Anda di halaman 1dari 9

RENCANA PELAKSANANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 17 Cirebon

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semeter : IX / Ganjil

Materi Pokok : Menelaah Struktur dan Aspek Kebahasaan Cerita Pendek

Alokasi Waktu : 2x40 menit (2 jam)

A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa mampu mengetahui ciri-ciri struktur teks cerita pendek melalui paragrap cerita
pendek yang dibaca atau didengar.
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar.
C. Kompetensi Inti
- Menelaah struktur teks narasi (cerpen)
- Ciri-ciri kebahasaan teks narasi
D. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
Media : Main maping
Sumber Belajar : Buku Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX Kemendikbud Tahun 2018,
Internet, youtube.
E. Metode Pembelajaran
Metode : Pengamatan, tanya jawab, diskusi, penugasan
F. Materi Pembelajaran
Struktur Teks Cerita Pendek
1. Abstrak
Abstrak adalah inti cerita yang dikembangkan menjadi rangkaian kejadian dalam
cerpen atau bagian awal cerita
2. Orientasi
Pengenalan tokoh, latar waktu dan alur cerita
3. Komplikasi
Komplikasi adalah rangkaian kejadian dalam cerpen menjadi sebab akibat
permasalahan atau pengenalan konflik
4. Evaluasi
Evaluasi berisi konflik cerita yang berujung pada puncak masalah.
5. Resolusi
Penyelesaian masalah /konflik mulai terpecahkan satu persatu
6. Koda
Berisi nilai pelajaran/pesan moral cerita
Kaedah Kebahasaan Cerpen
1. Kata Sifat
- Kata sifat terbagi menjadi beberapa jenis. Mendeskripsikan sifat, karakter, atau
keadaan : Sehat, cantik, gaduh.
- Menjelaskan warna : merah, kuning, hijau
- Menjelaskan ukuran : tebal, besar, kecil
- Menjelaskan jarak : hamper, jauh
- Menjelaskan waktu : lama, lekas
- Menjelaskan perasaan : malu, gembira
- Menjelaskan cara : lincah, lambat, gesit
2. Kalimat Ekspresif dan Kalimat Deskriptif
- Kalimat ekspresif adalah kalimat yang mengekspresikan si tokoh dalam cerita
“ wah, betapa terharunya aku saat menghafal alquran dengan cepat”
mengekspresikan bangga, senang.
“ uhh…. menyebalkan sekali, seharusnya aku tidak mendapatkan nilai nol jika
semalam aku belajar”mengekspresikan marah, kesal.
- Kalimat deskriptif adalah kalimat yang menggambarkan sesuatu seolah-olah si
pembaca berada dalam cerita tersebut. Mengajak pembaca untuk membayangkan
isi cerita.
Wajahnya yang kecil terlihat lebih segar dan merona saat ia mengambil air
wudhu. Ohh Ketika mengambil air wudu wajahnya terlihat merona dan segar.
Halia menunjukan pemandangan sekitar desanya yang indah. Bisa jadi ada
pepohonan, sawah atau yang lainya.
3. Majas
- Perbandingan : Metafora, personifikasi, hiperbola
- Penegasan : Litotes
- Pertentangan : Retorika
- Sindiran : Ironi
G. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahulua  Mengkondisikan kelas 10
n - Guru memberi salam, berdoa dan menanyakan Menit
kabar kepada siswa.
- Guru mengabsen kehadiran siswa sebagai sikap
disiplin
 Apersepsi
- Guru mengulas kembali materi sebelumnya yang
sudah diiberikan melalui tanya jawab
- Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari, dan
kompetensi yang akan dicapai oleh siswa
 Motivasi
Guru memberikan motivasi dan semangat kepada siswa
sebelum pembelajaran

Inti  Eksplorasi 60
- Guru menjelaskan materi tentang struktur cerpen Menit
dan kaedah kebahasaan teks cerpen
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
- Guru meminta siswa untuk mencatat materi yang
sudah diberikan dengan membuat maind maping di
buku tulisnya.
- Guru meminta siswa untuk membentuk 6
kelompok
- Guru membagikan teks cerpen kepada masing-
masing kelompok
- Guru meminta setiap kelompok berdiskusi untuk
menelaah struktur cerpen yang sudah dibagikan
pada masing-masing kelompok
- Guru meminta perwakilan masing masing
kelompok maju untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
Penutup  Guru dan siswa membuat rangkuman/simpulan hasil 10
pembelajarran dan membuat refleksi materi yang telah Menit
dipelajari
 Guru mengucapkan terimakasih kepada siswa yang
sudah aktif dalam pembelajaran
 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam penutup

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


- Penilaian Pengetahuan berupa tes tertulis tes lisan/observasi terhadap diskusi tanya
jawab dan percakapan serta penugasan.
- Penilaian Keterampilan berupa penilaian untuk kerja kelompok.
I. Soal Evaluasi
Bacalah teks cerpen berikut, kemudian tentukan struktur cerpen tersebut !

Abu Ibu
Karangam: Amek Barli

Aku melamun di pinggir jendela kamar sembari mengingat peristiwa yang telah membuat
kehidupanku menjadi kelam, gelap, tenggelam, hingga karam. Melihat anak-anak kecil mungil
sedang bermanja-manja dengan ibunya, aku sempat merasa ngilu. Apalagi ada sesosok ayah
yang menyelimuti kehangatan bermanja anak kecil itu. Aku semakin ngilu. Usiaku akan beranjak
17 tahun: dalam hitungan beberapa hari lagi. Namun, itu tidak membuatku bahagia. Saat tiba hari
itu, tidak ada kebahagiaan kalau meniup lilin hari lahir hanya sendiri. Cuma sendiri: noktah.

Aku anak semata wayang di keluargaku. Kehidupan penuh tawa seperti dulu tidak pernah
ku rasakan lagi. Dan sampai detik ini pun aku menjalani kehidupan hanya sebatang kara.
Keluargaku telah memiliki kehidupannya sendiri. Begitu pula aku. Ayah pergi meninggalkanku
sudah dari sepuluh tahun silam, sejak terlibat sebuah peristiwa mengerikan itu. Peristiwa yang
menimpa ibuku. Dan ibu? Aku tidak ingin orang-orang tahu tentang ibu. Sebab itu akan
menambah penderitaan luka yang saat ini aku alami. Luka yang sangat mendalam hingga hidup
menjadi kelam. Tenggelam hingga karam. Aku hanya bisa bengong melihat orang yang paling
mencintai dan menyayangiku, meringis kesakitan dalam selimut panas, tanpa seorang pun yang
mampu menolongnya.

Sempat dipaksa menjawab perihal ibu. Awalnya aku tidak dapat mengeluarkan sepatah
kata pun untuk menjawab atas pertanyaan perihal ibu. Tetapi, entah kekuatan dari mana sehingga
aku mampu menjawab. Meskipun, aku hanya menjawabnya dengan berkata, "Ibu ada di hatiku."
Sontak orang-orang menampakkan wajah heran mendengar jawaban itu. Terlebih, dia yang baru
mengenalku. Aku masih dalam lamunan di pinggir jendela kamar. Entah mengapa tanpa
menyadarinya, tetesan air membasahi pipi. Peristiwa itu sungguh membuat aku terluka,
tenggelam dalam kesunyian. Sampai tidak terasa senja telah sempurna hilang.

Ayah bertengkar hebat dengan ibu. Terlihat beberapa jerigen berisi bensin di dekat ayah.

"Jangan berdiri di situ, pergi sana! Kalau tidak, akan ku siram juga kau dengan bensin ini.
Pergi sana, masuk kamar!" Bentak ayahku.

Wajah pucat, tubuh bergetar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, tak beranjak dari tempat
semula, dan hanya mematung di sudut pintu kamarku ketika dibentak. Spontan ayah membuka
jerigen yang berisi bensin yang berada di dekatnya, lalu menyiramnya ke sekujur tubuh ibu. Aku
masih mematung di sudut pintu kamarku.

Pertengkaran mereka sering terjadi. Mungkin pertengkaran sore itu adalah puncaknya.
Apa permasalahannya, hanya mereka yang tahu. Kepolosan masa kecil, menjadikan aku hanya
sebagai penonton atas pertengkaran mereka. Di depanku melalui kedua mata ini, aku
menyaksikan peristiwa tragis itu. Sekujur tubuh ibu sudah basah kuyup dengan bensin. Melihat
tingkahnya, aku termangu, bisu. Pandanganku kosong. Secara berkelebat, ayah menghidupkan
korek api, lalu melemparnya ke tubuh ibu yang telah disirami bensin. Tubuh ibu terbakar,
gosong.

"Tolong... tolong! Panas!" Teriak ibu.

Teriakan ibu menjadi sia-sia, karena suasana sekitar rumah sangat sunyi dan rumah kami
yang berada di desa terpencil menyebabkan tidak ada yang datang menolong. Aku masih
termangu di sudut pintu kamarku. Ayah bergegas pergi entah ke mana, ekspresi panik terpancar
di wajahnya setelah apa yang telah dilakukannya pada ibu. Aku berlari mengejar ayah. Namun,
langkah kaki ayah lebih cepat dariku. Aku menjadi sangat bodoh, terkunci di dalam rumah
bersama ibu yang berteriak kepanasan karena kobaran api membakarnya. Sempat aku mencoba
menyiram air yang ku ambil dari kamar mandi dengan maksud memadamkan api. Tapi yang aku
lakukan itu hanya sia-sia. Api tak kunjung padam. Pelan-pelan tubuh ibu habis tidak berbentuk
lagi, api semakin besar melalap tubuhnya, melalap kamar kami, melalap semuanya sampai tak
bersisa apa-apa lagi.

Senja telah terbaring ditiduri malam tanpa perlawanan. Aku masih di pinggir jendela
kamar. Suara anak-anak yang sedang bermanja-manja tadi pun telah sirna. Kini, aku
memandangi langit dengan tatapan tak berisi, kosong. Malam terlihat akan menangis. Mendung.
Begitu pula aku yang sejak sore tadi menangis mengenang ibu. Sampai-sampai bibi pengasuh
memanggil untuk makan malam pun tak ku hiraukan. Aku memang tinggal sebatang kara setelah
ibu dan ayah pergi dari kehidupanku. Hidupku terkatung-katung. Sampai-sampai aku berniat
untuk memanggil malaikat maut untuk menjemputku. Tetapi niat itu gagal, ketika ada seorang
perempuan paruh baya yang sederhana dan baik hati mau membawa dan merawatku di
rumahnya. Aku memanggilnya bibi.
"Nak, ayo makan malam dulu. Sudah dari tadi kamu berdiri di jendela itu. Apa tidak cape
kamu berdiri terus. Bibi sudah siapkan makan malam. Makan dulu, Nak!" Perintah bibi.
Berulang kali dengan kata-kata yang sama bibi memanggil, tidak aku hiraukan. Bibi
menghampiriku dan membuyarkan lamunanku.

"Iya, Bi. Sebentar lagi. Bibi duluan saja, nanti aku nyusul." Sahutku.

"Baiklah, Nak."

Ulang tahun ketujuh belas katanya adalah momen yang sangat istimewa. Bagiku itu
hanya sebatas kata-kata saja, sebatas angka-angka. Tidak ada yang istimewa di hari ulang tahun
keberapa pun. Tapi, ya sudahlah, karena takdir Tuhan itulah yang terbaik. Aku merasa sendiri
menyambut hari lahirku. Tidak ada ibu, tidak ada ayah. Hanya ada bibi yang memberikan kue
ulang tahun.

"Nak, selamat ulang tahun. Jangan bersedih lagi. Kini usiamu sudah beranjak dewasa.
Kamu akan menjadi pemimpin. Kelak." Ucap bibi.

"Terima kasih, Bi."

Lilin dihidupkan. Api menyala. Aku trauma melihat api. Spontan, aku menjauh dari kue
ulang tahun itu. Bibi mencoba untuk menenangkan. Tapi, aku tetap berontak. Setelah beberapa
saat dan aku mulai sedikit tenang. Aku kembali bersedih, air mata mulai mengalir. Aku melihat
sumbu lilin yang telah menjadi abu. Kenangan menyedihkan saat melihat abu. Kenangan tentang
ibu.

Ibu yang menahan rasa sakit dari panasnya kobaran api hingga tubuhnya pun tidak
berbentuk lagi, menjadi abu. Aku teringat bahwa saat itu aku pernah mengambil abu milik ibu
dan menyimpannya di sebuah botol. Teringat itu, aku langsung mencari botol tersebut dan
meletakkannya di samping kue ulang tahun yang bibi bawakan tadi.

Aku merasa dengan adanya abu ini, ibu berada di sekitarku dan melihatku. Meskipun,
terasa sakit. Tapi dengan adanya abu ini, aku dapat merasakan kehadiran ibu. Ibu yang selalu
memanjakan, menyayangi, dan mengasihiku. Kini telah pergi untuk selamanya. Aku tidak ingin
larut dalam kesedihan ini. Setidaknya abu milik ibu ini telah mengobati sedikit banyak
kerinduanku terhadap ibu. Abu layaknya debu, abu milik ibu. "Nak, ayo tiup lilinnya. Sudah
lama kamu termenung seperti itu. Lilinnya sudah hampir habis itu, Nak!" Sahut bibi. Aku
terkejut. Lamunan buyar. Dan masih merindukan ibu. Aku masih mengenang ibu. Ibu yang
sudah dibakar ayah. Lamat-lamat di kepalaku berkitar ucapan paling lantang dari lelaki tua
pemarah yang konon ku panggil ayah.

"Kau pelihara anak haram itu? Bunuh dia atau kau akan ku bunuh!" Sekelebat kepalaku
dipenuhi abu. Mataku dipenuhi abu.

Jawaban :

1. Abstrak : Abstrak ada pada paragrap 1.


2. Orientasi : Orientasi ada pada paragrap 2 dan 3 .
3. Komplikasi : Komplikasi ada pada paragraph 4 dan 5.
4. Evaluasi : Evaluasi ada pada paragraph 6.
5. Resolusi : Resolusi ada pada paragraph 7, 8, 9, 10,
6. Koda : Koda ada pada paragraph akhir dan tersirat.
J. Rubrik Penilaian

No Aspek yang dinilai Rentang


skor
1 Siswa dapat menentukan abstrak dalam teks cerpen dengan tepat 20
2 Siswa dapat menentukan orientasi dalam teks cerpen dengan 10
tepat
3 Siswa dapat menentukan komplikasi dalam teks cerpen dengan 20
tepat
4 Siswa dapat menentukan evaluasi dalam teks cerpen dengan 10
tepat
5 Siswa dapat menentukan resolusi dalam teks cerpen dengan 20
tepat
6 Siswa dapat menemukan pesan ynag terkandung dalam teks 20
cerpen ddengan tepat
7 Siswa menentukan abstrak dalam teks cerpen dengan tidak tepat 0
8 Siswa menentukan orientasi dalam teks cerpen dengan tidak 0
tepat
9 Siswa menentukan komplikasi dalam teks cerpen dengan tidak 0
tepat
10 Siswa menentukan evaluasi dalam teks cerpen dengan tidak 0
tepat
11 Siswa menentukan resolusi dalam teks cerpen dengan tidak 0
tepat
12 Siswa menemukan pesan ynag terkandung dalam teks cerpen 0
ddengan tidak tepat

Mengetahui Cirebon, 18 September 2023


Guru Pamong Penulis

Een Akbariyanti, M. Pd Nur Anita


NIP196510101997032001

Anda mungkin juga menyukai