santri digital
salah satu faktor pendorong terciptanya keluarga yang harmonis adalah hadirnya
seorang istri yang
selalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, salah satunya adalah taat
kepada suaminya.
rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah bersabda : yang artinya "andai boleh
kuperintahkan
sesorang untuk bersujud kepada yang lain, tentu kuperintahkan seorang istri untuk
bersujud kepada
suaminya." (HR.Tirmidzi)
akan tetapi, banyak dari para istri yang kurang memahami tentang arti pentingnya
hal itu, bahkan
baik disadari ataupun tidak mereka justru melakukan hal" yang mendurhakai suaminya.
Rumah tangga akan selalu berbuah kebahagiaan dengan yang namanya cinta kasih saat
keduanya mampu
bersifat mawaddah, yaitu saling menjaga dalam kebaikan.
Dan mawaddah itu sendiri akan hadir dalam rumah tangga ibarat poros kehidupan saat
suami dan
istri mampu saling menguatkan, bukan saling menunjukkan.
Hal ini membuktikan bahwa rumah tangga itu akan selalu menumbuhkan cinta yang
hakiki, saat keduanya mampu saling melengkapi kekurangan dengan kelebihan masing-
masing.
Sehingga mawaddahpun tercipta diantara keduanya, karena jika tidak demikian rumah
tangga akan
kehilangan yang namanya cinta, maka suami istri akan merasakan kehidupan yang
gersang dari
kasih sayang, kelembutan, ketenangan, dan ketentraman. Bahkan, dipenuhi dengan
kekakuan dan
mereka seperti minyak dan air yang berusaha diletakkan dalam satu bejana.
“Diperlihatkan kepadaku neraka, dan aku tidaklah melihat pemandangan yang lebih
mengerikan
pada hari itu. Aku melihat mayoritas penghuninya adalah para wanita.”
Para sahabat mengatakan, “Wahai Rasulullah, apa sebabnya?”
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebab mengapa
wanita
banyak menghuni neraka. Yaitu, ketika sang suami berbuat satu saja kesalahan,
kemudian
sang istri mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama ini –bertahun-tahun
lamanya- dengan
bahasa general, yaitu “Tidaklah aku melihat satu kebaikan pun darimu sama sekali.”
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu
mertua sebagai
pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami.
Terkadang, sebagian
istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha
merayu suami
untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari
kesalahan dan
kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah,
bahkan tak segan
untuk memfitnah keluarga suami.
5.Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi
masalah adalah
jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka
mengungkit-ungkit
kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]