Anda di halaman 1dari 17

10 Kesalahan Istri Terhadap Suami

1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna


Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan
yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-
sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat,
cape, masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari
gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima
keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang
mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan
dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta
problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang
melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat
kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Taala telah tetapkan
untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-
terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-
galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada
ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ia akan taat kapan pun, dalam
situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan
istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara
kesetiaan suami.

3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami
hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada
selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus
berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua
sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami.
Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak
jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri
sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau
membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia
berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan,
namun juga pernikahan antar keluarga. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri,
keluarga suami adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan
keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang
dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan
menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya
ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor,
mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika
ada acara lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya.
Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya:
terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan
dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di
rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya,
berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan
oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan
suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami,
meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan keinginan-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas
karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan
kekurangan. Sifat qonaah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat
jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia
tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan
berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat
yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan
bertambah.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.
6. Mengingkari kebaikan suami
Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika
terjadi gerhana matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk
dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi
penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
Karena kekufuran mereka, jawab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika para
sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-
kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan
sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari
seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun
dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits
yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap
kita, kita saling introspeksi , apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami
kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita
gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka
berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari
belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada waktu untuk
bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah
engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?
Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat
kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): Jangan engkau menyakitinya,
kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera
berpisah dengan kamu menuju kami. (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah
bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari
membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari
dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan
nerakamu. (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah
adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka
mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan
memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka
adzab yang pedih.
Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
mengatakannya sebanyak tiga kali. Lalu Abu Dzar bertanya, Siapakah mereka yang rugi itu,
wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah
mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka
bersumpah palsu ketika menjual. [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada
salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung
jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri.
Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih
menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni
terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan
waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas
tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa
curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan,
melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini
dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan
yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih
mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal
ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti,
maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini
tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa
nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan
dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk
menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri
hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak
menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata
keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan
wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika
dipandang suaminya.

Hindari 11 Kesalahan sebagai Istri

Saudariku, sebagian wanita mengabaikan beberapa kesalahan yang dapat menggoncang
keharmonisan rumah tangga. Berikut ini kesalahan-kesalahan yang perlu kita hindari sebagai
seorang istri agar bahtera rumah tangga senantiasa utuh dan kecintaan suami senantiasa
bersemi.
1. Menceritakan kecantikan wanita lain kepada suami
Saudariku, sadarilah bahwa termasuk kesalahan ketika seorang istri menceritakan dan
menggambarkan kecantikan wanita lain kepada suaminya. Tindakan ini seperti mengasah
pisau yang sewaktu-waktu dapat melukai diri sendiri.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda, Janganlah seorang wanita bermubasyarah (bergaul akrab) dengan wanita lain
kemudian dia menggambarkan keadaan wanita itu kepada suaminya seakan-akan suaminya
melihat langsung wanita itu. (HR Bukhari).
Hikmah di balik larangan ini adalah untuk menghindarkan suami agar tidak tergoda atau
tergiur oleh wanita yang digambarkan istrinya, yang dapat mengakibatkan suami tersebut
menceraikan istrinya. Oleh karena itu, sebagai istri yang cerdas, sudah selayaknya kita
mengambil pelajaran dari larangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersebut.
Sesungguhnya banyak kejadian nyata tentang suami-suami yang menceraikan istri-istrinya
disebabkan oleh ulah istrinya sendiri yang suka menggambarkan kecantikan wanita lain
kepada suaminya dengan gambaran yang detail.
Saudariku, sesungguhnya penggambaran itu sendiri sudah diharamkan meskipun tidak
mendatangkan musibah seperti di atas. Bukankah seorang muslimah diwajibkan untuk
berhijab agar auratnya tidak terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya? Lalu apa jadinya
jika kita menggambarkan keadaan seorang wanita kepada suami kita? Bukankah itu sama
artinya kita menyibak hijabnya dan menelanjanginya? Semoga kita berhati-hati dalam
masalah ini agar tidak terjebak pada musibah dan dimurkai Allah.
2. Berhias tidak pada tempatnya
Saudariku, percayakah engaku bahwa wanita adalah perhiasan? Tanpa polesan dan hiasan
sekalipun, seorang wanita adalah perhiasan yang menawan. Lalu apa jadinya jika perhiasan
itu diperindah dan dipercantik dengan pakaian dan polesan? Tentu saja ia akan semakin
mempesona dan menggoda.
Tentu saja bukan hal yang salah ketika seorang wanita berdandan cantik dan mengenakan
pakaian yang indah karena dengannya ia terlihat semakin sempurna. Hanya saja, yang
sering terjadi adalah tindakan yang salah dalam menempatkan diri. Berapa banyak kita
jumpai wanita yang begitu memperhatikan penampilan dan dandanan ketika keluar rumah,
tetapi mengabaikan semua itu saat di rumah, saat di depan suaminya. Seakan-akan wanita
ini tidak mempunyai rasa hormat dan peduli kepada suaminya. Suami yang punya rasa
cemburu tentu tidak akan rela diperlakukan seperti ini.
Saudariku, sadarilah bahwa tindakan seperti ini merupakan kesalahan yang fatal. Hal ini
dapat membuka pintu fitnah di mana suami melakukan selingkuh, istri digoda lelaki lain,
hingga terjadinya perceraian. Semoga kesalahan fatal seperti ini tidak terjadi pada dirimu,
saudariku. Suamimulah yang paling berhak untuk menikmati penampilan tercantikmu, jadi
jangan abaikan dia.
3. Sambutan yang tidak tepat ketika suami tiba di rumah
Saudariku, kesalahan yang dilakukan oleh sebagian besar istri adalah ketika suaminya baru
tiba di rumah dan belum juga menguap rasa penatnya, sudah disuguhi dengan berbagai
persoalan dan kebutuhan rumah tangga. Tagihan listrik yang belum dibayar, pusingnya
mengurusi anak-anak, uang belanja yang menipis, dan sebagainya. Bisa jadi suami
menanggapi suguhan tidak menyenangkan itu, tapi jika sering dilakukan maka dapat
menimbulkan rasa bosan dan jenuh. Karenanya, sebagai istri yang pintar, engkau tentu akan
menunda semua itu dan menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakannya.
4. Memasukkan seseorang yang tidak disukai suami ke dalam rumah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Dan sesungguhnya kalian (wahai para
suami) mempunyai hak atas mereka (para isteri) yaitu hendaknya mereka tidak memasukkan
ke rumah kalian seseorang yang tidak kalian sukai, maka jika mereka melakukan hal itu maka
pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Dan mereka juga punya hak atas
kalian yaitu menafkahi mereka dan memberikan mereka pakaian secara maruf. (HR Muslim,
Ibnu Majah, An-Nasai, Abu Dawud, dll)
Saudariku, perhatikanlah hal ini. Berapa banyak istri yang mengabaikannya sehingga
timbullah kerusakan di dalam rumah tangga. Seorang suami adalah imam yang wajib ditaati
perintahnya selama tidak keluar dari syariat. Suami berhak melarang istrinya memasukkan
orang-orang tertentu ke dalam rumah dan larangan ini wajib ditaati, meskipun saat itu
suaminya sedang tidak berada di rumah dan tidak mengetahui hal itu.
Larangan tersebut tidak terbatas hanya untuk laki-laki yang tidak ada hubungan kerabat
dengan istri, tetapi larangan dalam hadist tersebut juga mencakup larangan memasukan
kerabat atau teman-teman wanita yang tidak disukai suami. Hal ini didasarkan kepada
kemungkinan orang yang tidak disukai suami masuk ke dalam rumah dan bermaksud
merusak hubungan suami istri tersebut. Orang itu dapat menghembuskan fitnah yang
memancing kemarahan atau kecurigaan istri kepada suaminya sehingga terjadilah
malapelaka.
5. Meninggalkan rumah tanpa izin suami
Hal yang dianggap ringan oleh sebagian wanita adalah meninggalkan rumah tanpa izin
suami. Mereka menganggap tindakan ini sebagai sesuatu yang wajar, sepele, dan biasa saja.
Padahal agama yang mulia ini melarang keras tindakan tersebut.
Ibnu Taimiyah berkata, Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya.
Jika ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat durhaka, bermaksiat kepada
Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Tidak halal bagi seorang wanita untuk
berada di rumah suaminya sedangkan suaminya tidak suka (ridha) dan janganlah ia keluar
rumah dalam keadaan suaminya tidak ridha. Janganlah mentaati seorang pun di rumah
suaminya (selain suaminya), janganlah ia menjadikan suaminya gusar, janganlah ia menjauhi
ranjang suaminya dan janganlah ia merugikan suaminya walaupun ia (suaminya) lebih dhalim
darinya (wanita) sampai (si istri) mencari keridhaan suami. Maka jika suami ridha dan
menerimanya, maka itu suatu kenikmatan baginya (wanita). Allah akan menerima udzur-
udzurnya dan akan berserilah wajahnya dan ia tidak berdosa, tapi jika suami menolak untuk
ridha kepadanya maka sungguh ia telah menyampaikan udzur-udzurnya. (HR Baihaqi)
Saudariku, sebagai wanita muslimah, kita perlu berhati-hati dalam setiap tindakan agar tidak
menyebabkan kemurkaan Allah. Perlu engkau ketahui bahwa meninggalkan rumah bukanlah
hal yang tepat untuk mengatasi persoalan. Justru persoalan yang sudah ada akan
berkembang menjadi lebih rumit.
Meninggalkan rumah tanpa seizin suami berarti mengabaikan hak-hak suami untuk dilayani di
rumah. Tindakan seperti ini hanya memperkeruh suasana dan merusak keharmonisan rumah
tangga. Sebagian wanita berpikir bahwa meninggalkan rumah dapat menjadi solusi bagi
persoalan rumah tangga, menarik simpati suami, menunjukkan eksistensi diri di depan suami.
Sungguh, ini perbuatan tercela yang dilarang Allah. Suami pun akan merasa tidak dihargai
dan merasa dilecehkan.
6. Menunda-nunda perintah suami
Salah satu peran istri dalam rumah tangga adalah melayani suami. Oleh karena itu, wajar jika
suami minta ini itu kepada istrinya. Tapi tak jarang, istri enggan menuruti permintaan suami
atau sengaja menundanya. Misalnya suami minta dibuatkan kopi, dibuatkan ketikan,
diambilkan alat tulis, semuanya terkesan sepele. Akan tetapi, jika istri menyepelekan
pemintaan suami dan hal itu menjadi kebiasaan, maka akan timbul kekesalan di hati suami.
Suami merasa tidak dihargai dan diremehkan.
Saudariku, sadarilah bahwa kewajibanmu adalah menaati semua perintah suami sekalipun di
matamu itu hal yang sepele, selama perintah itu tidak keluar dari jalur syariat. Pahamilah hal
ini dan jangan menganggapnya sebagai hal yang bisa diabaikan. Jika engkau bisa bersegera
memenuhi panggilan dan melaksanakan perintahnya, jangan terpikir untuk menunda-nunda.
Jadilah istri yang menyenangkan hati suami.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Sebaik-baik isteri ialah yang dapat
menyenangkan hati suaminya apabila engkau (suami) melihatnya dan apabila disuruh dia
menurut perintahmu, dan dia dapat menjaga kehormatan dirinya dan hartamu ketika engkau
tiada di rumah. (Riwayat Thabrani)
7. Bersahabat akrab dengan orang yang tidak disukai suami
Saudariku, adakalanya suami kita tidak menyukai orang-orang tertentu di sekitar kita. Tentu
saja rasa tidak sukanya itu mempunyai alasan. Bisa jadi suami melihat ada akhlak dari orang
tersebut yang tidak baik atau kedekatan dengan orang tersebut dapat menimbulkan lebih
banyak madharat daripada kebaikan.
Sebagai seoraang istri, kita perlu peka terhadap hal ini dan tidak mengabaikannya. Jangan
sampai kita bersahabat akrab dengan seseorang sementara orang itu tidak disukai suami.
Pengabaian seperti ini dapat merusak keharmonisan rumah tangga. Bisa jadi orang yang
tidak disukai suami tersebut mencari-cari aib rumah tangga yang sudah disimpan rapat,
kemudian ia sebarluaskan kepada orang lain. Atau juga kehadirannya bisa memberi
pengaruh buruk pada akhlak seorang istri sehingga ia berani menentang suaminya.
Pernah terjadi dalam sebuah rumah tangga yang mana istrinya bersahabat baik dengan
seorang wanita yang tidak disukai suaminya. Beberapa kali sang suami mengingatkan
istrinya agar menjauhi wanita tersebut. Akan tetapi sang istri tidak juga melakukannya.
Hasilnya, beberapa kali rahasia rumah tangga mereka terkuak keluar dan bahkan sempat
terjadi perseteruan antara suami dan istri tersebut akibat ulah wanita sahabatnya. Sang istri
akhirnya menyadari kesalahannya dan membuat jarak dengan wanita sahabatnya itu.
Alhamdulillah belum terlambat, sepasang suami istri ini terhindar dari malapelata yang lebih
besar dan kehidupan rumah tangga mereka semakin harmonis setelah sang istri menuruti
peringatan suaminya.
8. Senang membicarakan kejelekan orang lain
Sudah menjadi fitrahnya seorang wanita lebih banyak berbicara daripada laki-laki. Dan salah
satu kelemahan orang yang banyak bicara adalah mudah tergelincir dalam kesalahan akibat
pembicaraannya. Oleh karena itu saudariku, kita perlu berhati-hati menjaga gerak lidah yang
tidak bertulang ini. Bagaimana pun juga, lidah yang kecil ini dapat membawa bencana jika
tidak dijaga dengan baik.
Allah berfirman,


Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka(yang mengolok-olok)
dan jangan pula wanita-wanita(mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-
wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) . (QS Al-
Hujurat [49]: 11)
Allah telah memperingatkan kita agar tidak mengolok-olok atau menjelekkan orang lain. Dan
pada ayat di atas, setelah disebutkan janganlah suatu kaum mengolok-olok, masih diulang
lagi penyebutan jangan pula wanita-wanita(mengolok-olok). Ini menunjukkan betapa wanita
berpeluang lebih besar untuk membicarakan kejelekan orang lain. Bahkan sering kita jumpai
beberapa wanita duduk berkumpul dan terlihat asyik, ternyata mereka sedang menggunjing,
sedang dalam majelis ghibah.
Terkadang seorang istri membicarakan kejelekan orang lain dengan maksud untuk menarik
perhatian suaminya, menjadikan hal itu bahan pembicaraan agar suaminya bisa diajak
ngobrol. Akan tetapi, ketahuilah bahwa suami tidak menyukai hal itu. Baginya, hal seperti itu
hanya membuang waktu dan tidak membei manfaat sedikitpun. Kebiasaan membicarakan
kejelekan orang di depan suami bisa jadi malah membuat suami mempertanyakan akhlak kita
sebagai istrinya.
9. Membandingkan suami dengan lelaki lain
Siapapun orangnya, tentu tidak akan suka dibanding-bandingkan dengan orang lain. Begitu
juga seorang suami, dia tidak akan senang dibandingkan dengan suami orang. Hal ini hanya
akan menumbuhkan kebencian dan rasa curiga suami kepada istrinya.
Barangkali sebagian wanita membandingkan suaminya dengan orang lain dengan maksud
untuk memotivasi. Namun hal ini tidaklah akan mencapai hasil yang diinginkan, justru yang
terjadi adalah kerusakan. Sebagai misal seorang istri berkata kepada suaminya, Itu Pak
Fulan, orangnya terlihat gesit, supel, aktivitas sosialnya bagus. Penampilannya juga selalu
rapi dan bersih. Mungkin si istri bermaksud memotivasi suaminya agar berperan lebih baik.
Akan tetapi, yang ditangkap oleh suami seringnya justru berbeda. Suami akan tersinggung
dan merasa dilecehkan karena dibandingkan dengan laki-laki lain. Selain itu, hal ini juga
dapat memicu kecurigaan suami bahwa istrinya ternyata memperhatikan laki-laki secara
detail. Keadaan seperti ini dapat menjadi gerbang kehancuran bahtera rumah tangga.
Oleh karena itu saudariku, ketika muncul rasa kagum kepada laki-laki lain, jangan buka hal itu
kepada suami. Disimpan di hati pun jangan. Segera buang jauh-jauh dan perhatikan segala
kebaikan suami sehingga engkau akan menemukan bahwa dialah orang yang paling tepat
menjadi pendampingmu.
10. Banyak bicara
Banyak bicara merupakan sikap yang berlebihan dan ini sering kita jumpai pada kebanyakan
wanita. Banyak bicara menyebabkan pelakunya lebih mudah tergelincir daripada tidak. Dalam
hal ini, Allah dan Rasul-Nya tela mengingatkan kita untuk menjaga lisan agar tidak jatuh pada
ketergelinciran. Allah berfirman,


Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir. (QS Qaaf [50]: 18)
Di dalam kitab tafsirnya, Ibnu Katsir menuliskan, Disebutkan bahwa Imam Ahmad mengeluh
ketika sakit. Kemudian ia mendengar Thawus berkata, Malaikat mencatat segala sesuatu
hingga suara keluhan. Imam Ahmad pun tidak pernah mengeluh lagi hingga meninggal dunia,
semoga Allah merahmatinya.
Sebagian ulama juga berkata, Jikalau seandainya kalian yang membelikan kertas untuk
malaikat yang mencatat amalan, sesungguhnya kalian akan memilih lebih banyak diam
daripada banyak bicara.
Allah juga berfirman,


Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. (QS An-Nisaa [4]: 114)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun bersabda, Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam. (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Sesungguhnya orang yang paling aku
benci dan paling jauh dariku di akhirat nanti adalah orang yang paling jelek akhlaknya, orang
yang banyak bicara, orang yang berbicara dengan mulut yang dibuat-buat dan orang yang
sombong (Shahih al-Jamiash-Shaghir)
Abu Darda berkata, Lebih berlaku adillah terhadap telingamu daripada lidahmu! Karena
tidaklah diciptakan telinga itu dua kecuali agar kamu lebih banyak mendengar daripada
berbicara. (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, Ahmad bin Qudamah al-Maqdisi)
Saudariku, berbagai dalil dan perkataan para ulama di atas sudah seharusnya menyadarkan
kita betapa bahayanya lisan. Sebagai seorang istri, terlalu banyak bicara dapat membuat
suasana hati suami menjadi keruh. Selain itu, banyak bicara dapat membuat lidah kita
tergelincir dari membuka aib rumah tangga, menggunjing orang, dan hal-hal tercela lainnya.
11. Suka menggerutu dan berkeluh kesah
Saudariku, tahukah engkau bahwa seorang laki-laki paling benci kepada wanita yang suka
menggerutu dan mengeluh tentang hal yang terlihat sepele? Mempunyai tetangga yang
menyebalkan, anak rewel dan susah disuruh makan, kemahalan belanja di tukang sayur
keliling, baju kesayangan yang terpaksa sobek karena kecantol paku, dan sebagainya,
semuanya seakan antre ingin dikeluhan kepada suami. Seperti nyamuk yang terbang kian
kemari, suaranya seperti kepak sayap nyamuk yang tidak mengenakkan telinga. Padahal
segala yang dikeluhkan itu tidak untuk mencari jalan keluar, hanya sekedar menumpahkan
kekesalan hati yang dibuat sendiri.
Saudariku, percayalah bahwa mengeluh dan menggerutu setiap hari kepada suami tidak
akan membuatnya terkesan dan menaruh simpati. Apalagi jika engkau mengeluh pada saat
yang tidak tepat, di mana suami sedang lelah sepulang kerja, banyak tugas menumpuk. Hal
ini justru dapat membuat suami enggan berlama-lama di dekatmu.

26 Dosa Istri Kepada Suami:
1. berlebihan dan menuntut kesempurnaan
2. kurang memperhatikan orang tua suami
3. kurang mempercantikkan diri di hadapan suami
4. banyak berkeluh kesah dan kurang bersyukur
5. mengungkit ungkit kebaikan kepada suami
6. menyebarkan masalah rumahtangga kepada orang lain
7. kurang memperhatikan posisi dan status sosial suami
8. kurang membantu suami dalam kebajikan dan ketakwaan
9. membebani suami dengan banyak tuntutan
10. membuat suami risau dengan banyak menjalin hubungan
11. bersikap nusyuz terhadap suami
12. menolak ajakan suami berhubungan badan
13. lalai dalam melayani suami
14. memasukkan orang yang tidak diizinkan suami de dalam rumahnya
15. keluar dari rumah tanpa izin suami
16. menaati suami dalam kemaksiatan kepada Allah swt
17. cemburu berlebihan terhadap suami
18. buruknya perilaku isteri bila suamiberpoligami
19. lalai dalam mendidik anak-anak
20. kurang perhatian terhadap keadaan dan perasaan suami
21. menyebarluaskan rahsia tempat tidur
22. isteri mendeskripsikan seorang perempuan kepada suami
23. menggugat kepimpinan suami
24. isteri yang ikhtilah dan tabarruj di hadapan kaum laki-laki
25. kurang setia terhadap suami
26. kurangnya ketakwaan kepada Allah setelah berpisah dari suami

DOSA SUAMI
1. Lalai Berbakti kepada orang tua setelah menikah
2. Kurang serius dalam mengharmonisasikan antara istri dan org tua
3. Ragu dan buruk sangka kepada istri
4. Kurang memiliki sikap cemburu terhadap istri
5. Meremehkan kedudukan istri
6. Melepaskan kendali kepemimpinan & menyerahkannya kepada istri
7. Memakan Harta istri secara batil
8. Kurang semangat dalam mengajari istri ajaran-ajaran agamanya
9. Bersikap pelit terhadap istri
10. Datang secara tiba-tiba setelah lama pergi
11. Banyak mencela dan mengkritik istri
12. Kurang berterima kasih dan memotivasi istri
13. Banyak bersengketa dengan istri
14. Lama memutus hubungan & meninggalkan istri tanpa sebab yg jelas
15. Sering berada di luar rumah & jarang bercengkrama dgn keluarga
16. Interaksi yg buruk dengan istri
17. Tidak menganggap penting berdandan untuk istri
18. Kurang perhatian terhadap Doa yang dituntun ketika menggauli istri
19. Kurang memperhatikan Etika, Hikmah dan Hukum hubungan badan
20. Menyebarkan rahasia ranjang
21. Tidak mengetahui kondisi biologis perempuan
22. Menggauli istri ketika haid
23. Menggauli istri pada duburnya
24. Memukul istri tanpa alasan
25. 25, Kesalahan tujuan poligami
26. Tidak bersikap Adil antara beberapa istri
27. Terburu-buru dalam urusan Talak
28. Tidak mau mentalak, padahal sudah tdk mungkin ada perbaikan & kecocokan
29. Mencela istri setelah berpisah dengannya
30. Menelantarkan anak-anak setelah mentalak istri
31. Kurang setia terhadap istri
32. Kurang puas dan selalu melirik perempuan lain

AKHLAQ SUAMI TERHADAP ISTRI
Dalam Islam, keluarga diakui dan dihormati sebagai basis masyarakat. Nilai-nilai luhur
ditanamkan untuk memelihara hubungan-hubungan yang sehat dan harmonis dalam
keluarga; peraturan-peraturan akhlaq mengenai hubungan-hubungan ini oleh karenanya
menjadi sangat penting.
Dan pergaulilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak. (Qs. an-Nisaa: 19).
Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah.
Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari
neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan
mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri
(diremas-remas) , maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya. [HR.
Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi dari Abu Said Al-Khudzri].
1. Dalam pandangan Islam, orang yang terbaik adalah yang terbaik dan terarah pada istrinya.
Berlaku santun terhadap istri adalah bagian dari akhlaq Islam.
2. Karir seorang pria tidak harus dikejar dengan mengorbankan semua tujuan suci
sedemikian sehingga beresiko bagi kehancuran perkawinannya. Terlepas dari seberapa
keras ia harus bekerja untuk memberi nafkah bagi keluarganya, bagaimanapun sang suami
tetap memiliki kewajiban ntuk meluangkan waktu bagi istrinya. Hal ini dapat dipenuhi lewat
hiburan, menikmati saat-saat bercengkerama, bermain olahraga atau bentuk-bentuk lain
mengisi waktu senggang yang diperkenankan oleh Islam.
3. Adalah menjadi bagian kebaikan seorang suami terhadap istrinya untuk memenuhi segala
kebutuhannya, sepanjang tidak bertentangan dengan Islam. Sesungguhnya cara terbaik
membelajakan uang dalam pandangan Islam adalah memberi nafkah pada keluarga.
4. Meskipun melakukan shalat di dalam rumah lebih baik daripada di masjid bagi perempuan,
seorang istri tidak harus dicegah pergi ke masjid jika ia ingin melakukannya.
5. Membicarakan masalah-masalah pribadi dengan orang lain, yaitu perihal seksual, adalah
sesuatu yang sepenuhnya diharamkan dalam Islam.
6. Kecemburuan seorang suami terhadap istrinya ada dua macam, kecurigaan yang tak
berdasar atau cemburu buta, yang harus dijauhi dan kecemburuan dimana terdapat alasan
yang kuat, yang dianjurkan.
7. Seorang suami tidak boleh membenci istrinya, karena jika ia tidak karena jika ia tidak
menyukai salah satu karakteristiknya, ia boleh jadi menyukai sifatnya yang lain. Secara
insidental, diharamkan dalam Islam untuk merubah karakteristik- karakteristik sang istri yang
tidak disukai suaminya, sepanjang karakteristik- karakteristik itu tidak kontradiktif dengan
Islam. Seorang istri memiliki personalitasnya sendiri yang berbeda dari suaminya, dan ia tidak
berhak untuk menghancurkan kepribadian istrinya dan menyesuaikannya dengan
kepribadiannya. Suami harus menyadari bahwa mungkin ada elemen-elemen tertentu dari
karakter istrinya yang tidak menyenangkannya, sebagaimana halnya mungkin ada aspek-
aspek tertentu dari karakteristiknya yang tidak disukai olehnya.
8. Seorang suami tidak boleh mencaci maki istrinya atau kerabatnya.
9. Hubungan suami-istri memiliki sifat khusus. Ia tidak akan membuahkan hasil kecuali jika
pasangan itu berusaha mengatasi hambatan-hambatan artifisial yang disebabkan oleh rasa
malu dan hambatan-hambatan sosial.
10. Hak yang diberikan ada suami untuk memimpin keluarga, tidak boleh mengakibatkan
terjadinya penyalahgunaan dan tindakan yang melampaui batas otoritasnya. Oleh karena itu,
ia tidak boleh meminta istrinya untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuannya atau
memberinya perintah yang amat banyak.
11. Bagi seorang suami yang menghormati dan menghargai kerabat dekat istrinya akan
memperkuat hubungannya dengan istrinya.
12. Menghargai, merespek dan bersikap ramah terhadap teman-teman dan keluarga istrinya
sebenarnya menjadi pertanda dari penghargaannya terhadap istrinya.
13. Sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 12, persyaratan- persyaratan yang paling
penting untuk dipenuhi dalam perkawinan adalah persyaratan- persyaratan yang terkandung
dalam kontrak perkawinan. Oleh karena itu, setelah perkawinan persyaratan- persyaratan
tersebut harus betul-betul diperhatikan, tidak boleh diabaikan dan dilupakan asalkan
semuanya itu sesuai dengan hukum Islam.
14. Selalu mengingat-ingat dan menghitung-hitung kesalahan seorang istri, mencela
perbuatan-perbuatan nya dan seringkali menyalahkannya, akan membahayakan ikatan
perkawinan. Suami dianjurkan untuk melupakan kesalahan-kesalahan istrinya dalam
berbagai hal.
15. Sikap tidak acuh seorang suami dan ayah terhadap istri atau anak-anaknya yang
melanggar ajaran-ajaran Islam adalah merupakan kesalahan besar yang tidak boleh
dilakukan seorang muslim.
16. Bagi suami yang mencaci maki istrinya atau menyalahkan perbuatan-perbuatan nya di
depan orang lain, seperti anak-anak mereka, saudara-saudara dan lain-lain adalah
merupakan sikap yang kasar.
17. Seorang suami tidak diperbolehkan menyuruh istrinya bekerja untuk menghasilkan uang.
Memberinya nafkah adalah tanggung jawab suami saja.
18. Pada waktu pulang ke rumah, suami tidak boleh memasuki rumah tanpa lebih dulu
memberi tahu keluarganya akan kedatangannya dengan membunyikan bel atau mengetuk
pintu. Ia harus memberi isyarat kedatangannya dengan memuji nama Tuhan, memberi salam
pada mereka, shalat dua rakaat dan baru menanyakan bagaimana keadaan mereka.
19. Suami harus selalu berusaha menjaga aroma mulutnya agar senantiasa menyenangkan,
sehingga sang istri tidak akan merasa terganggu atau tidak menyenangkan.
20. Hubungan suami dengan istrinya harus ditandai oleh adanya keseimbangan antara
keteguhan hati yang tidak disertai kekerasan dengan fleksibilitas tanpa kelemahan


Kesalahan-Kesalahan Suami Yang Membawa Bencana
Islam telah meletakkan kaidah-kaidah yang arif dalam memelihara rumah
tangga dari perselisihan dan perpecahan. Dan Islam telah menetapkan dasar-
dasar yang lurus yang dapat menolak segala problem penghalang
terwujudnya kebahagiaan suami-istri, dan menghilangkannya cinta serta
ketenangan diantara keduanya. Ada beberapa sebab sehingga Islam
menaruh perhatian yang besar terhadap keluarga. Keluarga adalah pondasi
terwujudnya masyarakat muslim. Dan keluarga merupakan madrasah iman
yang mencetak generasi-generasi muslim.
Karena itulah, musuh-musuh Islam sangat berambisi untuk memecah
keutuhan keluarga dan menggoncangkan sendi-sendinya, agar hilang
kemampuan keluarga untuk berproduksi dan mencetak generasi-generasi
muslim. Mereka menyisipkan kebathilan ke dalam keluarga muslim melalui
perantara yang banyak, utamanya melalui perantara yang banyak, utamanya
melalui media massa.
Setiap pasangan suami istri tentu mendambakan keharmonisan, kebahagiaan
yang penuh kelembutan dan kasih saying nan suci. Sayangnya, sering
banyak ganjalan yang menghadang terwujudnya harapan itu. Kadang, tanpa
disadari ganjalan itu justru dating akibat kesalahan suami sebagai kepala
rumah tangga.
Berikut ini beberapa kesalahan suami yang kadang tak disadari, dan bisa
membawa keluarga pada jurang kehancuran.
Tidak memberikan talim (pengajaran) agama dan hukum-hukum syariat
kepada istri
Maka dijumpai adanya istri yang tidak tahu bagaimana cara shalat yang
benar, tidak tahu hokum-hukum haid dan nifas, bagaimana bergaul dengan
suami yang sesuai syariat dan bagaimana cara mendidik anak-anaknya
dengan pendidikan yang islami.
Bahkan kadang-kadang sebagian mereka ada yang jatuh dalam kesyirikan,
seperti bernadzar kepada selain Allah, sihir, dan mendatangi dukun. Dan kita
berlindung dari yang demikian.
Ini merupakan perkara yang tidak diperhatikan oleh suami dan tidak
dipertanyakan. Padahal melalaikan tanggung jawab terhadap istri akan
simintai pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Sebagaimana
sabda Rasulullah: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan
ditanyai tentang apa yang dipimpinnya dan suami adalah pemimpin atas
keluarganya.(HR. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya banyak cara untuk mengajarkan perkara agama kepada istri
diantaranya:
Menghadiahkan buku-buku tentang Islam dan didiskusikan
Menghadiahkan kaset-kaset agama dan minta diringkaskan
Membawanya untuk talim di masjid-masjid
Menghubungkan dengan teman yang saleh
Membuat perpustakaan dan kaset di rumah
Memberi hadiah jika ia mampu menghafal beberapa surat atau ayat Al-
Quran
Mencari-cari kesalahan dan menyelidiki aib istrinya
Rasulullah telah melarang untuk berbuat demikian, sebagaimana sebuah
hadist: Rasulullah melarang suami (yang baru kembali dari berpergian yang
lama) mendatangi keluarganya pada malam hari. (HR. Bukhari)
Secara tersirat, hal tersebut dilakukan, dapat membuka pintu terbukanya aib
istri di mata suami. Bisa jadi ketika istri membukakan pintu, penampilannya
sangat tidak menarik, hingga suami yang sudah kelelahan merasa kecewa
atau marah, dan mencari-cari kesalahan istrinya. Siapa yang mencari-cari
aurat (keburukan) saudaranya sesame muslim, niscaya Allah akan mencari-
cari aibnya. Dan barangsiapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah maka Allah
akan membukanya walaupun orang itu berada ditengah-tengah rumahnya.
Mengurangi nafkah
Sesungguhnya nafkah suami kepada istrinya adalah wajib, berdasarkan Al-
Quran dan As-Sunnah serta ijma.
Allah berfirman: Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang maruf. (Al-Baqarah : 233)
Tidak ingatkah kita akan sabda Rasulullah: Apabila seseorang memberi
nafkah pada keluarganya dengan mengharapkan pahala maka itu merupakan
sedekah baginya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadist yang lain: Seutama-utama dinar (mata uang emas) adalah
dinar yang di infaqkan (dibelanjakan) oleh seseorang kepada keluarganya.
(HR. Muslim)
Bersikap keras, kaku dan tidak lembut terhadap istri
Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik di antara mereka ahlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah
yang paling baik terhadap istrinya. (HR. Tirmidzi)
Adapun nemtuk-bentuk sikap lembut seorang suami di antaranya:
Memberikan kegembiraan pada mereka dengan permainan atau hiburan yang
diperbolehkan
Segala sesuatu yang tidak termasuk dzikrullah adalah laghwi (sia-sia) atau
melalaikan kecuali empat perkara : diantaranya permainan suami dengan
istrinya. (Lihat silsilah hadist shahihah oleh Syaikh Albani no. 315)
Termasuk dalam bentuk permainan adalah lomba lari dengan istri
(sebagaimana dalam hadits shahih Irwaul Ghalil oleh Syaikh Albani no. 1502),
dan menyuapi istri dengan tangan suami.
Tidaklah engkau membelanjakan suatu nafkah yang engkau niatkan karena
menghadap wajah Allah melainkan engkau diberi pahala atasnya, sampai-
sampai satu suapan yang engkau masukkan ke mulut istrimu (juga diberi
pahala). (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga memanggilnya dengan panggilan manja lagi mesra dan terkadang
menyingkat namanya. Seperti Rasulullah memanggil Aisyah dengan Humaira
dan Aisy.
Enggan membantu istri dalam pekerjaan rumah
Hal ini berkebalikan dengan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah.
Rasulullah seperti yang dikatakan Aisyah, beliau biasa membantu pekerjaan
keluarganya.
Menyebarkan rahasia dan keaibannya
Padahal Rasulullah bersabda:
Sejelek-jelek kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah suami
yang bergaul (bercampur) dengan istrinya dan istri bercampur dengannya,
kemudian ia menyebar rahasia istrinya. (HR. Muslim)
Mudah dalam menjatuhkan cerai
Rasulullah bersabda:
Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak (perceraian). (HR.
Abu Dawud dishahihkan oleh Syaikh bin Baaz dalam Al-Fatawa juz I hal. 172)
Maka tidak pantas bagi seorang muslim untuk mendahulukan hal ini tanpa
alasan yang bisa diterima.
Lemahnya rasa cemburu
Bentuknya sangat banyak, seperti seorang suami membolehkan pria lain
bukan mahram bersalaman dengan istrinya. Membiarkan istrinya berbaur
dengan saudara laki-laki suami atau putra-putra pamannya, padahal
Rasulullah bersabda:
Hati-hati kalian untuk masuk menemui para wanita. Maka berkata seorang
pria dari Anshar. Bagaimana pendapat engkau dengan hamwu? Yakni
kerabat suami yang bukan mahram, beliau menjawab. Hamwu adalah maut.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk bentuk lemahnya rasa cemburu adalah membiarkan istrinya
berduaan dalam mobil dengan sopir untuk berkeliling pasar dan jalan-jalan.
Sebagai penutup pembahasan ini, mari kita renungkan sabda rasulullah :
Jangan seorang mukmin membenci seorang mukminah. Bila ia benci darinya
satu akhlak niscaya ia ridla darinya akhlak yang lain. (HR. Muslim)
Kisah berikut ini juga bisa kita ambil ibrahnya.
Diriwayatkan bahwa seorang pria dating ke rumah Umar bin Khattab hendak
mengadukan keburukan akhlak istrinya. Maka ia berdiri di depan pintu
menunggu Umar keluar. Lalu ia mendengar istri Umar bersuara keras pada
suaminya dan membantahnya, sedangkan Umar diam tidak membalas
ucapan istrinya. Pria itu lalu berbalik hendak pergi, sambil berkata, Jika
begini keadaan Umar dengan sifat keras dan tegasnya dan ia seorang Amirul
Mukminin, maka bagaimana dengan keadaanku?
Umar keluar dan melihat orang itu berbalik (pergi) dari pintunya, maka Umar
memanggilnya dan berkata, Apa keperluanmu wahai wahai pria? Ia
menjawab, Wahai Amirul Mukminin, semula aku datang hendak mengadukan
kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku
mendengar istrimu berbuat demikian, maka aku pun kembali sambil berkata,
Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya, maka bagaimana
dengan keadaanku?
Umar berkata, Wahai Saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya
itu karena hak-haknya padaku. Dia yang memasakkan makananku, yang
membuat rotiku, yang memcucikan pakaianku, yang menyusui anak-anakku
dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku
bersabar atas sikapnya.
Pria itu berkata, Wahai Amirul Mukminin, demikian pula istriku. Berkata
Umar, Bersabarlah atas sikapnya wahai Saudaraku.(lihat Kitab Al-Kabair
oleh Adz-Dzahabi hal. 179 cetakan Darun Nadwah Al-Jadidah)

Anda mungkin juga menyukai