Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaiamana menurut anda tentang kewajiban istri melayani suami?

Narasumber 1 :

menurut versi kulo, palayanan istri terhadap suami itu hukumnya wajib dalam hal
apapun, tetapi suamipun juga harus memahami kondisi istrinya walaupun itu dikatakan wajib,
seperti halnya pelayanan menyuguhkan makanan kepada suami, itu adalah hak mutlak bagi
kaum wanita terutama wanita yang hidupnya di jawa, walaupun dalam agama seperti halnya
mencuci baju, mencuci piring, membersihkan rumah, itu adalah salah satu haknya laki-laki /
suami, maka sebisa mungkin kita yang hidup dijawa tidak sampai menghilangkan adat dari jawa
itu sendiri, walaupun kita faham tentang hukum-hukum agama, paling tidak kita faham dimana
kita ditempatkan maka disitulah adat/peraturan yang berlaku wajib kita junjung.

Narasumber 2 :

kalau menurut saya, tentang seorang istri melayani suami itu hukumnya wajib dan
memang seharusnya sang istri melayani suami dengan sebaik-baiknya, tapi terkadang dalam
tanda kutip tidak semua istri bisa melayani suaminya, contohnya ketika kita tidak biss memenuhi
itu kadang misalkan keadaan kita atau istri ini terlalu capek, dan jika tetap dipaksapun karena
kita terlalu capek kita akan marah, tetap kita melayani suami tp dengan keadaan berat hati
karena sedang marah tersebut, tetapi sebisa mungkin istri harus tetao melayaninya,

Dan dalam hubungan suami istri, kits tidak luput dikelilingi oleh nafsu, apakah benar
yang mana nafsu ini lebih besar nafsu seorang istri dibandingkan seorang suami jadi kadang saya
bertanya "masak sih nafsu seorang istri lebih besar dari pada nafsu seorang suami?" pada
kenyataannya yang pernah saya alami sendiri nafsu seorang suami itu lebih besar dari pada
nafsu seorang istri, bukan di Indonesia saja, bahkan diluar negeri pun yang mempunyai
pendamping lebih banyak adalah seorang suami, kasarannya berpoligami, dan seorang
perempuan yang mempunyai pendamping banyak itu sangat jarang sekali,

2. Apakah boleh istri menolak hubungan suami istri?

Narasumber 1 :

Boleh, jika seorang istri memiliki alasan yang sangat kuat, ketika seorang istri menolak
hubungan suami istri terhadap sang suami, misalnya kondisi sang istri kurang fit/sehat, banyak
masalah yang dihadapi dalam rumahtangga, maka dari itu didalam al-qur'an ada ayat yang
menjelaskan tentang hal yang pada intinya yaitu "gauli istrimu dengan baik dan hargailah
mereka".

Dalam agamapun hal hubungan suami istri yang pertama yaitu senangkanlah dulu,
bahagiakan istrimu dulu, setelah itu baru kita boleh melakukan hubungan suami istri, dan kalau
itu langsung menuju ke hubungan suami istri dalam agamapun tidak diperbolehkan, andaikan
menolak itu tadi alasannya seperti diatas. Dan tidak boleh menolaknya karena itu hal yang
sangat wajib yang harus dikerjakan seorang istri kepada sang suami dalam hal pelayanan
terutama di zaman sekarang.

Dizaman sekarang banyak sekali laki-laki yang intinya melakukan poligami, selingkuh dan
lain sebagainya, itu bukan mutlak kesalah dari suami, akan tetapi seorang suami yang kurang
mendapatkan pelayanan seutuhnya dari seorang istri, itu yang saya fahami,

Dan andaikan seorang istri sudah melayani sepenuhnya kepada suami dalam hal
apapun, insyaallah suami tidak akan menoleh kemana-mana, istilah orang jawa begini "lek iso
wong wedok sing iso dsdi koyok warung (kalau bisa perempuan /istri bisa menjadi seperti
toko)", contoh ketika suami membutuhkan nasi rawon dirumah sudah ada, dan andaikan sang
istri sudah menyediakan yang dibutuhkan berarti suami yang kurang bersyukur terhadap
istrinya.

Narasumber 2 :

boleh, dengan alasan yang tepat. Contoh menolak karena ingin istirahat yang cukup
karena kondisi tubuh yang kurang sehat dan kurang memungkinkan untuk melakukan hubungan
suami istri.

Tidak boleh, jika sang istri tidak memiliki alasan apapun untuk menolaknya, tetapi dalam
hal ini timbul pertanyaan :"kenapa sih seorang istri tidak bisa melayani suami? Salah satunya
yaitu mungkin rasa cinta atau sayangnya sudah memudar, jijik dan lain sebagainya, tetapi jika
kita benar-benar mencintai dengan terpaksapun, dengan kita marahpun sebisanya melayani itu.

3. Apakah suami berhak memaksa istri untuk melakukan/memenuhi kewajiban kepada suami?

Narasumber 1 :

menurut saya, memang tidak berhak, dikatakan tidak berhak jika sebaliknya, seperti
kondisi tubuh istri kurang sehat atau tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan suami
istri, Bahkan saya merasa kasus pemerkosaan dalam sebuah rumah tangga itu salah, karena kita
sudah disahkan atau sudah ber akad maka tidak ada istilah pemerkosaan dalam sebuah rumah
tangga, suami istri sudah halal, yang pasti karena suami kurang pandai untuk mengemas sebuah
proses untuk menuju hubungan suami istri itu.

Narasumber 2 :

boleh, dalam kutih tidak boleh melukai. Kadang kan waktu sang istri dan suami pun tidak
sama seperti haknya jam istirahat, seperti contoh sang suami jam istirahat jam 2 malam, nah
oada saat itu juga sang suami berkeinginan, padahal pada jam tersebut sang istri sedang enak-
enaknya istirahat.

4. Bagaimana dampak apabila istri dipaksa?


Narasumber 1:

Yang jelas timbulah masalah baru dalam rumah tangga, kebanyakan yang saya pelajari
atau amati dari ibu-ibu muda jaman sekarang, masalah itu muncul pada masalah hal tersebut,
ketika suami menginginkan untuk berhubungan dan istrinya ini menolak yang pasti tidak
terjalinnya hubungan yang harmonis,

Narasumber 2 :

jadi dampaknya, marah tetapi tidak sampai melukai

5. Bagaimana sebaiknya komunikasi dalam rumah tangga tersebut agar tidak terjadi pemaksaan?

Narasumber 1 :

a. Penyelarsan visi dan misi dalam rumah tangga

b. Saling menghargai kelebihan dan kekurangan antara suami istri

c. Saling menghormati satu sama lain

Insyaallah jika sudah menerapkan ketiga hal. Tersebut rumah tangga akan tentram. Jadi
kesimpulannya Beliau tidak setuju dengan adanya pemerkosaan suami terhadap istri, karena
suda teriksd akad dan berjanji Tetapi kalau pemaksaan saya masih setuju, jikalau ada pemaksaan
dari suami kepada istri, berarti sang suami kurang paham dengan hukum agama, maka disini
harus jeli-jeli nya seorang ibu yang mempunyai anak perempuan untuk mengiyakan atau tidak
pilihan dari anaknya tersebut.

Narasumber 2 :

a. Diawal tidak langsung berhubungan

b. Pemanasan, Sang suami harus merayu terlebih dahulu, dengan kata-kata ataupun tindakan,
agar terjalin kenyamaan.

Anda mungkin juga menyukai