Anda di halaman 1dari 4

Bismillah.

Untuk ukhti Rini…

Menikah adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Menikah
tidak hanya tentang bahagia dan bersuka ria, tapi perjalanannya akan panjang,
berliku, dan penuh perjuangan. Adakalanya kita tertawa, adakalanya kita sedih, dan
adakalanya kita saling beda pendapat dengan pasangan kita. Layaknya kita yang
tinggal bersama dengan orang tua dan saudara-saudara kita, ada momen di mana
kita akan merasa kesal dan tak enak hati, namun ada momen di mana kita bisa
meluapkan kebahagiaan bersama.

Perihal menjadi istri shalihah, itu tidaklah mudah. Ada ego yang harus kita tekan,
ada lisan yang harus kita tahan dan saring ucapannya, ada hati yang harus lebih kita
lapangkan untuk mentoleransi karakter pasangan kita, dan setiap tindakan pun
harus kita lihat sisi baik dan buruknya sebelum kita berbuat. Memang tidak bisa
betul-betul sempurna, sembari kita menjalani rumah tangga kita, kita juga terus
belajar untuk menjadi lebih baik. Dan tak lupa, kita membekali diri dengan ilmu dan
meminta pertolongan kepada Allah agar memudahkan kita istikamah dalam
membina rumah tangga kita.

“Wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa ayat 4).

Ukhti, ayat di atas menjelaskan bahwa seorang wanita wajib taat kepada Allah dan
taat kepada suaminya. Dan disinilah pintu pahala terbesar yang bisa diraih seorang
istri.

“Sebaik-baik wanita adalah yang membahagiakanmu takkala kamu memandangnya


dan mentaatimu takkala kamu memerintahkannya serta menjaga harga dirinya dan
hartamu takkala kamu tidak ada. (Hadis)

Ada tiga sifat yang disebutkan dalam hadis untuk menjadi sebaik-baik wanita.
Pertama, membahagiakan takkala dipandang. Ya.. sebagai istri kita harus tampil
baik di depan suami. Jangan sampai kita dandan habis-habisan di luar rumah, tapi di
dalam rumah saat sedang bersama suami dekil. Hehe… Hal yang paling kuat
mendorong kecintaan suami kepada istrinya adalah karakternya, namun penampilan
tetap harus diperhatikan. Seperti berdandan untuk suami, memakai wewangian,
tersenyum dan tidak menampakkan wajah yang ketus, dan bisa menyenangkan
suami dengan ucapan yang lemah lembut dan penuh perhatian.

Urwah bin Zubair pernah berkata kepada anaknya, “wahai anakku, ceriakanlah
wajahmu dan ucapkanlah perkataan yang baik maka kamu akan menjadi orang yang
sangat dicintai oleh manusia daripada kamu memberikan suatu pemberian kepada
mereka.”
Kedua, taat kepada suami. Ukhti… ketika kita menikah, maka suami adalah
pemimpin kita. Bagi seorang istri, ketaatan kepada suaminya lebih diutamakan
daripada ketaatan kepada orang tuanya. Dan mungkin ini yang biasanya suka
menimbulkan perselisihan. Saat kita berbeda pendapat dengan suami, kadang-
kadang seorang istri akan melawan dan meninggikan suaranya di atas suaminya.
Sebaiknya dihindari ya ukhti. Karena apapun yang diperintah suami, selagi tidak
melanggar syariat Allah maka itu wajib kita taati. Sebagai istri, kita tidak boleh lebih
super power dibandingkan suami, tapi yang seharusnya setiap keputusan yang akan
kita ambil atau akan lakukan lebih baik kita diskusikan bersama. Meski mungkin kita
sudah mandiri dan punya penghasilan sendiri, kita tetap harus melibatkan suami
dalam setiap urusan kita. Ini akan membuat suami merasa dihargai dan selalu
dibutuhkan.

Kadangkala banyak wanita selalu ingin dijadikan ratu dan menuntut banyak dari
suaminya. Tapi menurutku, setelah menjalani pernikahan, rumah tangga tidak akan
harmonis jika salah satu dari suami atau istri hanya terus menuntut haknya dalam
pernikahan. Kita menjalani peran kita masing-masing dalam rumah tangga. Seorang
suami punya kewajiban untuk memberikan nafkah lahir batin berupa makanan,
pakaian, tempat tinggal, dan mendidik istrinya untuk taat kepada Allah. Dan hak
suami adalah dilayani perihal kebutuhan lahir dan batinnya. Begitupun dengan istri,
haknya memperoleh nafkah dan kewajibannya melayani dan mentaati suaminya.
Tapi ketika kita merasa hak kita terlalaikan, baiknya kita terus berprasangka baik.
Lebih baik kita mendahulukan kewajiban kita dibanding menuntut hak kita, karena
kewajiban akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, sedangkan hak kita
apabila tidak dipenuhi oleh suami insyaa Allah pasti Allah yang akan
memberikannya, selagi suami masih memenuhi kewajibannya perihal nafkah.

Setiap kali suami memberi perintah kepada kita, baiknya kita selalu memikirkan
pahala dari Allah. Karena hal tersebutlah yang bisa menghilangkan kejenuhan dan
rasa kesal di hati.

“Apabila seorang wanita telah mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan
Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya maka ia akan masuk
surga melalui pintu mana saja yang dia kehendaki.” (hadis)

Suami bisa menjadi surga maupun neraka untuk kita, tergantung bagaimana kita
mentaati dan bermuamalah dengannya.

Rasulullah bersabda,
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan
seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.”
Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya
kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab,
“(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami).
Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu
waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di
hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan
darimu’.”

Ketiga, menjaga kehormatan takkala suami tidak ada. Ini berkaitan terkait hak suami
kepada kita. Sebagai istri, takkala suami tidak ada kita harus menjaga diri kita dari
laki-laki lain, tidak membicarakan aib suami di depan orang lain, menundukkan
pandangan, tidak melemah lembutkan suara di hadapan laki-laki lain, dan juga
menjaga harta suami saat dia tidak di rumah. Ukhti.. harta suami adalah milik suami,
milik istri sekadar apa yang diberikan suami untuk keperluan istrinya. Jadi, kita tidak
boleh mengambil dan menggunakan harta suami sesuka kita, tapi kita harus
meminta izin dulu kepada suami. Tak terkecuali ketika kita ingin bersedekah
menggunakan harta suami.

Parfum dan riasan wajah sebaiknya hanya untuk suami saja. Jangan sampai ada
lelaki lain yang mengagumi kita dan menimbulkan kecemburuan suami. Kecantikan
yang kita miliki hanyalah untuk suami seorang :)

Beberapa tips in real life, hehe..


1. Sebelum tidur pakai parfum ki’ hihi..
2. Usahakan senyum ceria dan tidak cemberut di hadapan suami, meski sulit
untuk selalu sih. Tapi kalau sama-samaki kerja dan jarang ketemu, lebih baik
pasang wajah cerah ceria.
3. Ketika di rumah, sambut suami di depan pintu ketika suami pulang. Dan
mengantarnya sambil lihatki pergi saat mau i keluar rumah. Sambil cipika
cipiki boleh.. hehe
4. Menemaninya makan dan saling diskusi untuk lebih memahami satu sama
lain
5. Mendoakan suami untuk terus dalam kebaikan
6. Masak untuk suami, dan mengurusi keperluan suami sampai hal-hal terkecil.
Rumah juga tampak bersih. Insyaa Allah tidak berpaling itu.
7. Kalau suami sedang marah, usahakan kita tidak bantah dulu ucapannya.
Kalau amarahnya sudah reda dan tenangmi, baru kita jelaskan masalahnya
pelan-pelan dan tidak menyulut emosi.
8. Kalau suami minta kewajiban ranjang harus dituruti nah ukhti. hehe.. kendati
lagi masakki atau mencuci, kalau na panggilki tinggalkan dulu kerjaan yang
lain. Hihihi
9. Puasa sunnah harus minta izin dulu sama suami
10. Kalau suami salah, berlapang dadaki untuk memaafkan. Seperti yang na
bilang abu darda’ Radhiallahu ‘anhu sama istrinya, “kalau saya salah maafkan
saya, dan kalau kamu salah akan saya maafkan juga. Jika kita tidak saling
memaafkan dan memaklumi kesalahan, maka betapa cepatnya kita akan
berpisah.”
11. Sabar-sabarki jalani rumah tangga. Akan banyak masalah yang timbul itu,
bisa datang dari masalah ekonomi, masalah orang ketiga, dari keluarga atau
mertuata, dari anak-anak, atau mungkin dari dirita sendiri. Lapangkan dadata
untuk banyak-banyak bersabar dan berprasangka baik, karena pencapaian
terbesarnya setan adalah memisahkan pasangan suami istri. Jadi usahakan
bertahan sesulit apapun kondisinya.
12. Kalau ada masalahta, usahakan selesaikan berdua dulu. Dan jangan sampai
na dengar orang lain terlebih keluarga ta. Karena semakin banyak orang yang
ikut campur, semakin besar dan runyam permasalahan.
13. Urusan ranjang jangan diceritakan ke orang lain nah ukhti, itu rahasia. Hehe..
14. Kalau ada yang kita tidak suka dari suamita, janganki gosipi suamita nah.
Hehe.. kewajibanta untuk jaga aibnya suamita. Kekurangannya jangan
sampai terdengar oleh orang lain.

Banyaknya kubilang dih. Hihihi… tapi ini hanya sebagian kecil sih ukhti. Jangan ki
pernah mencukupkan diri dengan belajar. Sembari dijalani sembari belajar ki juga.
Semoga Allah merahmati dan memberkahi urusan ta dalam membina rumah tangga,
dan dikaruniai anak-anak yang sholeh sholehah. Amiiin.

Dari Ukhti Selvi

Anda mungkin juga menyukai