Anda di halaman 1dari 16

DESAIN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negri 4 Jatinangor


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi : Cerita Pendek
Kelas /Semester : IX / Ganjil
Waktu : 90 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mencermati masing- masing judul teks cerpen yang dibaca/didengar, siswa dapat
menentukan unsur-unsur teks cerpen dengan cermat.

B. Metoda, Media Pembelajaran dan Sumber Belajar


Model : Discovery Learning
Metode : Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
Media : Laptop, power point, spidol, papan tulis, youtube.
Sumber Belajar : Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX
You Tube https://www.youtube.com/watch?v=HyNdUO77cvs
C. Kegiatan Pembelajaran

Problem/Isu Prediksi respon siswa Antisipasi/bantuan guru Waktu


Pengkondisian:
 Asalamualaikum, apa Waalaikumsalam, Alhamd Semoga kalian tetap 5
kabar hari ini? ulillah, luar biasa, Allahu semangat untuk terus mau menit
Akbar. belajar dan menggali
 Siapa yang tidak hadir hari Hadir semua bu imformasi yang berguna
ini ? untuk bekal kehidupan
kalian di hari ini dan hari
yang akan dating.
Dipertemuan hari ini Iya Siap , Bu Tolong diingatkan
kelompoknya kita akan belajar temannya supaya tidak
mengenai Cerpen. Kita akan buka WA.
membagi kelas ini menjadi 6 Yang mengeluarkan
kelompok yang terdiri dari pendapat bukan hanya
laki-laki dan perempuan dan ketua kelompok,tetapi
seluruh anggota kelompok semuanya terlibat dalam
terlibat dalam pembelajaran. belajar mengeluarkan
pendapat.

Aktivitas 1. Untuk mengetahui tentang 15


Ada yang tau apa itu cepen? Cerpen, mari kita menit
menyimak tayangan video
dari link youtube
https://www.youtube.com/wat
ch?v=HyNdUO77cvs

Terimakasih kalian sudah


menyimak tayangan video

Aktivitas 2.
Setelah kita menyimak vidio Paham bu, cepen adalah Untuk memperjelas materi 10
tersebut, apakah kalian sudah cerita yang singkat dari video mari kita menit
paham apa itu cerpen? mengenai suatu hal bisa mencari tahu unsur apa
mengenai sosial dan saja yang adalam cerpen
sebagainya yang yang tadi kita simak.
mengandung sebuah pesan
bermanfaat seperti yang Guru menjelaskan
sudah tadi dilihat bu. mengenai unsur-unsur
cerpen
Aktivitas ke 3
Setiap kelompok dibagikan Setiap kelompok mulai Guru menyuruh siswa 30
cerpen yang berbeda, melihat dan membaca melaporkan hasil kerja Menit
kemudian diberikan tugas cerpen yang sudah kelompok siswa dan guru
untuk mencari unsur-unsur dibagikan, kemdian mulai memberikan apresiasi
intrinsik cepen. mencari unsur-unsur kepada peserta didik yang
intrinsik dari cerpen yang aktif dalam kegiatan
sudah diberikan kelompok

Guru meminta peserta didik Perwakilan dari setiap Guru menyuruh siswa
untuk mempresentasikan hasil kelompok maju untuk untuk menyimak cerpen
dari tugas yang diberikan membacakan cerpen dan yang dibacakan kelompok 25
mempresetasikan hasil lain, kemudian ikut menit
kerja kelompoknya. mencari unsur-unsur
intrinsiknya
Penutup:
Baik anak-anak, untuk Saya bu, jadi cerpen Dari materi yang telah di 5 menit
pembelajaran hari ini apa yang memiliki enam unsur pelajari menganai unsur-
kalian dapatkan dari intrinsik, yaitu tema, alur, unsur instrinsik cerpen
pembelajaran cerpen? penokohan, amanat, latar, ternyata kalian sudah
dan sudut pandang memahaminya.
Kelian hebat!
Bagai mana pendapat kalian Menyenangkan
tentang pelajaran hari ini?
Apa menyenangkan?
Kita tutup saja pelajaran untk Waalaikmsalam wr.wb Dengan membaca kita
hari ini, Wassalamalaikum akan mengenal dunia,
wr.wb dengan menulis kita akan
dikenal dunia. Maka
dengan belajar bahasa
Indonesia kita bisa
mendapakan keduanya.
Kriteria Penilaian
1. Penilaian Sikap
a. Teknik Penilaian : Penilaian sikap saat diskusi
b. Kisi-kisi :
No Nama Siswa Rasa Ingin Tahu Kerja sama Santun Komunikasi Keterangan

Kolom aspek perilaku diisi dengan angka sesuai dengan kriteria berikut:
4 = sangat baik 2 = cukup
3 = baik 1 = kurang

2. Penilaian Pengetahuan
Bila jawaban sangat sempurna di beri sekor 4
Bila jawaban sempurna di beri sekor 3
Bila jawaban kurang sempurna di beri sekor 2
Bila jawaban tidak sempuna di beri sekor
× nilai ideal (misalnya 100)
Jumlah perolehan skor : Nilai =..........
jumlah skor maksimal

3. Penilaian Keterampilan
Kriteria Keterampilan Rata-Rata
No Nama
Penguasaan materi Keaktifan Ketepatan jawaban Nilai

Kolom aspek keterampilan diisi dengan angka sesuai dengan kriteria berikut:
4 = sangat baik 2 = cukup
3 = baik 1 = kurang

Jatinangor, ……………………
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Model

IDA NURIDALIYA, S.Pd, M.M.Pd. DIAH RODIAH, S.Pd.


NIP. 19640917 198703 2 007 NIP. 19840525 202221 2 003
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Nama :
Kelas :
Materi Pokok :
Tanggal :

Carilah unsur-unsur intrinsik dari cerpen yang telah kalian baca!


Tema :
Alur :
Latar :
Penokohan :
Sudut pandang :
Amanat :
JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Cerpen 1
Unsur Intrinsik Cerpen
1. Tema: Persahabatan.
2. Alur/Plot: Maju.
3. Setting: Rumah Dian, depan rumah, hari yang cerah, sinis.
4. Tokoh: Dian, Lisa Tyas, Bibi pembantu rumah.
5. Sudut Pandang: Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.
6. Amanat: Dalam menjalin pertemanan harus baik di depan dan tidak menjelek-jelekkan
temannya.

Cerpen 2
Unsur Intrinsik Cerpen Menemukan Dompet:
Tema Kehidupan Bersosial
Tokoh Angga dan Pak Handy
Alur Maju
Latar Trotoar, Rumah Pak Handy, Sedih, Bahagia
Sudut
Orang Pertama
Pandang
Kejujuran merupakan suatu sifat yang sangat mulia dan orang yang jujur akan
Amanat
memperoleh balasan tersendiri

Cerpen 3
Unsur Intrinsik Cerpen Belajar di Kala Pandemi
Tema : Pendidikan
Tokoh : Lina, Pak Yanto, Emak, Dira
Latar : ruang kelas, rumah Lina, rumah Dira, dan kantor desa
Penokohan : Lina (baik, semangat, pantang menyerah), Emak (sabar dan penyayang), Dira
(sombong dan pelit), Pak Yanto (baik dan tegas)
Alur cerita : Maju
Sudut pandang: Orang pertama karena ditandai dengan menggunakan kata ‘Aku’
Amanat : Meraih pendidikan dan mengikuti pembelajaran di sekolah harus tetap semangat di
kondisi apapun.

Cerpen 4
Unsur Intrinsik Cerpen Scrub Gula Pasir
Tema : Kecantikan
Tokoh : Keke & Rosa
Alur : Maju
Latar : Rumah
Sudut pandang: Orang kedua jamak
Amanat : Kalau memakai masker scrub gula itu tidak perlu berlebihan. Hal itu mencerminkan
kepribadian yang berlebihan (borors)

Cerpen 5
Unsur intrinsik cerpen Bangkit
Tema : Kehidupan/Jangan mudah putus asa
Latar waktu : Malam hari, dengan bukti “cahaya bulan malam ini”
Latar tempat : dipinggir jalan dengan bukti “aku terus duduk termenung di pinggir jalan”
Latar suasana : sunyi sepi dengan bukti “malam semakin sunyi”
Alur : Maju
Penokohan : Aku & Pria pemabuk
Sudut pandang : Orang pertama sebagai tokoh utama.
Amanat : Saat tokoh utama menyadari betapa berharganya hidupnya dengan segala
kelebihan yang dimiliki, sedang banyak orang di luar sana yang serba
kekurangan, Ketika pria pemabuk menolong tokoh utama yang sebenarnya
tak dikenali.

Cerpen 6
Unsur intrinsik cepen Bau Wangi di Pemakaman
Tema : Horor dan Komedi
Alur : Maju
Tokoh : Aku, Ibu, dan Abang pemilik warung
Latar : samping rumah, warung persimpangan jalan, dan kompleks pemakaman
Sudut pandang : orang pertama
Amanat : janganlah selalu berpikiran buruk terhadap suatu hal, berpikirlah yang baik
agar tetap terjadi kebaikan.
Lampiran

Cerpen 1

Baik Luar Dalam

Di suatu hari yang cerah, terdapat dua orang gadis bernama Dian dan Lisa yang tengah
mengerjakan tugas sekolah di rumahnya Dian. Mereka berdua mengerjakan tugas sekolah
dengan serius dan suasananya pun nampak hening.
Kemudian datanglah teman Dian yang bernama Tyas di depan rumahnya. Namu Dian
sendiri seolah tidak memperhatikan kehadiran Tyas tersebut.
“Dian, itu di depan rumah ada Tyas sedang nungguin kamu, buruan temui dia, kasian sudah
sejak tadi dia nungguin kita.” Ujar Lisa yang tengah mengerjakan tugas di rumah Dian.
“Bi, bilangin ke Tyas yang ada di depan rumah kalau aku sedang pergi atau bilang gak ada
gitu ya.” Pinta Dian kepada Bibi yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya.
“Baik non, Bibi sampaikan.” Jawab si Bibi.
“Eh Dian, kenapa kamu seperti itu sama Tyas? Padahal kan dia pastinya sudah datang jauh-
jauh, kenapa kamu usir, gak enak kan. Kasian dia, dia juga anak yang baik Yan.” Ujar Lisa
yang coba menasehati Dian.
“Kamu itu gak tau Tyas apa Lis, dari luarnya memang dia orang yang baik, ramah dan juga
manis.
Tetapi masa kamu hanya mengukur sifat dan sikap seseorang hanya dengan begitu saja, dia
itu hanya manis di luar tapi dalamnya pahit tahu.” Jawab Dian dengan sinis.
“Loh, pahit gimana maksudnya Yan?” Balas Lisa yang masih bingung dengan jawaban
Dian.
“Tahu gak sih kamu Lis, Tyas itu sering banget membicarakan keburukan orang lain.
Bahkan dia sering membicarakan keburukan teman sendiri di belakangnya. Pokoknya
banyak banget deh kalo harus jelasinnya.” Jawab Dian dengan setengah sinis.
“Dia itu beda banget sama kamu Lis, kamu itu judes, ceplas ceplos kalo ngomong sama aku,
tetapi setidaknya kamu mempunyai hati yang tulus Lis, bukannya sahabat yang baik di
luarnya saja tapi dalamnya busuk.
Dalam menjalin pertemanan, aku tidak membutuhkan tampilan luar dari seseorang Lis” Jelas
Dian panjang lebar kepada Lisa.
Cerpen 2

 Menemukan Dompet
Selama berbulan-bulan ini aq bingung mencari kerja. Berkas lamaran kerja yang sudah aku
masukkan ke beberapa perusahaan masih belum ada jawaban.
Hari-hariku terasa hambar, tiap hari hanya luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku kebingungan,
mau mencoba usaha, tetapi modal belum ada.
Pada suatu hari yang cerah, aku janjian dengan teman lamaku untuk menceritakan permasalahanku
ini.
Ketika aku sedang dalam perjalanan ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet berwarna
hitam di samping jalan, tepatnya di trotoar.
Karena penasaran, aku pun memastikannya dan ternyata memang benar sebuah dompet berwarna
hitam. Kemudian aku pun membuka isi dari dompet itu.
Alangkah terkejutnya diriku mendapati dompet tersebut berisikan SIM, KTP, surat-surat penting,
kartu ATM, kartu kredit serta sejumlah uang yang lumayan banyak. “Wah rejeki nomplok nih.”
Ujarku dalam hati.
Akan tetapi aku berubah pikiran dan berinisiatif untuk mengantarkan dompet itu ke pemilik dalam
KTP tersebut. Setelah itu aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku dan menceritakan
semua problem masalahku.
Setelah urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat menuju alamat dalam KTP tersebut
untuk mengembalikan dompet.
Aku pun mencari-cari alamat serta nama dari pemilik dompet sesuai dengan KTP.
Setelah sampai dengan alamat yang dimaksud dalam KTP aku pun memberanikan diri untuk masku
dan bertanya ke dalam. “Permisi pak, mau nanya. Apa benar ini rumahnya pak Handy?” Tanyaku
pada orang di halaman rumah itu.
“Iya benar mas, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Jawab tukang kebun dan ditimpali
pertanyaan buatku
“Oh perkenalkan, saya Angga, saya ingin bertemu dengan bapak Handy, ada urusan yang sangat
penting dengan beliau” Jawabku setelah memperkenalkan diri.
Kebetulan sekali ternyata pak Handy ada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam rumah.
Lalu aku pun duduk sambil sedikit kagum dengan keindahan rumahnya.
Kemudian aku mengatakan maksud dan tujuanku sambil menyerahkan dompet yang aku temukan di
jalan, lengkap dengan isinya.
Karena penasaran denganku beliau pun bertanya: “Kamu tinggal dimana nak? Lalu kerja dimana?”
“Saya tinggal di komplek Sido Makmur pak dan kebetulan saya masih menganggur. Masih
menunggu panggilan kerja tetapi sudah beberapa bulan gak ada kabar pak. Jawabku dengan jujur.
“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya pak Handy kepadaku
“S1 jurusan Manajemen Bisnis Syariah pak” Jawabku.
“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya nak, kebetulan perusahaan sedang
membutuhkan staff administrasi. Ini kartu nama saya, jika tertarik besok datang saja ke kantor dan
bilang kalo saya yang nyuruh” Jawab Pak Handy
“Wah beneran ini pak?” Tanyaku yang seakan masih tidak percaya.
“Iya nak, saya sangat membutuhkan karyawan yang jujur dan juga penuh dedikasi seperti kamu,
kalau kamu mau pasti uang dalam dompet saya sudah kamu ambil lalu tinggal buang dompetnya.
Tetapi kamu lebih memilih mengembalikannya kepadaku”. Pungkas pak handy.
“Kalau begitu terima kasih banyak pak, kalau begitu besok saya akan datang ke perusahaan bapak
dan menyiapkan surat-surat lamarannya.” Jawabku dengan haru.
Aku pun pamit pulang untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak
percaya dan yakin kalau ini merupakan suatu keajaiban.
Cerpen 3

Belajar Dikala Pandemi


Aku duduk tak berdaya seperti kehabisan tenaga. Pak Yanto, wali kelasku memberitahukan dengan
tegas bahwa pembelajaran harus dilaksanakan di rumah. Itu berarti, seluruh aktivitas sekolah akan
dihentikan sementara. Namun, entah sampai kapan.
Semua ini terjadi gara-gara virus yang hadir di wilayah kami. Untuk menghentikan penyebaran
virus tersebut, terpaksa sekolah harus dihentikan dan melakukan pembelajaran jarak jauh.
Tetapi, baru hari ketiga pembelajaran terhambat. Aku dan teman-temanku yang memiliki
keterbatasan ekonomi harus susah payah membeli kuota dan gadget. Karena pembelajaran
dilakukan melalui laptop ataupun smartphone yang membutuhkan internet.
“Mak, boleh nggak beliin aku hp yang lebih bagus?” pintaku ke Emak, meskipun aku tak tega
karena hasil jualan tempe di pasar hanya cukup untuk sehari-hari.
“Nanti ya Lina, Emak nabung dulu,” jawab Emak pelan.
Aku hanya sesekali bisa mengikuti pembelajaran lewat handphone yang sudah usang. Terkadang
aku tidak bisa mengikuti video pembelajaran. Aku mencari cara agar aku tetap bisa mengikuti
pelajaran. Lalu aku teringat dengan Dira. Teman sekelasku yang pintar dan kaya, kebetulan
rumahnya pun dekat dengan rumahku. Tetapi, ketika aku mengetuk pintu rumahnya, ia dengan
sombong seperti mengusirku.
“Kamu mau numpang belajar Lin?”
“Iyah Dir boleh nggak ngeliat di laptop kamu? Kita bareng-bareng gitu belajarnya.”
“Hmm gimana ya, tapi aku mau ke rumah nenekku sekarang..” ujar dia pelan dan aku mengetahui
bahwa ia hanya mencari-cari alasan.
“Oh gitu, iya gapapa Dira. Hati-hati ke rumah neneknya ya,” aku langsung berbalik badan dan
kudengar ia pun langsung menutup pintu rumah.
Untunglah satu minggu sesudahnya kantor desa menyediakan laptop dan wifi gratis. Aku bisa
menggunakannya sesuai dengan jam pelajaran. Kutemui juga teman-temanku yang bernasib sama di
kantor desa. Aku dan mereka semangat mengikuti pelajaran meskipun dalam kondisi seperti ini.
Cerpen 4

Scrub Gula Pasir


Hampir setiap hari Lisa berangkat sekolah bersama Ika sahabatnya. Mereka berdua berteman sejak
lama. Pada suatu hari, Lisa bertanya kepada sahabatnya Ika.
“Lis, menurutmu Hendra sukanya dengan cewek yang bagaimana sih?” Tanya Ika disuatu pagi.
Lisa pun menjawab sambil menampakkan senyumannya. “Gimana ya? Seingatku sih Hendra
sukanya dengan cewek yang lebih alami, natural gitulah. Gak muluk-muluk banget kok”
“Wah, kalau begitu dia gak suka dengan cewek yang suka dandan dong?” Sahut Ika dengan penuh
semangat.
“Kira-kira begitu sih.” Jawab Lisa dengan agak malas-malasan.
“Em…, lalu gimana dong caranya biar wajah tetap cantik meski tanpa make up tebal?” Tanya Ika
yang masih penasaran.
Lisa pun menjawab: “Coba aja Ka pakai masker bengkoang serta scrub gula pasir biar bibir makin
merah merona.”
“Beneran Lis, Ide bagus tuh kayaknya, ntar malem bisa dicoba itu” Jawab Ika dengan semangat.
Malam harinya, Ika pun mencoba tips yang diberikan sahabatnya Lisa. Ika sangat senang karena
wajahnya mulai tampak cerah dan berseri-seri. Jerawat yang sebelumnya tampak jelas pun mulai
hilang.
Tak lupa, tiap malam Ika menggunakan scrub gula pasir di bibirnya. Ika melakukan semua ini
karena satu minggu lagi di sekolah akan ada acara pensi. Pada saat acara, Ika pasti akan bertemu
Hendra dan Ika berusaha tampil secantik mungkin.
Pagi harinya pada waktu berangkat sekolah, Ika bertemu dengan sahabatnya Lisa. 
“Loh Ka, bibirmu kenapa? Kok seksi banget sampe bonyok-bonyok gitu, hahahah” Sambut Lisa
saat bertemu dengan Ika.
“seksi banget kan Lis bibirku, ini karena efek scrub gula pasir yang aku pakai tiap malam. Bibirku
jadi digigit semut sampai kaya gini” Jawab Ika dengan wajah cemberut dan tanpa rasa dosa.
“Oh My God” Sahut Lisan heran dengan sahabat karibnya ini.
Cerpen 5
Bangkit
Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip memamerkan keindahannya. Aku
berjalan menyusuri sebuah lorong nan sepi, tak ada satu orang pun disana. Hatiku terasa sepi dan
gundah dengan segala kekacauan yang terjadi hari ini. Sebuah hari dimana seharusnya kebahagiaan
ku dapati.
Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru menimpaku bertubi-tubi, konflik dengan orang tua karena
ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang terpaksa gagal, hadiah sepeda motor yang gagal ku
dapat, adik yang menyebalkan dan sorak sorai teman-teman merayakan kelulusannya.
Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku. Hingga indahnya malam ini seakan tak mampu
membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai mengalir di pipiku dan perlahan ku usap.
Ya, sakit memang putus cinta. Rasanya beberapa menit lalu kata-kata terakhirnya masih bisa
kurasakan merobek-robek hatiku “sudah sana… pergilah jika itu yang kamu inginkan! Kamu kira
aku tak bisa menemukan yang lebih baik darimu.
Semoga kamu tak menyesali keputusanmu yang telah menyia-nyiakan cinta suciku!” kutipan pesan
yang masuk ke ponselku.
Beberapa telephone masuk pun sengaja ku tolak karena sudah begitu muaknya. Air mata terus
mengalir di pipiku diikuti dengan sakit kepala yang mulai terasa. Seakan tak mampu bangkit, aku
terus duduk termenung di pinggir jalan.
“Halo mba.. lagi sedih banget nih kayanya, bisa bagi uangnya dong” ucap seorang pemuda yang
sedang mabuk menghampiriku.
Karena tak meresponnya, pemuda itupun pengancamku dengan sebilah pisau lipat yang dikeluarkan
dari saku celana jeansnya. Tanpa berfikir panjang, ku ambil tas di sebelahku dan kuserahkan semua
uang yang ku miliki.
“Ambil semua ini dan pergilah menjauh!”
Kembali ku susuri jalan hingga sampailah ke sebuah jembatan tua dengan jurang tinggi di
bawahnya. Kakiku mulai melangkah maju dan ku angkat kaki kananku.
Selangkah lagi tubuhku akan jatuh ke dalam jurang, semua kekacauan di hatiku seakan
menghilangkan rasa takutku terhadap ketinggian.
Namun tiba-tiba seseorang menarik bajuku. Ternyata pria pemabuk tadilah yang menarikku
menjauh dari pinggir jembatan.
“Kenapa kamu lakukan ini, kenapa kamu menolongku?!”
Tanpa berkata apa-apa ia pergi meninggalkanku lalu ku kejar dia. Setelah beberapa saat ia baru
mulai berbicara.
“Aku sangat membenci orang-orang lemah sepertimu. Maaf jika aku menarikmu” ucapnya sembari
menatapku tajam dan menjulurkan tangannya. Kaget bukan main ku lihat tangannya yang ternyata
sisa 2 jari saja.
“Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya kehidupan di jalan. Jariku yang lain hilang dipotong preman
karena persaingan.” Karena tak ku sabut jabatan tangannya, ia pun meletakkan kembali tangannya
dan melanjutkan ceritanya.
“Maaf ku ambil tasmu, sudah 3 hari aku tak makan. Biasanya aku makan dari sisa makanan di tong
sampah. Namun karena hujan deras kemarin, semua makanan yang ku anggap masih layak sudah
berubah membusuk.”
Memang jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Sembari menahan aroma alkohol yang begitu
menyengat dari mulutnya, ku berikan kembali tasku padanya. “Ambilah ini, mungkin kamu lebih
membutuhkannya.”
Dari percakapan singkat dengannya, hatiku mulai kembali kuat. Tak bisa kubayangkan jika aku
yang berada di posisinya.
Ya meskipun hidupku selalu kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di hati. Pria yang
selama ini ku perjuangkan namun ternyata selalu membuatku kecewa pun seakan tak lagi
membebaniku.
“Pulanglah, masih banyak yang menanti kepulanganmu!” ucapnya sembari beranjak menjauh
dariku.
Malam semakin sunyi, ku susuri jalan ke arah rumah. Ketika sampai di persimpangan jalan, ku
dapati kekasihku berdiri dengan segenggam bunga di tangannya.
3 orang yang ku kenal juga berdiri menantiku, ya kedua orang tua dan adikku pun ikut mencariku.
“Maaf sayang, aku telah banyak mengecewakanmu dan salah menilaimu” pelukan erat mendarat di
badanku. Tak kuasa menahan tangis haru, ku peluk balik kekasihku.
Beberapa saat berlalu ia kemudian menyerahkan bunga di tangannya dan sebuah buku kecil yang
ternyata diary ku.
Di buku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa banggaku pada sosok pria yang sedang
menggenggam erat tanganku ini.
Di balik sana, keluargaku tersenyum melihatku kembali. Kami pun masuk ke mobil dan pergi ke
mall untuk merayakan ulang tahunku. Ya meskipun hadiah motor tetap tak kudapat karena aku
gagal lulus ujian.
Cerpen 6
Bau wangi di Pemakaman
Sore itu selasai sholat Ashar aku  ingin bersepeda keliling kampung menikmati
pemandangan yang indah dan asri, sekalian mau  membeli sabun mandi  yang  ibu pesan di
warung  persimpangan jalan dekat kampung sebelah yang menjual berbagai barang kebutuhan
rumah tangga. Aku bergegas mengambil sepeda yang terparkir di samping rumah, setelah
berpamitan dengan ibu aku berangkat dan mengkayuh sepedaku dengan santai.
Pemandangan di kampungku yang sunggu indah masih sangat alami,asri dan jauh dari
kebisingan kota dan limbah pabri. Kampung ku ini terletak di kecamatan Enok, Indragiri hilir, Riau
yang masih kental dengan masyarakat paguyubannya, rasa kekeluargaan, keakraban dan solidaritas
masih terlihat, aku bangga dengan kampungku ini.
 Yaa.. walaupun aku  dan anak-anak yang lain tinggal di Enok, anak kampung tapi kami
tidak kampungan, contohnya saja kami masih bisa browsing, chatt, dan sabagainya seperti anak
modern yang lainnya, yaa.. tidak ketinggalan zaman lah hehe.
Asyik bersepeda sambil bersenandung tidak terasa aku sampai di persimpangan jalan depan
warung yang terletak tak jauh dari kampung sebelah, aku langsung memarkir sepeda dan masuk ke
warung. “ Bang, ada jual sabun mandi?” Tanya ku dengan abang penjual yang duduk di depan
warungnya. “ ada, masuk lah, pilih saja.” Setelah bertanya aku langsung masuk dan mencari sabun
sesuai merk yang ibuku pesan.
Setelah mandapat sabun yang di cari  aku langsung membayarnya, dan kembali menuju
tempat sepada ku parkir, ku lirik jam tangan menunjuk pukul 04.25 wib, aku bergegas  menaikinnya
dan mengkayuh sepeda meninggalkan warung persimpangan jalan itu, ku percepat kayuhanku
karena waktu yang aku tempuh dari kampungku ke persimpangan jalan memakan waktu setengah
jam, jadi aku harus sampai ke rumah sebelum jam lima.
Angin bertiup kencang dan dingin sekali, dari persimpangan jalan ke kampungku harus
melalui kompleks pemakaman umum yang tak jauh dari jalan karena tidak ada jalan lain yang
dilalui. Setelah ku lalui kompleks pemakaman aku mecium bau wangin yang sangat tajam kontak
bulu kudukku merinding, ku percepat kayuhanku semakin ku percepat bau wangi itu semakin
menyengat. “Aduuuuhh.. jangan-jangan… “ Telintas di benakku kalau sore ini memang sore jumat,
kata orang dulu kalau jumat memang keramat.
Ku alihkan pikiranku “Ah..mungkin hanya bau bunga yang ada di pemakaman”. Tapi,
perasaan ku semakin menjadi setelah aku ingat kemarin sore memang ada orang meninggal dengan
mengenaskan dan di makamkan di kompleks itu, perasaanku semakin manjadi tidak karuan dan
seolah bau wangi itu selalu mengikutiku, semakin ku percepat kayuhan sepedaku bau itu semakin
menyengat. Dengan laju aku membawa sepeda semua di depanku aku langgar, lobang, becek,
ilalang tajam tidak ku hiraukan yang terpeting sekarang aku sampai rumah secepatnya, sambil ngos-
ngosan aku masuk ke pekarang rumah dan langsung menghambur, ku parkir sepeda dan langsung
masuk ke dalam rumah, ibu yang melihat gelagakku langsung bertannya “Ada apa? Kaya di kejar
setan saja?”. Dan aku langsung menceritakan semua kejadian di pemakaman, kalau ada bau wangi
dan ada yang mengikutiku. “Ah, itu mungkin Cuma perasaan mu saja, oh iya.. mana sabun mandi
yang ibu pesan tadi?” aku baru ingat sabun mandi yang ibu pesan ketinggalan di sepeda, dan aku
bergegas mengambilnya di parkiran,  mengambil sabun dan menyerahkan keibu, sebelum ku
serahkan kucium bau sabun itu dan ternyata begitu malunya dan gelihatinya aku membayangkan
ternyata bau wangi yang aku cium tadi di pemakaman ternyata adalah bau sabun ini yang aku beli di
warung persimpangan jalan tadi. Ooohhh.. ternyata….setelah sabun itu ku berikan ke ibu dengan
malu ku ceritakan dengan ibu “Bu, ternyata bau wangi di pemakaman tadi adalah sabun ini” sambil
menunjuk sabun mandi itu, “Hahaha..kamu ini, makanya jangan langsung berpikiran horror, ya
sudah kamu ambil handuk dan segera mandi, ini sabun nya.” Dan aku langsung menuju kamar dan
mengambil handuk dan mandi.

Anda mungkin juga menyukai