Anda di halaman 1dari 7

Akhlak dalam Berkeluarga

Al Usrah “Keluarga” menurut pengertian umum adalah sekelompok orang dalam


kelompok kecil yang terdiri dari suami, istri dan anak – anak. Sebuah keluarga terdiri dari
sepasang individu laki – laki dan perempuan yang keduanya memiliki perang yang sangat
penting dalam mewujudkan keluarga sejahtera, menata dan merawatnya dari berdiri hingga
akhir.

A.    Akhlak Terhadap Suami Istri

Pernikahan atau perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi
hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

‫ق لَ ُكم ِّم ۡن َأنفُ ِس ُكمۡ َأ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا ِإلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم ۚةً ِإ َّن فِي‬
َ َ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأ ۡن خَ ل‬
ٰ
٢١ َ‫ت لِّقَ ۡو ٖم يَتَفَ َّكرُون‬ ٖ َ‫ َذلِكَ أَل ٓ ٰي‬ 

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang.  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum [30]: 21)

Akhlak dalam pernikahan yang harus dilaksanakan adalah prinsip Pernikahan sebagai
bagian dari amal ibadah yang niatnya untuk menegakan keadilan. suami dinyatakan sebagai
pemimpin dalam rumah tangga, dan seorang pemimpin harus adil, adapun istri adalah ibu rumah
tangga yang harus taat dan patuh kepada suami dalam kebenaran.

1.      Akhlak Suami terhadap Istri

Suami harus membimbing dan mendidik keluarga dengan memberikan contoh yang baik,
agar kehidupannya dipenuhi oleh akhlak mulia. Al-qurannul karim mengungkapkan perintah
allah terhadap laki-laki untuk dapat melaksanakan kewajibannya terhadap istri-istrinya, para
ulama berusaha membatasi kewajiban suami dalam beberapa hal berikut
a.       Hak menggauli dengan baik

Setiap suami memperlakukan istrinya dengan lemah lembut dan mengasihinya hukumnya
wajib dan bersabar dalam segala sesuatu yang menyakiti hatinya hukumnya sunnah. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat An-Nisa ayat (19)
“ Dan bergaulah dengan mereka secara patut.“
Secara patut yang dimaksud adalah baik dalam berbicara, wajah yang berseri-seri,
menghibur dengan bersenda-gurau, dan mesra dalam berhubungan badan.
Dari masalah ini, para ulama berkata, “di sunnahkan bagi suami menghiasi dirinya untuk
menyenangkan istrinya, begitupun sebaliknya. Supaya istrinya tidak memandang dan tertarik
pada suami atau laki-laki lain,.

‫َأ ْك َم ُل‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ض َى هللاُ َع ْنهُ ق‬


َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ ِ‫ال َرس ُْو ُل هللا‬ ِ ‫َع ْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫حديث‬:‫ {رواه الترمذى وقال‬.‫ار ُك ْم ِخيَا ُر ُك ْم لِنِ َساِئ ِه ْم‬ ِ َ‫ َو ِخي‬،‫ْال ُمْئو ِمنِي َْن اِ ْي َمانً َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬
}‫حسن صحيح‬

Abu hurairah r,a mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“bagaimanapun sempurnanya iman orang yang beriman ialah yang bagus akhlaknya dan sebaik-
baik kamu wahai (suami) ialah yang terbaik untuk istri-istrimu.” (HR Imam Tirmidzi,
menurutnya ini hadist hasan shahih).

b.      Mengajari istri ulum ad din


Seorang suami akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dihadapannya sebab dia
yang menjadi pemimpin suatu rumah tangga. Seorang suami harus mengajarkan tentang ilmu
agama dan kewajiban istri terhadap keluarganya, tetangganya dan kerabatnya.
Jika suami tidak mampu maka ia harus bertanya pada ulama lalu menyampaikan pada
istrinya, jika ia tidak mau dan tidak mampu juga maka ia harus mengizinkan istrinya keluar
menuntut ilmu, jika ia tidak memberi izin maka wajib bagi istrinya untuk keluar dan menuntut
ilmu agama yang wajib diketahuinya dengan sepengetahuan semaunya. Bagi seorang suami
memerintahkannya adalah berbuat ma’ruf dan mencegahnya berbuat munkar.
Surat A- tahrim (6)
“Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu”

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan supaya menjaga diri dan keluarga kita dari
segala perbuatan yang mengakibatkan kita masuk kedalam neraka. Hal itu dapat dilakukan
dengan cara melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Suatu dosa
yang dilakukan oleh seorang istri, tetapi suaminya membiarkan dan meridhoinya maka ia pun
ikut bedosa.

c.       Adil dan Memberikan Rasa Cemburu


Sikap adil dan memberikan rasa cemburu (jika istrinya lebih dari satu) yang dimiliki
wanita. Orang yang tidak mempunyai rasa cemburu dinilai orang lain bahkan oleh agama tidak
memiliki sifat orang-orang yang beriman.

d.      Memberikan maskawin dan Nafkah


Al mahru ‘Maskawin’ merupakan hak murni seorang istri, tak ada orang lain yang berhak
atas barang tersebut.
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya” (QS. An-nissa:4).
Faktor dan sikap yang harus diperhatikan dalam pemberian nafkah ialah kesederhanaan
dan kehalalan dalam mencari nafkah agar berkah dan tidak akan menanggung dosa.
e.       Adil dalam membagi rezeki kepada istri-istrinya

Jika suami mempunyai istri lebih dari satu, maka wajiblah baginya berlaku adil, jika
memberikan uang, barang,  pakaian, secara tidak adil maka dia dikatakan zalim.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam selalu berlaku adil, baik dalam hal pemberian, maupun
dalam mencampuri istri. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Ya Allah, inilah kemampuanku yang aku miliki, tetapi aku tidak mempunyai kekuasaan atas
yang engkau kuasai dan aku tidak mampu menguasainya “(diriwayatkan oleh para penyusun
sunan dan ibnu hibban).

f.       Tidak menyakiti dan menjaga perasaanya

Kehidupan keluarga lebih banyak bergantung kepada unsur insting dan perasaan, jika
tindakan yang dilakukan itu gegabah maka dapat mengakibatkan tidak harmonisnya hubungan
suami istri dan akhirnya menjadi keluarga yang berantakan.
g.      Mengatasi perselisihan dengan baik

Apabila yang menjadi sumber pertengkaran istri, maka al-quran memberikan


penyelesaian yang harus dilakukan soleh suami seperti menasihati dan mengingaktkannya,
menakut-nakuti dengan acaman siksaan Allah dan memukul istrinya dengan tidak melukainya
apabila istri sulit diatur.

2.      Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami

a.       Mengenal dan mengakui kedudukan suami


Laki-laki mempunyai kelebihan satu derajat, menjadi pelindung, penaggung jawab, dan
sebagainya.
Ummu salamah r.a pernah berkata bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

‫ َأيُّ َما ا ْم َرَأ ٍة َما‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫َع ْن ُأ ِّم َسلَ َم ةَ َر‬
ْ َ‫ض َى هللاُ َع ْنهَا قَال‬
َ ِ‫™ قَا َل َرس ُْو ُل هللا‬:‫ت‬
‫ت ْال َجنَّةَ {رواه ابن حاج والتر مذى وحسنه والحاكم‬ ٍ ‫ت َو َز ْو ُجهَا َع ْنهَا َر‬
ِ َ‫اض َد َخل‬ ْ َ‫ت‬
}‫صحيح الئناد‬:‫وقال‬
“Perempuan mana pun, apabila meninggal,sedang suaminya meridhoinya maka
dia pasti masuk syurga.” (HR ibnu Majah, dan Imam Tirmidzi, beliau menghasankannya,dan
imam hakim mengatakan isanadnya sahih)

b.      Taat dan melayani suami dengan baik


Ketaatan istri pada suaminya adalah wajib. Jika ia mendurhakainya dan tidak meminta
maaf maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyiksanya di dunia dan di akhirat kecuali jika
suaminya sudah memaafkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-nisa : 34

“adapun wanita yang sholeh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka”

c.       Berhias untuk suami


Seorang istri harus berdandan dan berhias untuk suaminya agar  mampu menghibur kesepian
suami serta menghilangkan kelelahannya. Sesungguhnya wanita seperti itu merupakan hiasan
dan permata dunia. sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :

}‫لعهَااَ ْل َمرْ َعةُالصَّالِ َحةُ {رواه مسلم‬ ٌ ‫اَلَ ُّد ْنيَا َمتَا‬
ِ َ‫ع َو َخ ْي ُر َمت‬
“Dunia itu adalah hiasan,dan sebaik-baik hiasannya ialah wanita salehah”

d.      Berhias yang diperbolehkan dan yang dilarang


Yang disyariatkan ialah apa yang dianggap indah bagi wanita dan perhiasan baginya, apakah
dalam bentuk pakaian, alat kosmetik, wewangian, polesan dengan bahan ini pada tangan kaki,
bercela, mencelup warna rambut dengan warna selain hitam (boleh tapi makruh) jika tidak ada
unsur penipuan terhadap seseorang.
Sedangkan yang dilarang :

1)      Yang terlarang karena ada unsur mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Imam bukhari dan imam muslim dari Abdullah bin mas’ud r.a menyatakan rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutuk orang yang
membuat tato dan yang minta di buatkan tato, yang mencabut rambut allisnya, dan yg
meregangkan giginya dengan tujuan membaguskan tetapi mereka mengubah ciptaan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.

2)      Haram berhias untuk orang yang haram memandangnya.


Orang yang boleh memandang istri ialah suaminya, dia tidak boleh berhias didepan orang
yang bukan mahramnya meskipun saudaranya dengan tujuan agar terlihat cantik dan menarik.

3. Status Harta dalam Keluarga


Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, harta bersama diartikan sebagai harta kekayaan yang
dihasilkan oleh suami istri selama mereka diikati oleh tali perkawinan, atau dengan perkataan
lain disebutkan bahwa harta bersama itu adalah harta yang dihasilkan dengan syirkah antara
suami dan istri sehingga terjadi percampuran harta yang satu dengan yang lain dan tidak dapat
dibeda-bedakan lagi.
Dalam Hukum Islam, harta bersama suami istri pada dasarnya tidak dikenal, karena hal
ini tidak sejalan dengan secara khusus dalam kitab fikih. Hal ini sejalan dengan asas pemilikan
harta secara individual (pribadi). Atas dasar ini, suami wajib memberikan nafkah dalam bentuk
biaya hidup dengan segala kelengkapannya untuk anak dari istrinya dari harta suami sendiri.
Tentang harta bersama ini, suami atau istri dapat bertindak untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat seuatu atas harta bersama tersebut melalui persetujuan kedua belah pihak. Semua
harta yang diperoleh suami istri selama dalam ikatan perkawinan menjadi harta bersama baik
harta tersebut diperoleh secara tersendiri maupun diperoleh secara bersama-sama. Demikian juga
harta yang dibeli selama ikatan perkawinan berlangsung adalah menjadi harta bersama. Tidak
menjadi suatu permasalahan apakah istri atau suami mengetahui pada saat pembelian itu atau
atas nama siapa harta itu didaftarkan.
Dalam Al-Qur‟an dan Sunnah serta berbagai kitab-kitab hukum fiqh harta bersama tidak
diatur dan tidak ada pembahasannya secara rinci. Harta bersama diartikan sebagai harta
kekayaan yang dihasilkan oleh suami istri selama mereka diikat oleh tali perkawinan, atau
dengan perkataan lain disebut bahwa harta bersama itu adalah harta yang dihasilkan dengan jalan
syirkah antara suami dan istri sehingga terjadi percampuran harta satu dengan harta yang lain dan
tidak dapat dibeda-bedakan lagi.8 Sebagaimana Firman Allah S.W.T dalam surat An-Nisa ayat
32 :
Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari
apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Berdasarkan ayat di atas bahwa setiap laki-laki ada bagian dari apa yang mereka
usahakan dan semua wanita dari apa yang mereka usahakan pula. Ayat tersebut menjelaskan
adanya persamaan antara kaum pria dan wanita. Kaum wanita di syariatkan untuk mendapat
mata pencaharian sebagaimana kamu pria. Keduanya dibimbing kepada karunia dan kebaikan
yang berupa harta dengan jalan beramal dan tidak merasa iri hati

Anda mungkin juga menyukai