya lebih dari istrinya dalam hal kepemimpinan, sehingga si
suami menzalimi istrinya dan memukulnya tanpa ada sebab yang dibolehkan. Allah
Subhanahu wataala berfirman:
Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
maruf. Akan tetapi para suami memiliki satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.
(Al-Baqarah: 228)

Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atau sebagian yang lain (wanita). Dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka
wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi menjaga diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kalian
khawatirkan nusyuz2nya maka nasihatilah mereka dan tinggalkan mereka di tempat
tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian bila mereka menaati kalian, janganlah
kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka3. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar. (An-Nisa: 34)
Muawiyah bin Haidah radhiallahu anhu pernah bertanya kepada Rasulullah
Shallallahualaihi wasallaam:

Wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang dari kami terhadap suaminya?
Rasulullah Shallallahualaihi wasallaam menjawab:
][





Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan dan engkau beri pakaian bila
engkau berpakaian. Janganlah engkau menjelekkan wajahnya4, jangan memukul, [dan
jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam rumah5]. Bagaimana hal itu
kalian lakukan, sementara sebagian kalian telah bergaul dengan sebagian yang lain6,
terkecuali dengan apa yang dihalalkan atas mereka.7
Rasulullah Shallallahualaihi wasallaam bersabda:

Orang-orang yang adil pada hari kiamat nanti mereka berada di atas mimbar-
mimbar dari cahaya di atas tangan kanan Ar-Rahman dan kedua tangan-Nya kanan,
yaitu mereka yang berlaku adil dalam hukum mereka, kepada keluarga mereka dan
pada apa yang mereka urusi.8

Apabila keduanya mengetahui hal ini dan mengamalkannya, niscaya Allah k akan
menghidupkan mereka dengan kehidupan yang baik dan selama keduanya hidup
bersama. Mereka akan berada dalam ketenangan dan kebahagiaan. Allah Subhanahu
wataala berfirman:

Siapa yang melakukan amal shalih dari kalangan laki-laki ataupun perempuan dalam
keadaan ia beriman, maka Kami akan menghidupkannya dengan kehidupan yang baik
dan Kami akan balas mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang
dulunya mereka amalkan. (An-Nahl: 97)

Ketiga: Bagi istri secara khusus, hendaknya ia menaati suaminya dalam apa yang
diperintahkan kepadanya sebatas kemampuannya. Karena hal ini termasuk perkara
yang dengannya Allah k melebihkan kaum lelaki di atas kaum wanita sebagaimana
Allah k nyatakan dalam dua ayat yang telah disebutkan di atas:

Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.


Dan kaum lelaki memiliki kedudukan satu derajat di atas kaum wanita. (Al-
Baqarah: 228)
Sungguh banyak hadits shahih yang datang memperkuat makna ini dan menjelaskan
dengan gamblang apa yang akan diperoleh wanita dari kebaikan ataupun kejelekan
bila ia menaati suaminya atau mendurhakainya.

Di sini kita akan sebutkan sebagian hadits-hadits tersebut, semoga dapat menjadi
peringatan bagi para wanita di zaman kita ini, karena sungguh Allah Subhanahu
wataala berfirman:
Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman. (Adz-Dzariyat: 55)
Hadits pertama:

] [ -
: -

Tidak halal seorang istri puasa (dalam satu riwayat: Janganlah seorang istri puasa)
sementara suaminya ada di tempat9 kecuali dengan izin suaminya (terkecuali puasa
Ramadhan) dan istri tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya
terkecuali dengan izin suaminya.10
Hadits kedua:





:(
) - :

Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya11 namun si istri tidak
mendatangi suaminya hingga suaminya bermalam dalam keadaan marah kepadanya,
niscaya para malaikat akan melaknatnya sampai ia berada di pagi hari.
Dalam satu riwayat: atau sampai si istri kembali. Dalam riwayat lain: sampai
suaminya ridha terhadapnya.12

Hadits ketiga:




] [

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang istri dapat
menunaikan hak Rabbnya hingga ia menunaikan hak suaminya. Seandainya suaminya
meminta dirinya (mengajaknya jima) sementara ia sedang berada di atas qatab13
maka ia tidak boleh mencegah suaminya dari dirinya.14
Hadits keempat:

"Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan berkata istrinya dari
bidadari surga, Janganlah engkau sakiti dia, semoga Allah memerangimu, dia di
sisimu hanyalah dakhil15. Hampir-hampir ia berpisah denganmu menuju kepada
kami.16
Hadits kelima:

Dari Hushain bin Mihshan z, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku bibiku, ia


berkata: Aku pernah datang ke tempat Rasulullah Shallallahualaihi wassallam karena
satu keperluan. Ketika itu Rasulullah Shallallahualaihi wassallam bertanya:

] [ : . :
: . :


Wahai wanita, apakah engkau punya suami? Aku menjawab, Iya. Bagaimana
yang engkau perbuat terhadap suamimu? tanya Rasulullah lagi. Ia menjawab: Saya
tidak pernah mengurangi haknya17 kecuali dalam perkara yang saya tidak mampu.
Rasulullah bersabda: Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan
suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.18

Hadits keenam:

Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktunya, menjaga kemaluannya dan
menaati suaminya maka ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja yang ia
inginkan.19
Wallahu taala alam bish-shawab.
1 Catatan kaki yang ada dalam tulisan ini juga dari kitab Adabuz Zifaf, cet. ke-3 dari
Al-Maktab Al-Islami.

2 Nusyuz para istri adalah keluarnya mereka dari ketaatan. Ibnu Katsir t berkata,
Nusyuz bermakna irtifa (tinggi). Istri yang berbuat nusyuz adalah istri yang
mengangkat/meninggikan dirinya di atas suaminya, meninggalkan ketaatan kepada
perintah suaminya, berpaling darinya.

3 Maksudnya, apabila seorang istri menaati suaminya dalam seluruh perkara yang
diinginkan suaminya dari dirinya sebatas yang dibolehkan Allah l, setelah itu tidak ada
jalan bagi si suami untuk mencela dan menyakitinya. Si suami tidak boleh memukul
dan menghajrnya. Firman Allah k:

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar, merupakan ancaman kepada
para suami bila melakukan kezaliman terhadap para istri tanpa ada sebab. Karena
sungguh Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar merupakan penolong mereka (para
istri), Dia akan memberi balasan kepada orang yang menzalimi dan berbuat
melampaui batas terhadap mereka. Demikian disebutkan dalam Tafsir Ibni Katsir.

4 Maksudnya, jangan engkau mengatakan, Semoga Allah l menjelekkan wajahmu.

Ucapan Nabi n:

Jangan engkau memukul, maksudnya memukul wajah. Pukulan hanyalah dilakukan


bila memang harus diberikan dan ditujukan pada selain wajah.

5 Maksudnya, janganlah engkau memboikotnya kecuali di tempat tidur. Bukan dengan


engkau meninggalkannya dengan pindah ke tempat lain, atau memindahkannya dari
rumahmu ke rumah yang lain. Demikian diterangkan dalam Syarhus Sunnah, (3/26/1).

6 Yakni kalian telah melakukan hubungan badan.

Ucapan Nabi n :

Terkecuali dengan apa yang dihalalkan atas mereka, yaitu berupa pukulan dan hajr
disebabkan nusyuznya mereka, sebagaimana hal ini jelas disebutkan dalam ayat yang
telah lewat.

7 HR. Abu Dawud (1/334), Al-Hakim (2/187-188), Ahmad (5/3 dan 5). Tambahan yang
ada dalam kurung [ ] adalah dari riwayat Ahmad dengan sanad yang hasan. Al-Hakim
berkata, Shahih. Adz-Dzahabi menyepakati Al-Hakim dalam penshahihannya. Al-
Baghawi juga meriwayatkannya dalam Syarhus Sunnah.
8 HR. Muslim (6/7), Al-Husain Al-Marwazi dalam Zawaid Az-Zuhud karya Ibnul
Mubarak (120/2) dari Al-Kawakib karya Ibnu Urwah Al-Hambali, berjilid, (no. 575),
Ibnu Mandah dalam At-Tauhid (94/1) dan beliau berkata,Hadits shahih.

9 Maksudnya, suaminya ada berdiam di negerinya, tidak safar. An-Nawawi t berkata


dalam Syarhu Muslim (7/115) di bawah riwayat yang kedua, Larangan ini
menunjukkan keharaman (tidak sekadar makruh). Demikian orang-orang dalam
mazhab kami menyebutkannya secara jelas.

Aku (Al-Albani) katakan, Ini merupakan pendapat jumhur sebagaimana dalam


Fathul Bari dan riwayat yang pertama lebih memperkuatnya.

Kemudian An-Nawawi berkata, Adapun sebab/alasan pelarangan tersebut, karena


suami memiliki hak untuk istimta dengan si istri sepanjang hari. Haknya ini wajib
untuk segera ditunaikan dan tidak boleh luput penunaiannya karena si istri sedang
melakukan ibadah sunnah ataupun ibadah yang wajib namun dapat ditunda.

Aku (Al-Albani) katakan, Apabila wajib bagi istri menaati suaminya dalam memenuhi
kebutuhan syahwatnya, tentunya lebih utama lagi pewajiban bagi istri untuk taat
kepada suami dalam perkara yang lebih penting lagi yang diperintahkan suaminya
kepadanya berupa tarbiyah (mendidik) anak-anak keduanya, memperbaiki keluarga
keduanya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban semisalnya. Al-Hafizh berkata
dalam Fathul Bari, Hadits ini menunjukkan lebih ditekankan kepada istri untuk
memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan yang hukumnya sunnah.
Karena hak suami itu wajib, sementara menunaikan kewajiban lebih didahulukan
daripada menunaikan perkara yang sunnah.

10 HR. Al-Bukhari (4/242-243) dengan riwayat yang pertama, dan Muslim (3/91)
dengan riwayat yang kedua, Abu Dawud (1/385), An-Nasai dalam Al-Kubra (63/2),
tambahan yang ada dalam kurung [ ] adalah dari riwayat keduanya. Sanad hadits ini
shahih di atas syarat Syaikhan. Diriwayatkan pula oleh Ahmad (2/316, 444, 464, 476,
500), Ath-Thahawi dalam Al-Musykil (2/425), Abusy Syaikh dalam Ahadits Abiz
Zubair (no. 126) dari banyak jalan dari Abu Hurairah z. Dan Ahmad memiliki satu
riwayat yang semakna dengan tambahan yang ada.

11 Tempat tidur (firasy) di sini adalah kinayah (kiasan) dari jima. Yang menguatkan
hal ini adalah sabda Rasulullah n:

Anak itu untuk firasy.

Maksudnya, anak yang dilahirkan adalah milik orang yang melakukan jima di tempat
tidur tersebut (si pemilik tempat tidur tersebut).
Penyebutan sesuatu yang memalukan dengan kiasan, banyak didapatkan dalam Al-
Quran dan As-Sunnah. Demikian dikatakan Abu Hamzah sebagaimana dalam Fathul
Bari.

12 HR. Al-Bukhari (4/241), Muslim (4/157), riwayat lain yang disebutkan di atas
merupakan riwayat Muslim, Abu Dawud (1/334), Ad-Darimi (2/149 dan 150), Ahmad
(2/255, 348, 346, 349, 368, 380, 519, 538). Riwayat yang kedua merupakan riwayat
Ahmad, demikian pula Ad-Darimi.

) dan(
13 Qatab adalah rahl (pelana). Dalam Al-Lisan disebutkan:( ) adalah ikaf
unta. Dalam Ash-Shihhah disebutkan maknanya adalah pelana kecil seukuran punuk
unta. Dalam An-Nihayah: Qatab bagi unta sama dengan ikaf pada selain unta.

Makna hadits ini adalah hasungan bagi para istri untuk menaati suami mereka, dan
sungguh tidak ada kelapangan bagi mereka untuk menolak ajakan suami mereka
walau dalam keadaan yang demikian (di atas pelana). Bagaimana bila pada keadaan
selainnya?

14 Hadits shahih, riwayat Ibnu Majah (1/570), Ahmad (4/381), dari Abdullah ibnu Abi
Aufa z, Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Al-Hakim sebagaimana dalam At-Targhib
(3/76), ia menyebutkan syahid hadits ini dari Zaid ibn Arqam z, dan Al-Hakim berkata
(3/77), Diriwayatkan Ath-Thabarani dengan sanad yang jayyid.

Aku (Al-Albani) telah mentakhrij hadits ini dalam Ash-Shahihah (no. 173).

15 Dalam An-Nihayah: dakhil adalah tamu dan orang yang sekadar singgah/mampir.

16 HR. At-Tirmidzi (2/208), Ibnu Majah (1/621), Al-Haitsam bin Kulaib dalam
Musnad-nya (5/167/1), Abul Hasan Ath-Thusi dalam Mukhtashar-nya (1/119/2), Abul
Abbas Al-Asham dalam Majlisin minal Amali (3/1), Abu Abdillah Al-Qaththan dalam
haditsnya dari Al-Hasan ibn Arafah (145/1), semuanya dari Ismail bin Iyasy dari
Buhair ibn Sad Al-Kallai, dari Khalid ibn Madan, dari Katsir ibn Murrah Al-
Hadhrami, dari Muadz ibn Jabal z secara marfu. Ath-Thusi berkata, Hadits ini
gharib hasan. Kami tidak mengetahuinya kecuali dari sisi ini, dan riwayat Ismail bin
Iyasy dari orang-orang Syam (Syamiyin) baik.

Aku (Al-Albani) katakan, Maksudnya hadits ini termasuk riwayat Ismail dari orang-
orang Syam.

17 Yakni aku tidak mengurangi-ngurangi dalam menaatinya dan berkhidmat


kepadanya.

18 HR Ibnu Abi Syaibah (7/47/1), Ibnu Sad (8/459), An-Nasai dalam Isyratun Nisa,
Ahmad (4/341), Ath-Thabrani dalam Al-Ausath (170/1) dari Zawaidnya, Al-Hakim
(2/189), Al-Baihaqi (7/291), Al-Wahidi dalam Al-Wasith (1/161/2), Ibnu Asakir
(16/31/1), sanadnya shahih sebagaimana kata Al-Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi.
Berkata Al-Mundziri (3/74), Diriwayatkan hadits ini oleh Ahmad dan An-Nasai
dengan dua sanadnya yang jayyid.
19 Hadits hasan atau shahih, hadits ini punya banyak jalan. Diriwayatkan Ath-
Thabrani dalam Al-Ausath (169/2 dari tartibnya), demikian pula Ibnu Hibban dalam
Shahihnya dari hadits Abu Hurairah z sebagaimana dalam At-Targhib (3/73), Ahmad
(no. 1661) dari Abdurrahman bin Auf , Abu Nuaim (6/308), dan Al-Jurjani (291) dari
Anas bin Malik.
Sumber https://img-global.cpcdn.com/003_recipes/0af0abebd205ef9f/640x640sq70/photo.jpg
PUSKESMAS
ANTANGPERUM
NAS
SOP POSBINDU
PTM
N o . K o d e : Dit
etapkanOleh
:KepalaPuskesmas
AntangPerumnas
dr. Wiwik
NIP.
1969111620021220
0 No.!e"isi:
0 0 #gl.#er$it: 1
% 9 %
201&' a l a m a n
:
1.PengertianP
eran serta
mas(arakat
dalam
melakukan
kegiatan
deteksi dini
danpemantauan
)a*tor risiko
P#+ ,tama (ang
dilaksanakan
se*araterpadu-
rutin dan
peiodik.2 . # u
uan/e$agai
a*uan dalam
pelaksanaan
kegiatan
Pos$indu .
Ke$i aka
n/K
Puskesmas
&.!e)erensi
uku Pintar
Kader
Pen(elenggar
aan Pos$indu
P#+
Kementerian
Kesehatan !I
tahun
201 .Alat
dan
ahan1.Al
a t : a. uku
!egister
Pos$indu$.Pulp
en*.Pos$indu
setd.K+/
Pos$indu
P#+6 .
a n g k a
h 3 a
n g k a h
a g a
n A l i r
1.+elapor ke
!#4!5 setempat
danmelampirkan
ad al
pos(andu2.Pem$
eritahuan
kepada
mas(arakatmelal
ui pengeras suara
di
mes id .+elak
sanakan kegiatan
langkah&.!egistr
asi pem$erian
nomor
kode4urut(ang
sama serta
pen*atatan ulang
hasilpengisian
K+/ 7!3P#+ ke
$ukupen*atatan
di langkah
1 .+elakukan
a an*ara di
langkah
26.Pengukuran
# - -I+#-
ingkar
perutdilangkah
8.Pengukuran
tekanan darah di
langkah
& .Konseling-
edukasi-dan
tindak lan ut
dilangkah
8.'al3'al (ang
perlu
diperhatikan1. a
d al
Pos$indu2.Ke
elasan
pengumumam
pelaksanaan
Pos$indu di
mas(arakat . , n
it
terkait1.Pe
ngelola
P # + 2.Kader
9.Dokumen
terkait1. ap
oran Po$indu
Dinkes Inhu Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan
salah satu upaya kesehatan berbasis masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam
rangka deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko PTM meliputi merokok, konsumsi minuman
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi,
hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan
melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan
pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan.

Kegiatan Posbindu PTM pada dasarnya merupakan kegiatan milik masyarakat yang
dilaksanakan sepenuhnya dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Sektor
kesehatan khususnya Puskesmas lebih berperan dalam hal pembinaan Posbindu PTM dan
menerima pelayanan rujukan dari Posbindu PTM di wilayah kerjanya karena pada prinsipnya
kegiatan Posbindu PTM mencakup upaya promotif dan preventif, maka di dalam kegiatan
Posbindu PTM tidak mencakup pelayanan pengobatan dan rehabilitasi. Posbindu PTM akan
merujuk setiap kasus PTM yang ditemukan ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya
untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

Tujuan dan Sasaran Posbindu PTM

Tujuan utama kegiatan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Oleh karena itu sasaran Posbindu
PTM cukup luas mencakup semua masyarakat usia 15 tahun ke atas baik itu dengan kondisi
sehat, masyarakat beresiko maupun masyarakat dengan kasus PTM. Bagi sasaran masyarakat
dengan kondisi sehat, Posbindu PTM bertujuan untuk memberikan penyuluhan dan upaya
agar tidak sampai menjadi masyarakat yang beresiko terkena penyakit PTM. Bagi masyarakat
beresiko, Posbindu PTM bertujuan untuk mengenali faktor resiko PTM yang ada dan upaya
mengurangi jumlah maupun intensitas faktor resiko tersebut agar tidak menjadi penyakit
PTM. Dan untuk masyarakat dengan penyakit PTM, Posbindu PTM bertujuan untuk
mengontrol dan menjaga kesehatan secara optimal baik dengan upaya preventif seperti
penyuluhan dan kuratif melalui sistem rujukan Posbindu PTM ke Puskesmas.

Wadah dan Pelaku Posbindu PTM

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber


masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan,
tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin,
misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu
PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta
memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau beberapa
orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk
melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya.
Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu
melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
10 Kegiatan Pokok Posbindu PTM

Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat
PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah,
potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas
ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut,
analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa
lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran
tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat,
sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1
bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai
usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun
sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes melitus
paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita
dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula
darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5
tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5
tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali.
Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan
dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis
laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal
ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat
tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada
penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan
sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-
rujukan.
11. KERANGK
A ACUAN
POSBINDU
PTM
12. PENDA
HULUAN
13. A.Latar
Belakang
14. Saat ini,
Penyakit
Tidak
Menular
(PTM)
menjadi
enye!a!
kematianutam
a "e!e"ar #$
juta ($#%)
dari "eluru&
ka"u"
kematian
yang terjadi
di"eluru&
dunia, di
mana "ekitar
' juta
( *%)
ju"tru terjadi
di negara
yang"edang
!erkem!ang
(+H , '*-*).
Peningkatan
kematian
aki!at PTM
dima"a
mendatang
di r yek"ik
an akan teru"
terjadi
"e!e"ar -/% (
00
jutakematian)
dengan
rentang 1aktu
antara ta&un
'*-* dan '*'*.
2 ndi"i
initim!ul
aki!at
eru!a&an
erilaku
manu"ia dan
lingkungan
yang
3enderungtida
k "e&at
terutama ada
negara4negara
!erkem!ang.
Pada a1al
erjalanan
PTM
"eringkali
tidak
!ergejala dan
tidakmenunju
kkan tanda
klini" "e3ara
k&u"u"
"e&ingga
datang "uda&
terlam!atatau
ada "tadium
lanjut aki!at
tidak
mengeta&ui
dan
menyadari
k ndi"ikelai
nan yang
terjadi ada
dirinya. 5i"et
2e"e&atan
Da"ar ada
ta&un '*-
#menunjukan
!a&1a
$ ,$% dari
ka"u" dia!ete"
melitu" dan
$#,'% dari
ka"u"&i erte
n"i ma"i&
!elum
terdiagn "i".
2eadaan ini
mengaki!atka
n
enangananm
enjadi "ulit,
terjadi
k m lika"i
!a&kan
!eraki!at
kematian
le!i& dini.
Dalamkurun
1aktu ta&un -
/ 4'**6,
kematian
aki!at PTM
mengalami
eningkatand
ari 0-,6%
menjadi
/ ,/%. 5i"et
2e"e&atan
Da"ar ta&un
'*-#
menunjukkan
re7alen"i
enyakit
Str ke -',-
er -***,
Penyakit
8antung
2 r ner -
,/%,9agal
8antung
*,#%,
Dia!ete"
Melitu"
$, %, 9agal
9injal *,'%,
2anker -,0 er
-***, Penyakit
Paru 2r nik
!"trukti:
#,6% dan
;idera
,'%.PTM
da at
di3ega&
dengan
mengendalik
an :akt r
ri"ik nya,
yaitumer k
k, diet
yang tidak
"e&at, kurang
akti:ita" :i"ik
dan
k n"um"i
minuman!eral
k & l.
Men3ega&
dan
mengendalika
n :akt r
ri"ik relati:
le!i& mura&
!iladi!andingk
an dengan
!iaya
eng !atan
PTM.
Pengendalian
:akt r
ri"ik
PTMmeru ak
an u aya
untuk
men3ega&
agar tidak
terjadi
:akt r
ri"ik !agi
yang!elum
memiliki
:akt r
ri"ik ,
mengem!alika
nk ndi"i
:akt r
ri"ik PTM
menjadin r
mal kem!ali
dan atau
men3ega&
terjadinya
PTM !agi
yang
mem unyai:a
kt r ri"ik ,
"elanjutnya
!agi yang
"uda&
menyandang
PTM,
engendalian
!ertujuan
untuk
men3ega&
k m lika"i,
ke3a3atan
dan kematian
dini
"ertameningk
atkan kualita"
&idu ,.Sala
& "atu
"trategi
engendalian
PTM
yange:i"ien
dan e:ekti:
adala&
em!erdayaa
n dan
eningkatan
eran
"ertama"yara
kat.
Ma"yarakat
di!erikan
:a"ilita" dan
!im!ingan
untuk
ikut!er arti"
i a"i dalam
engendalia
n :akt r
ri"ik PTM
dengan
di!ekali eng
eta&uan dan
keteram ilan
untuk
melakukan
detek"i dini,
m nit rin
g:akt r
ri"ik PTM
"erta tindak
lanjutnya.
2egiatan ini
di"e!ut
dengan
P " em!ina
an ter adu
(P "!indu)
PTM.P "!in
du PTM
meru akan
1ujud eran
"erta
ma"yarakat
dalammelaku
kan kegiatan
detek"i dini
dan
m nit ring
:akt r
ri"ik PTM
"erta
tindaklanjutn
ya yang
dilak"anakan
"e3ara
ter adu,
rutin, dan
eri dik.
2egiatanP "
!indu PTM
di&ara kan
da at
meningkatkan
"ika ma1a"
diri
ma"yarakat
15.

Anda mungkin juga menyukai