Anda di halaman 1dari 4

.

‫اع ال ُّد ْنيَا ْال َمرْ أَةُ الصَّالِحَ ُة‬


ِ ‫اَل ُّد ْنيَا َم َتا ٌع َو َخ ْي ُر َم َت‬.
"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah"
(HR. Muslim no 1467)

Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa sebaik baik perhiasan adalah
wanita shalihah. Perhiasan adalah barang berharga yang selayaknya dijaga. Namun, sungguh
disayangkan , beberapa media yang ada saat ini justru telah membolak - balikkan fakta. Keindahan
wanita dianggap sempurna ketika ia memamerkannya. Keelokan parasnya menjadi barang
dagangan yang dinikmati bebas dengan pandangan murahan. Sadarkah kita, jika sesuatu yang
diobral itu rendah harganya? Maka mengobral keindahan wanita tanpa kita sadari merupakan
bentuk penghinaan luar biasa.

Wanita diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan keindahannya. Setiap apa yang ada pada
dirinya begitu menarik, mulai dari wajahnya, suaranya, hingga gerak geriknya. Semua yang ada
pada wanita mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut memiliki daya tarik. Dia seperti mutiara yang
menarik bagi orang untuk melihatnya. Makin banyak tangan - tangan yang menjamahnya, maka
semakin kusamlah ia dan rendah harganya.

Wanita adalah godaan terbesar bagi laki laki 

Sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid.
Beliau bersabda,

ِ َ‫ت َبعْ دِى فِ ْت َن ًة أَضَ رَّ عَ لَى الرِّ ج‬


‫ال مِنَ ال ِّنسَ ا ِء‬ ُ ‫مَا َترَ ْك‬
“Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah
wanita.”
(HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740)

Wanita yang keluar rumah akan dihiasi setan

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan kepada kita bahwa,

ْ َ‫ َو ِبأ َ َّنهَا إِ َذا َخرَ ج‬،‫ْال َمرْ أَةُ عَ ْورَ ٌة‬


َ ‫ت مِنْ َب ْيتِـهَا اسْ َت ْشـرَ َفهَا ال َّشي‬
ُ‫ْـطان‬
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih.
Riwayat Tirmidzi no. 1173, Ibnu Khuzaimah III/95 dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir no.
10115, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)

2. Wanita diperintahkan tinggal di rumah


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan kepada kita bahwa,

ْ َ‫ َو ِبأ َ َّنهَا إِ َذا َخرَ ج‬،‫ْال َمرْ أَ ُة عَ ْورَ ٌة‬


َ ‫ت مِنْ َب ْيتِـهَا اسْ َت ْشـرَ َفهَا ال َّشي‬
ُ‫ْـطان‬
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih.
Riwayat Tirmidzi no. 1173, Ibnu Khuzaimah III/95 dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir no.
10115, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,


‫ َقا َل ُث َّم‬. » َ‫ َقا َل ُث َّم َمنْ َقا َل « أُمُّك‬. » َ‫ُول هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َف َقا َل يَا رَ سُو َل هَّللا ِ َمنْ أَحَ ُّق ِبحُسْ ِن صَ حَ ا َبتِى َقا َل « أُمُّك‬
ِ ‫جَ ا َء رَ ُج ٌل إِلَى رَ س‬
َ ُ َ ُ َ ُ َ
َ‫ قا َل ث َّم َمنْ قا َل « ث َّم أبُوك‬. » َ‫» َمنْ قا َل « أمُّك‬

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Siapa dari
kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ayahmu’.”
(HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Kecantikan wanita seharusnya hanya untuk suaminya atau ia hanya boleh berhias di rumahnya,
bukan diobral di luar rumah. Karena setiap wanita yang menyenangkan hati suami adalah wanita
yang paling baik, hal ini sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

ُ‫ُول هَّللا ِ صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم أَيُّ ال ِّنسَ ا ِء َخ ْي ٌر َقا َل الَّتِي َتسُرُّ هُ إِ َذا َن َظرَ َو ُتطِ ي ُع ُه إِ َذا أَمَرَ َواَل ُت َخالِفُ ُه فِي َن ْفسِ هَا َومَالِهَا ِبمَا ي َْكرَ ه‬
ِ ‫قِي َل لِرَ س‬

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling
baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika
diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci”
(HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan shahih).

Ini suatu penegasan dari Rasûlullâh saw. bahwa kehadiran seorang wanita sholehah dalam sebuah
keluarga senantiasa membawa kesenangan terhadap suami, anak-anak dan semua keluarga. Ini
menunjukkan betapa posisi wanita sangat signifikan atau sangat menentukan baik-buruknya sebuah
keluarga. Bahkan, dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Rasûlullâh saw. berkata :
َّ ‫ فِي ال َّش ْطر‬ َ ‫ َف ْل َي َّت ِق هَّللا‬, ‫ َف َق ْد أَعَ ا َن ُه عَ لَى َش ْطر ِد ْي ِن ِه‬, ‫َمنْ رَ َّز َق ُه هَّللا ُ امْ رَ أَ ًة صَ الِحَ ًة‬
‫الثانِي‬ ِ ِ
Artinya :
“Barang-siapa yang di beri Allâh rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh telah
menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allâh untuk
memperoleh yang separohnya”.
(H.R. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim. Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah oleh Syaikh Al-Albânî jilid II hal.
200)
 
Ada 2(dua) hal yang perlu diperhatikan dari hadits ini; Pertama: Isteri sholehah adalah rezeki
Allâh.Kedua: Betapa beruntungnya seorang laki-laki yang diberi rezeki berupa isteri sholehah,
karena — dengan keberadaan isteri sholehah — berarti ia dibantu Allâh untuk memperoleh separoh
dari kesempurnaan agama. Dengan kata-lain, ia telah mendekati ketaatan atau keimanan yang
sempurna. Ia tinggal melanjutkan proses penyempurnaannya dengan meningkatkan ketaqwaan
kepada Allâh. Inilah kontribusi terbesar yang hanya dapat diberikan oleh isteri sholehah. Jadi, wajar
kalau Rasûlullâh saw. memerintahkan kaum laki-laki dari umatnya untuk berusaha memperisteri
wanita sholehah sebagaimana sabda Beliau:
 
‫ ألَمْ ِرآخِرَ ِت ِه‬  ‫ َو َز ْوجَ ًة م ُْؤ ِم َن ًتا ُت ِعيْنُ أَحَ دَ ُك ْم‬, ‫ َو لِسَ ا ًنا َذاكِرً ا‬, ‫لِ َي َّتخ ِْذ أَحَ ُد ُك ْم َق ْلبًا َشاكِرً ا‬
Artinya :
“Hendaklah kalian berusaha memiliki hati yang — senantiasa — bersyukur, memiliki lisan yang —
senantiasa — berdzikir dan memperoleh isteri yang sholehah, yang selalu membantu kalian dalam
perkara akhirat”.
(H.R. Ahmad, At-Tirmidzî dan Ibnu Mâjah. Lihat Al-Fathul-Kabîr juz V hal. 82 no.: 5231)
 
Hadits ini menegaskan, bahwa isteri sholehah akan selalu membantu atau mendorong suaminya
melakukan perkara-perkara keakhiratan. Dengan kata-lain, ia tidak akan mendorong suami berbuat
curang, korupsi, k.k.n. dsb. Wanita sholehah semacam inilah yang mampu membentuk keluarga
sakinah.
 
            Sebaliknya, wanita atau isteri yang jahat, akan memberikan mudharat terhadap suami,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
 
ْ ‫ رَ ُج ٌل َكا َن‬: ‫ث ي َْدع ُْونَ هَّللا َ عَ َّز َو جَ َّل َفالَ يُسْ َتجَ ابُ لَ ُه ْم‬
‫ سَ ِّي َئ ُة ْال ُخلُ ِق َفلَ ْم ي َُطلِّ ْقهَا‬ ٌ‫ت َتحْ َت ُه امْ رَ أة‬ ٌ َ‫… َثال‬..
Artinya :
“Ada tiga macam orang yang berdo’a kepada Allâh Yang Maha Mulia dan Maha Agung, namun
tidak dikabulkan. Pertama: Seorang laki-laki yang memiliki isteri yang buruk perangainya, dan ia
tidak menceraikannya…………….”.
(H.R. Al-Hâkim. Lihat Al-Fathul-Kabîr juz III hal. 75 no.: 3070)
 
            Jadi, isteri yang buruk perangai atau akhlaqnya akan menjadi penghalang bagi do’a sang
suami. Alangkah sengsaranya seseorang yang do’anya tidak dikabulkan Allâh.

Sifat-Sifat Wanita Sholehah


 
Wanita sholehah memiliki sifat-sifat yang khusus, sebagaimana disebutkan Allâh SWT. dalam Al-
Qur-ân:
 
ُ ‫ب ِبمَا حَ فِظ هَّللا‬
ِ ‫ات ل ِْلغَ ْي‬
ٌ ‫ات حَ اف َِظ‬
ٌ ‫ات َقا ِن َت‬
ُ َ‫َفالصَّالِح‬
Artinya :
“Maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allâh, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allâh telah memelihara mereka…”.
(Surah An-Nisâ’ (4):34)
 
Dalam salah sebuah hadits, Rasûlullâh saw. menyebutkan secara terperinci sifat-sifat wanita atau
isteri yang sholehah. Sabda Beliau:
 
ُ ‫ َو َتحْ َف‬, َ‫ َو ُتطِ ْيعُكَ إِ َذا أَ َمرْ ت‬, َ‫َخ ْي ُر ال ِّنسَ ا ِء َمنْ ُتسِ رُّ كَ إِ َذا أَ ْبصَ رْ ت‬
َ‫ فِي َن ْفسِ هَا َو مَالِك‬  َ‫ظ غَ ْي َب َتك‬
Artinya :
“Sebaik-baik isteri ialah yang menyenangkan-mu ketika engkau menatapnya, mematuhi-mu ketika
engkau perintah; dan ketika engkau pergi, ia menjaga kehormatan-mu, yaitu dengan menjaga
dirinya dan juga harta-mu”.
(H.R. Ath-Thabrânî. Lihat Al-Fathul-Kabîr juz III hal. 126 no.: 3294)
 
Inilah 3(tiga) sifat wanita sholehah:
 
1- Menyenangkan atau menimbulkan rasa senang suaminya ketika menatapnya. Ini mencakup
aspek penampilan dan berkomunikasi.
2.-  Patuh atau taat ketika diperintah suaminya.
3.- Menjaga kehormatan suaminya, yaitu ketika suaminya pergi, ia tidak melakukan perbuatan yang
meruntuhkan kehormatan suami.
4.-  Mampu menjaga harta suaminya.
 
Ada satu hal yang perlu diketahui, bagaimana pun sholehahnya seorang wanita, bila berada di
bawah kepemimpinan suami yang tidak becus, tidak memiliki pengetahuan agama, tidak mampu
membina dan menasihati isterinya, maka akan sia-sialah potensi wanita itu.
 
Dengan kata-lain, potensi keshalihan seorang wanita hanya dapat berkembang dengan baik apabila
berada di bawah kepemimpinan suami yang baik pula. Allâh telah menyebutkan hal ini dalam surah
An-Nisâ’ (4):34:
 
‫……الرِّ جَ ا ُل َق َّوام ُْونَ عَ لَى ال ِّنسَ ا ِء‬..
Artinya :
“Laki-laki itu adalah pemimpin bagi perempuan”.
 
Kata Qawwâmûn (‫ )قوامون‬dalam ayat ini berasal dari kata Qawwâm (‫ )قوام‬dari segi bahasa Artinya :
‫ْال ُم َت َك ِّف ُل ِباْألَمْ ِر‬
Artinya :
“Yang bertanggung jawab terhadap segala urusan”.
 
Jadi, menurut ayat di atas, laki-laki dalam hal ini suami, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
semua persoalan isterinya, baik yang berkaitan dengan soal material maupun spiritual. Dengan,
kata-lain, seorang suami harus mampu menegakkan fungsi kepemimpinannya terhadap isterinya
sesuai dengan kewajiban yang dibebankan Allâh kepadanya  (Wallâhu a’lam).

Anda mungkin juga menyukai