Anda di halaman 1dari 31

Kelompok 7

SASARAN AKHLAK;
AKHLAK SUAMI-ISTRI
ANGGOTA
• LIFIA RENELDA (18-109)
• NUR AZI MELYA ROZA (18-129)
• AINUN TRI MUHARRAMAH (18-139)
• VINDI DOMITA (18-149)
Allah berfirman di dalam al-
Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
“Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kalian di sisi Allah
adalah orang yang paling
bertakwa...”
Di antara hal yang dapat dijadikan
petunjuk dan indikasi ketakwaan seseorang
adalah perilaku dan akhlak yang baik
terhadap siapa saja dan dalam segala hal.
Akhlak menjadi faktor yang sangat penting
dan bahkan menentukan posisi seseorang,
apakah ia berada dalam kemuliaan atau
sebaliknya kehinaan, baik di sisi Allah
maupun dalam pergaulannya di antara
manusia.
A. AKHLAK SUAMI - ISTRI
Akhlak Antara Suami-Istri
Pernikahan adalah karunia Allah dan salah satu tanda kebesaran-Nya
yang
diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah
berfirman dalam al-Qur’an surat al-Rūm
[30] ayat 21:
“Dan di antara tanda-tandakekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untuk kalian isteri-isteri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir”.
Allah berfirman dalam al-Qur’an
surat al-Nūr [24] ayat 26:
“Perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik, dan lakilaki
yang baik untuk perempuanperempuan
yang baik (pula)...”
Pernikahan di dalam Islam mengandung banyak sekali hikmah,
diantaranya adalah
• menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan oleh Allah ,
• menjaga kelangsungan hidup manusia dari kehancuran dan
kepunahan,
• Memakmurkan dunia,
• memperbanyak jumlah umat Islam,
• menjaga keturunan,
• membina keluarga yang harmonis,
• mendatangkan kedamaian dan kasih sayang diantara
manusia.
a. Akhlak Suami Terhadap Istri

Imam Ibn Hajar al-‘Asqalānī


mencantumkan cukup banyak hadits yang
mengandung pelajaran bagaimana seorang
suami menerapkan akhlak yang baik
kepada istrinya, diantaranya:
1) Memberikan nafkah dengan baik,yaitu dalam hal
kualitas makanan dan pakaian yang sama dengan
sang suami dalam batas kemampuannya.
Allah berfirman dalam surat al-Talaq [65] ayat 7:
“Hendaklah orang yang mampumemberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepadaseseorang melainkan (sekedar)apa yang Allah
berikankepadanya”.
2) Memperlihatkan rasa kasih sayang dengan melakukan hal-hal
yangmelanggengkan hubungan suami istri. Rasulullah adalah orang
yang paling baik dalam memberikan rasa kasih sayang kepada
istrinya. Beliau tidak pernah mengabaikan kebutuhanmanusiawi
berupa hasrat bilogis antara suami-istri.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ia
berkata:
،‫صائِ ٌم‬ َ ‫يق َِبِِّ ُل َو ُه َو‬ ُ ِ􀁏 ِ َ ‫سو ُل ا‬
ُ ‫َكانَ َر‬
. ‫ َولَ ِكنهُ أ َ ْملَ ُك ُك ْم ِ ِِل ْر ِب ِه‬،‫صا ِئ ٌم‬
َ ‫يب َِا ِش ُر َو ُه َو‬
ُ ‫َو‬
“Nabi pernah mencium ketika beliau berpuasa, dan mencumbu
ketika berpuasa. Akan tetapi beliau adalah orang yang paling
kuat menahan nafsunya diantara kalian”. (Muttafaq ‘Alaih).
3) Memberikan nasihat, bimbingan, dan pendidikan yang baik kepada
mereka.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi
bersabda:
َ‫اء َخي ًْرا فَإِنهُِ ن ُخ ِل ْقن‬ ِ ‫س‬ َ ِّ‫ص ْوا ِبال ِن‬
ُ ‫اس تَ ْو‬ْ ‫(( َو‬
ِ‫ضلَع‬ ِّ ِ ‫ش ْيءٍ فِي ال‬ َ ‫ضلَعٍ َوإِن أَع َْو َج‬ ِ ‫ِم ْن‬
ُ‫س ْرتَهُ َو ِإ ْن تَ َر ْكتَه‬ َ ‫ فَإِ ْن َذ َهب‬،ُ‫أَع ََْله‬
َ ‫ْت ت ُ ِقي َمهُ َك‬
.))‫اء َخي ًْرا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫ فَا ْستَ ْو‬،‫ل ْم َِ يزَ َِ ْل أَع َْو َج‬
َ ِِّ‫ص ْوا ِبالن‬
“Hendaknya kalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada para
wanita, sebab mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang
paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau meluruskannya
berarti engkau mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya ia tetap
akan bengkok. Maka hendaklah kalian melaksanakan wasiatku untuk
berbuat baik kepada wanita”. (Muttafaq ‘Alaih dan lafaznya menurut al-
Bukhārī).
Dalam hadits ini Rasulullah
mewasiatkan tentang wanita dengan
• Dengan menyebutkan ‘inna hunna khuliqna min
dila’’ (mereka diciptakan dari tulang rusuk), sebagai
penjelasan atas tabiat dan dasar penciptaan
mereka. Hal ini juga menggambarkan perintah
untuk menahan diri dan bersikap sabar terhadap
mereka. Karena itulah beliau mengatakan ’Jika
engkau meluruskannya berarti engkau
mematahkannya, dan jika engkau
membiarkannya ia tetap akan bengkok’,
4) Memotivasi mereka untuk cinta dan
gemar beribadah.
Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah kepada keluarga beliau,
salah satunya dengan menghidupkan sepuluh malam terakhir bulan
Ramadhan.
‫􀁏ِ ِإ َذا‬ ِ َ ‫سو ُل ا‬ُ ‫ َكانَ َر‬: َ‫شة‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
‫ير ِم ْن‬ ُ ‫ ا َ ْلعَ ْش ُر ا َ ْْل َ ِخ‬: ‫ي‬
ْ َ ‫أ‬- ‫َد َخ َل ْالعَ ْش ُر‬
َ َ‫ شَد ِمئْزَ َرهُ َوأ َ ْحيَا لَ ْيلَهُ َوأ َ ْيق‬- َ‫ضان‬
‫ظ‬ َ ‫َر َم‬
. ‫أ َ ْهلَه‬
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah bila memasuki sepuluh
hari –yaitu sepuluh hari terakhir Ramadhanmengencangkan kain
sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan
keluarganya”.
(Muttafaq ‘Alaih).
Bimbingan yang baik dari Rasulullah sebagai sosok teladan terbaik ini
telah berhasil menanamkan kecintaan ‘ubudiyyah di dalam diri para
istri beliau, sehinggamereka pun mengikuti jejak teladan beliau.
Rasulullah juga mengajarkan para Sahabat beliau untuk mendukung dan
membantu istri jika mereka ingin melaksanakan suatu ibadah.
Dari Ibn ‘Abbas :
‫ (( ََل‬: ‫ب يقَ ُِ و ُل‬ ُ ‫ط‬ ُ ‫سو َل اَ ِ َِِّ 􀁏 َي ْخ‬ ُ ‫سم َِ ْعتُ َر‬ ِ
‫ َو ََل‬. ‫يَ ْخلُ َون َر ُج ٌل بِا ِْم َرأَةٍ إَِل َو َمعَ َها ذُ ْو َم ْح َر ٍم‬
َ َ‫ فَق‬.)) ‫ِي َم ْح َر ٍم‬
‫ام‬ ْ ‫سافِ ُر ْال َم ْرأَة ُ إَِل َم َع ذ‬ َ ُ‫ت‬
‫ام َرأَ ِت ْي‬
ْ ‫ ِإن‬،􀁏 َِِّ ِ ‫س ْو َل ا‬ ُ ‫ َيا َر‬: ‫ فَقَا َل‬،‫َر ُج ٌل‬
‫ي اكُ ِْتُتِبْتُ فِي غ َْز َوةِ َك َذا‬ ِّْ ِ‫ت َحاجةً َوإِن‬ ْ ‫خ ََر َج‬
.)) ‫ فَ ُحج َم َع ا ِْم َرأَتِ َك‬،‫ط ِل ْق‬َ ‫ ((اِ ْن‬: ‫ قَا َل‬.‫َو َك َذا‬
Aku mendengar Rasulullah ketika khutbah bersabda:
“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat (menyepi) dengan seorang
perempuan kecuali bersama mahramnya, dan janganlah seorang
perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya”. Lalu seorang lakilaki
berdiri dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku pergi haji,
sedangkan aku diwajibkan ikut untuk peperangan ini dan itu’. Maka beliau
bersabda: “Berangkatlah dan berhajilah bersama istrimu”.
(Muttafaq ‘Alaih, dan lafaznya
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa
ibadah yang fardu ‘ain didahulukan dari
ibadah yang fardu kifayah. Laki-laki
tersebut diwajibkan baginya untuk berjihad
–dimana ia merupakan fardu kifayah- dan
disaat yang sama ia wajib menjaga istrinya
yang merupakan fardu ‘ain baginya. Nabi
pun mendahulukan kewajiban ini
atasnya.25
e) Berperilaku baik dan menghindarkan
diri dari hal-hal yang terlarang dalam
mendidik, memberikan hukuman,
serta dalam menggauli istri.
Termasuk dalam hal ini adalah
memperhatikan kondisi istri terutama pada
saat sang suami kembali dari perjalanan
jauh, dan memperhatikan adab-adab dalam
melakukan jima’ (hubungan suami istri).
Seperti:
• “Allah tidak akan melihat laki-laki yang
menyetubuhi seorang lakilaki atau perempuan
lewat duburnya’. (HR. al-Tirmīdzī, al- Nasā’i dan
Ibn Hibbān).
• “Sesungguhnya orang yang paling buruk
derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat adalah
orang yang bersetubuh dengan istrinya, lalu ia
membuka rahasianya”. (HR. Muslim).
Dari Jābir ia berkata: Kami pernah bersama Nabi
dalam suatu peperangan. Ketika kami kembali ke
Madinah kami segera berangkat untuk masuk (ke
rumah kami guna menemui keluarga). Maka
beliau bersabda:
“Bersabarlah sampai kalian memasuki waktu
malam –yaitu waktu Isya- agar para wanita yang
kusut dapat bersisir, dan para wanita yang
ditinggal lama dapat berhias”. (Muttafaq ‘Alaih).
b. Akhlak Istri Terhadap Suami

Beberapa tuntunan akhlak istri


terhadap suami yang terdapat dalam hadits
nabawi diantaranya:
a) Membantu suami memenuhi
kebutuhannya.
Memenuhi kebutuhannya dalam hal yang ia mampu
lakukan, karena hal ini merupakan amal shalih
yang mendatangkan pahala besar, dan ini juga
merupakan tuntunan serta tujuan luhur dari
sebuah pernikahan.
b) Mengatur harta yang diberikan oleh
suami dengan baik, dan tidak memberikannya kepada
orang lain kecuali dengan izin sang suami.
Dari ‘Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa
Rasulullah
bersabda:
“Tidak diperbolehkan bagi seorang istri memberikan
sesuatu
kecuali dengan izin suaminya”. Dalam lafaz lain: “Tidak
diperbolehkan bagi seorang istrimengurus hartanya
yang dimiliki suaminya”. (HR. Ahmad dan Ashhab al-
Sunan).
Hadits ini mengandung nilai-nilai
pendidikan akhlak yang sangat tinggi bagi
keluarga, diantaranya:
(1) Kemuliaan kedudukan suami dalam
sebuah keluarga. Allah berfirman
dalam al-Qur’an surat al-Nisā’ [4]
ayat 34
(2) Seorang istri di rumahnya adalah mudabbirah
(pengatur) dengan bekal pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya. Ia adalah mutawalliyah
(yang mengurus) semua urusan rumahnya termasuk
mengelola harta suaminya yang ia miliki.
(3) Tidak diperbolehkan seorang istri memberikan suatu
pemberian berupa sedekah dari harta suaminya,
karena sang suamilah pemilik hak. Jika suami
mengizinkan atau sang istri mengetahui kerelaan
suaminya, maka diperbolehkan baginya memberikan
sedekah berupa sesuatu yang wajar menurut
kebiasaan, seperti makanan atau minuman.
c). Memenuhi dan tidak menolak ajakan sang
suami untuk bersenggama.
Penolakan seorang istri atas ajakan
suami untuk bersenggama berarti
penolakannya atas salah satu hak yang
Allah berikan kepada sang suami.
B. Akhlak Menantu-Mertua

Berdasarkan hadits dari Abū Hurairah bahwa Nabi


bersabda:
‫ت أ َ ْن‬ْ َ‫عا اَلر ُج ُل اِ ْم َرأَتَهُ ِإلَى ِف َرا ِش ِه فَأ َب‬َ ‫(( ِإذَا َد‬
.)) ‫ص ِب َح‬ ْ ُ ‫ت َ ِجي َء لَعَنَتْ َها ا َ ْل َم ََل ِئ َكةُ َحتى ت‬
“Apabila seorang suami mengajakistrinya ke tempat
tidur (untuk berjima’) tapi ia menolak untuk
datang, lalu sang suami marah sepanjang malam
maka para malaikat melaknat sang istri sampai
pagi hari”. (Muttafaq ‘Alaih dan lafaznya menurut
Muslim).
Ketika suami istri telah meninggalkan kedua orang
tua, sementara kewajiban berbuat baik
senantiasa ada, dan mereka harus menyelaraskan
hubungan antara orang tua dengan mertua.
Mertua adalah orang tua dari suami maupun istri
yang harus dihormati dan disayangi sebagaimana
men-hormati dan menyayangi orang tua kandung
sendiri, karena mertua itu sama kedudukannya
dengan menyinggung perasaan mertua, apalagi
orang tua kandung.
Sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw yang
Berbunyi :
Artinya : Dari 'Abdullah Bin Amru r.a, berkata: bahwa
Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya termasuk
salah situ dosa yang besar adalah seorang lakilaki
melaknat kedua orang tuanya, “lalu ada yang bertanya,
“wahai Rasulullah saw, bagaimana seseorang melaknat
kedua orang tuanya ? Rasulullah saw menjawab, “yaitu
jika seseorang, mencaci orang lain, berarti dia mencaci
Ayahnya, dan dia mencaci Ibu orang lain, maka
iamencaci Ibunya sendiri” (HR.Muslim ).
Agar hubungan menantu dengan mertua terjalin
dengan baik, ada beberapa hal yang bisa
dipraktekkan dalam Rumah tangga, yakni:
1. Meminta pengertian kepada suami
bagaimana caranya memahami orang tua
( mertua)
2. Mencoba untuk membangun kesenangan dan hobi
yang sama dengan ibu
mertua, artinya sesuatu yang bisa dinikniati bersarna.
3. Mendorong pasangan kita agar bisa bersikap lebih baik
terhadap orang tuanya.
4. Coba bersikap terns terang terhadap mertua tentang
apa yang harus dilakukan
agar hubungannya tetap labih baik.
5. Hendaklah bersikap bijaksana dalam menghadapi
tuntunan mertua.
6. Jika mertua mengajak makan bersama, bantulah dia dalam
menyiapakn
makanan, janganlah hanya duduk saja melihat mertua bekerja seolah-
olah
seperti tamu kehormatan.
7. Mintalah nasehat kepadanya jika anda menghadapi masalah yang
tak bisa
anda selesaikan.
8. Bahagiakanlah Suami/istri anda, karena dengan demikian hati
mertua anda
akan nienjadi tentram dan ticlak akan mengkhawatirkan anaknya.
9. Posisikan mertua anda layaknya prang tua kandung sendiri, karena
dengan
demikian akan dapat menghindarkan konplik.
10. Berilah hadiah kepada mertua anda pada hari-hari bahagianya,
karena
sekeeil apapun hadiah yang anda berikan
Menantu adalah anak juga bagi mertua dan
hendaklah bisa menghindari konflik dengan
menantu. Sebagaimana firman allah swt dalam
surahFushilat ayat 34 yang berbunyi:
Artinya : Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangatsetia
Ada beberapa hal
kewajiban mertua terhadap menantu, yaitu :
1. Mendo'akan dengan keberkahan
2. Berbuat baik kepada menantu
3. Menasehati menantu dengan baik jika menantu
berbuat salah
4. Janganlah menge1uh atas kekurangan menantu.
5. Posisikan menantu layaknya anak kandung
sendiri.
6. Berbaik sangkalah kepada menantu

Anda mungkin juga menyukai