Anda di halaman 1dari 7

10 Perilaku Istri yang

Durhaka kepada Suami


Selasa, 27 Oktober 2015 10:34

Disarikan dari Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani


rahimahullah dan berbagai hadis, di bawah ini beberapa perilaku yang harus
dihindari oleh para istri, agar tidak menjadi golongan istri durhaka kepada suami.
1. Nusyus
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami.
Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar
perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
- Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-
terangan maupun secara samar.
- Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria
lain.
- Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
- Lalai dalam melayani suami
- Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
- Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
- Keluar rumah tanpa izin suami
- Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di
atas segala-galanya.
Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada
ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang
maupun sempit, suka ataupun duka.
Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta
dan memelihara kesetiaan suami.
2. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang
sang suami hanya tercurah pada dirinya.
Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk
juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap
ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan
kasih sayang suami.
Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami,
bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada
orang tuanya.
Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan
keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan
untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga
istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga
pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’.
Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga
istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami
merupakan salah satu keharmonisan keluarga.
Suami akan merasa tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan
dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang
suami.
3. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah,
kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia
saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang
sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah
keluarga luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah
perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap.
Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja
menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran
ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga
perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika
keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
4. Tidak menjaga Aurat atau penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang
indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri
undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke
tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah.
Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan
tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang
kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan
dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak
betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah.
Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan
yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami
nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa
yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan.
Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah
berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-
keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak
bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia
senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa
yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan
kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak
mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah
diberikan suami.
Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur,
insya Allah, nikmat Allah akan bertambah. Seperti makna ayat al-Qur'an berikut
ini.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-
Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.” Demikian disampaikan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi
gerhana matahari.
Ajaib!! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh
hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan,
namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam ketika
para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari
Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan
kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya.
Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang
istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri
akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya.
Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang
diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat
diri setiap kita, kita saling introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan
kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan.
Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-
kebaikannya,  maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, satu-satunya pilihan utuk
terhindar dari pedihnya siksa neraka.
Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, 
masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti
menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, 
bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Rabb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di
akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan
engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu
hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.”
(HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan
pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri,  jangan sampai apa yang kita
lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya
tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita
mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga
dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi
masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan
suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).”
[Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu’Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu’Alaihi
wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan
berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak
mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka
yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain
sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit
kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR.
Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini
tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan
tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai
seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres,
cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain
sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah,
ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam
batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu
dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah.
Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan
hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi
cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena
kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya,
menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya.
Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu
yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah
cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu
buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami.
Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup
kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa
yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan
untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan.
Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan
perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya
dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan.
Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan,
tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikianlah beberapa perbuatan yang harus dihindari oleh para istri, yang sudah
berjanji menerima suaminya dihadapan Allah SWT ketika di depan penghulu,
untuk bisa menerima apa adanya keadaan suaminya.
Semoga bisa menjadi istri yang salehah, ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni
surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada
suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan
meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat
tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah
Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287).
(KabarMuslimah/Buku Isyratun Nisa/Muslimahcorner

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul 10 Perilaku Istri yang Durhaka kepada
Suami, https://makassar.tribunnews.com/2015/10/27/10-perilaku-istri-yang-durhaka-kepada-suami?
page=all.

Editor: Ilham Mangenre

Anda mungkin juga menyukai